Sabtu, 16 Juni 2012

Sosial Budaya Peran Orang Tua Dalam Belajar


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Peran orang tua dalam belajar anak sangat terlihat jelas pada keluarga. Keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar mengenal kehidupannya. Karena di dalam keluarga, anak akan merasa tenteram dan nyaman untuk melangkungkan kehidupannya.
Peran orang tua dalam mendidik anak tidak hanya terbatas dalam memberi makan, minum, membelikan pakaian baru, dan tempat berteduh yang nyaman.  Beberapa hal tersebut  bukan berarti tidak perlu, sangat perlu. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak.
Beberapa peran orang tua dalam mendidik anak yang perlu diperhatikan adalah menanamkan pandangan hidup beragama pada masa kanak-kanak dalam keluarga, mengetahui dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anak, apakah dalam lingkungan keluarga anak dapat mengembangkan berbagai kemampuannya, dan apa sajakah yang dapat saya lakukan dalam mengembangkan kemampuan anak.

B.        Rumusan Masalah
1.      Apa yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak?
2.      Bagaimana orang tua mengaplikasikan dirinya yang berperan dalam belajar anak?
C.       Tujuan
1.      Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pengaruh terhadap belajar anak.
2.      Mengetahui bentuk peranan orang tua dalam belajar anak.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Sosial Budaya Peran Orang Tua Dalam Belajar
1.                  Teori sosial budaya (fungsionalisme struktural&teori konflik)
Sebelum membahas mengenai teori fungsionalisme struktural&teori konflik perlu di ketahui bahwa kedua teori ini termasuk dalam paradigma fakta sosial. Exemplar Paradigma fakta sosial di ambil dari karya Durkheim The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Durkheim membangun satu konsep yakni fakta sosial (social facts). Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas  dua macam yaitu:

1)      dalam bentuk material yaitu barang sesuatu yang dapat di simak,ditangkap, dan diobservasi.Fakta sosial yang berbentuk material ini adalah bagian dari dunia nyata/external world.Contohnya arsitektur dan norma hukum.
2)      dalam bentuk non material yaitu sesuatu yang dianggap nyata/external.Fakta sosial ini merupakan fenomena yang bersifat intersubjective yang hanya dapat muncul dari dalam 'kesadaran manusia'.contohnya adalah egoisme,altruisme,dan opini.
Selanjutnya,secara garis besar fakta sosial terdiri atas dua tipe yaitu struktur sosial dan pranata sosial. Secara keseluruhan dalam paradigma ini terdapat 4 teori yaitu teori fungsionalisme struktural, teori konflik,teori sistem,dan teori sosiologi makro. Untuk bahasan kali ini di bahas 2 hal dulu yang sering digunakan sebagai 'pisau analisa' dari fenomena sosial yang ada yaitu :

1.      Teori Fungsionalisme Struktural
Teori ini lebih menekankan pada keteraturan/order,mengabaikan konflik dan perubahan-peru bahan dalam masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi,disfungsi,fungsi laten,fungsi manifest dan keseimbangan/equilibrium. Masyarakat menurut teori ini merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian/elemen yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang laib.Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. Salah satu tokohnya adalah Robert K.Merton berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah fakta sosial seperti peranan sosial,pola-pola institusional,proses sosial,organisasi kelompok,pengendalian sosial,dll.
Penganut teori fungsional ini memang memandang segala pranata sosial yang ada dalam suatu masyarakat tertentu serba fungsional dalam artian positif dan negatif. Satu hal yang dapat di simpulkan adalah bahwa masyarakat senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan.Setiap peristiwa dan setiap struktur yang ada fungsional bagi sistem sosial itu. Masyarakat dilihat dalam kondisi:dinamika dalam keseimbangan.

2.      Teori Konflik
Teori ini di bangun dalam rangka menentang langsung terhadap teori fungsionalisme struktural.Tokoh utama teori ini adalah Ralp Dahrendorf. Teori ini bertentangan dengan fungsionalisme struktural yaitu masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang di tandai pertentangan yang terus menerus di antara unsur-unsurnya. Teori ini menilai bahwa keteraturan yang terdapat dalam masyarakat hanyalah disebabkan karena adanya pemaksaan /tekanan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa. Konsep teori ini adalah wewenang dan posisi. Keduanya merupakan fakta sosial. Dahrendorf berpendapat bahwa konsep-konsep seperti kepentingan nyata dan kepentingan laten,kelompok kepentingan dan kelompok semu,posisi dan wewenang merupakan unsur-unsur dasar untuk dapat menerangkan bentuk-bentuk dari konflik.
Sementara itu Berghe mengemukakan empat fungsi dari konflik yaitu :
a.       Sebagai alat untuk memelihara solidaritas
b.      Membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain.
c.       Mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi.
d.      Fungsi komunikasi,sebelum konflik kelompok tertentu mungkin tidak mengetahui posisi lawan.Tapi dengan adanya konflik,posisi dan batas antara kelompok menjadi lebih jelas.
Kesimpulan dari teori konflik adalah terlalu mengabaikan keteraturan dan stabilitas yang memang ada dalam masyarakat di samping konflik itu sendiri.

2.      Teori Belajar
Menurut W.S. Winkel, belajar adalah, suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan (tetap) dan berbekas.
Jadi ternyata belajar membutuhkan suatu kegiatan yang sifatnya aktif dan dilakukan secara sadar. Hanya memegang buku saja belum dapat diartikan belajar bila seseorang tidak mempelajarinya secara aktif. Tetapi tidak semua perubahan merupakan hasil belajar. Misalnya perubahan yang disebabkan karena pertambahan usia, penyakit yang diderita seseorang, kecelakaan dan sebagainya.

B.     Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu :
ü  Faktor dari dalam diri sendiri (internal) dan
ü  Faktor dari luar individu (eksternal).
1. Faktor dari dalam diri sendiri (internal).
1. Fisik.
Kondisi Umum Jasmani. Yang dimaksud dengan kondisi umum jasmani, seperti sehat, segar, tidak mengantuk. Anak yang belajar dalam kondisi yang segar dan tidak mengantuk akan memperoleh hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan anak yang kurang tidur dan dalam keadaan badan tidak sehat. Makanan bergizi juga tidak kalah pentingnya dalam membentuk kecerdasan anak.
Kondisi Organ-Organ Khusus. Yang dimaksud dengan organ-organ khusus, seperti pengelihatan, pendengaran dan lain-lain. Sebaiknya anak belajar dalam suatu ruangan yang mempunyai penerangan yang cukup dan tenang suasananya. Apabila anak Anda seringkali membuat kesalahan dalam mencatat atau menyalin soal dari papan tulis, ada baiknya Anda berkonsultasi ke dokter mata. Dari pengalaman, ternyata jarang sekali anak menyadari bahwa ia menderita gangguan pada pengelihatannya.
2.Psikis
Intelegensi/Kecerdasan. Intelegensi dibagi menjadi beberapa taraf. Ada taraf rata-rata, tinggi, dan kurang. Taraf tinggi dan kurang juga terbagi lagi menjadi beberapa kriteria. Sebagian besar individu berada dalam taraf rata-rata. Seseorang dikatakan berada pada taraf rata-rata bila ia memiliki IQ antara 91 - 110 (menurut skala Wechsler). Anak yang memiliki IQ di atas rata-rata secara potensial mempunyai kesempatan untuk mendapat nilai baik, lebih besar kemungkinannya dibanding dengan anak-anak yang memiliki IQ di bawah rata-rata. Namun kenyataannya tidaklah selalu demikian. Mengapa? Karena keberhasilan belajar seseorang tidak diukur melalui IQ semata, masih banyak faktor lain yang turut mendukung keberhasilan dalam belajar, misalnya : ketekunan, kerajinan, daya juang, dukungan orang tua, dan sebagainya.
Motivasi. Motivasi yaitu, dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga kebutuhan terpenuhi. Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi intrinsik (dorongan yang berasal dari dalam diri individu) dan motivasi ekstrinsik (dorongan yang berasal dari luar individu). Dari kedua motivasi tersebut, yang lebih baik adalah motivasi intrinsik. Anak belajar bukan karena takut dipukul atau dimarahi, tetapi ia memiliki kemauan, keinginan untuk mendapat hasil yang baik demi kepuasannya dalam memahami pelajaran di sekolah. Anak yang belajar hanya karena orang tuanya menjaga denga rotan, mungkin hasilnya tidak optimal.
Kesiapan Mental. Bagaimana pandangan anak terhadap suatu mata pelajaran juga mempengaruhi dirinya dalam menerima materi pelajaran tersebut. Pandangan tersebut dapat diperoleh anak melalui orang tua, guru ataupun lingkungannya. Bila orang tua sangat menekankan anak untuk memperhatikan pelajaran Matematika saja, maka akan membuat anak pada akhhirnya mengabaikan dan menyepelekan (menganggap enteng - Red) pelajaran lainnya.
2. Faktor Yang Berasal Dari Luar Individu (Eksternal).
·        Lingkungan Sosial (keluarga, guru, teman). Anak yang berada dalam lingkungan keluarga yang relatif damai, menyenangkan, akan memberikan dampak positif dalam situasi belajarnya. Sebaliknya, keluarga yang selalu dalam keadaan ribut, ayah-ibu sering bertengkar, akan memberikan dampak negatif. Anak menjadi tegang, stress, ketakutan, sehingga energi yang seharusnya dapat dipakai untuk belajar, tidak dapat digunakan secara optimal. Akibatnya prestasinya menjadi tidak baik. Kalau sudah demikian, orang tua menjadi stress, anak dimarahi, orang tua bertengkar, saling menyalahkan, dan akhirnya ini akan menjadi suatu lingkaran setan dan anaklah yang menanggung akibatnya dan paling menderita. Demikian juga pengaruh guru dan teman mempunyai dampak dalam motivasi belajar anak. Guru yang mempunyai sikap pengertian akan membuat anak tidak takut untuk bertanya hal-hal yang belum jelas. Sedangkan guru yang terlalu otoriter dapat mematikan kreativitas anak.
·        Lingkungan non sosial (rumah, sekolah, fasilitas). Sekolah yang mempunyai laboratorium lengkap dapat memberikan pengetahuan yang lebih nyata dan lebih baik dibanding dengan sekolah yang tidak mempunyai laboratorium. Anak yang mempunyai alat tulis lengkap, lebih lancar mengerjakan tugas dibanding anak yang seringkali harus meminjam dari kawannya. Jadi fasilitas ini juga sesuatu yang tidak dapat diabaikan begitu saja karena perannya cukup besar dalam keberhasilan seorang anak.
·        Cara belajar. Setiap anak mempunyai teknik belajar sendiri-sendiri, masing-masing anak berbeda. Ada yang bersuara, ada yang diam saja, dengan membuat ringkasan, sambil mendengarkan musik. Hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap prestasinya bila ia tidak mempunyai disiplin belajar yang baik. Disiplin dalam belajar ini menyangkut beberapa hal, antara lain :
o   waktu belajar yang teratur, bertahap,
o   menyicil (sedikit demi sedikit).
o   menyelesaikan tugas pada waktunya
o   belajar dalam suasana yang mendukung, misalnya tidak sambil nonton televisi, atau sambil makan.

C.    Peran Orang Tua Dalam Belajar
Peran orang tua dalam belajar sangat terlihat jelas pada keluarga. Keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar mengenal kehidupannya. Karena di dalam keluarga, anak akan merasa tenteram dan nyaman untuk melangkungkan kehidupannya.
Peran orang tua dalam mendidik anak tidak hanya terbatas dalam memberi makan, minum, membelikan pakaian baru, dan tempat berteduh yang nyaman.  Beberapa hal tersebut  bukan berarti tidak perlu, sangat perlu. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak.
Beberapa peran orang tua dalam mendidik anak yang perlu diperhatikan adalah menanamkan pandangan hidup beragama pada masa kanak-kanak dalam keluarga, mengetahui dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anak, apakah dalam lingkungan keluarga anak dapat mengembangkan berbagai kemampuannya, dan apa sajakah yang dapat saya lakukan dalam mengembangkan kemampuan anak.
1        Menanamkan Pandangan Hidup Beragama
Peran orang tua dalam belajar anak bisa dilakukan dengan memberikan penanaman beragama pada masa kanak-kanak, karena masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk mengenalkan dasar-dasar hidup beragama. Penanaman hidup beragama ini bisa dilakukan dengan mengajak anak-anak untuk ikut serta pergi ke masjid bersama orang tua menjalankan ibadah, mendengarkan kultum, maupun ceramah agama.
Bila semasa kecilnya anak tidak dikenalkan dengan agama, tidak pernah pergi bersama orang tua ke masjid mendengarkan ceramah maupun sholat berjamaah, maka setelah dewasa mereka pun tidak ada perhatian terhadap hidup beragama. Untuk itu, peran orang tua dalam mendidik anak sangat perlu diperhatikan di awal masa kanak-kanaknya.
2        Tanggung Jawab Keluarga terhadap Pendidikan Anak
Peran orang tua dalam mendidik anak lainnya yang tak kalah pentingnya adalah memberikan pendidikan yang layak bagi anak. Hal ini tidak terlepas dari motivasi orang tua dalam mendidik anaknya, beberapa motivasi dasar orang tua terhadap pendidikan anaknya, meliputi:
  • Motivasi diri sendiri untuk cinta dan sayang pada anak. Cinta dan sayang ini akan menumbuhkan sikap rela dan menerima tanggungjawab sebagai amanah dalam mengabdikan hidupnya untuk sang anak.
  • Motivasi diri sendiri sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Konsekuensi ini meliputi tanggung jawab moral terhadap nilai relegius/spiritual, dan  kecerdasan anak.
Peran orang tua dalam mendidik anak di dalam keluarganya juga dapat dilakukan dengan memberi pelajaran kepada anak  agar anak dapar belajar agar tidak menjadi egois, anak diharapkan dapat berbagi dengan cara menghargai antar anggota keluarga yang lain.
Selain itu peran orang tua dalam mendidik anak masih banyak lagi dalam proses pembentukan dan karakter anak, bagaimana anak belajar percaya diri, menghargai orang lain, dan terlebih lagi orang tua dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak, karena hal itu akan berguna bagi masa depannya.
Untuk itu, dalam menjalankan peran orang tua dalam mendidik anaknya orang tua perlu menjadi teladan bagi anaknya dalam menanamkan pandangan hidup beragama, dan bagaimana bertanggungjawab terhadap tugasnya.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a.       Faktor dari dalam diri sendiri (internal)
1)      Fisik.
-Kondisi Umum Jasmani.
-Kondisi Organ-Organ Khusus.
2)      Psikis
-Intelegensi/Kecerdasan.
-Motivasi.
-Kesiapan Mental.

b.      Faktor dari luar individu (eksternal).
ü  Lingkungan Sosial (keluarga, guru, teman).
ü  Lingkungan non sosial (rumah, sekolah, fasilitas).
ü  Cara belajar


2.      Peran Orang Tua Dalam Belajar
1.      Menanamkan Pandangan Hidup Beragama
Peran orang tua dalam belajar anak bisa dilakukan dengan memberikan penanaman beragama
2.      Tanggung Jawab Terhadap Pendidikan Anak
Orang tua berkewajiban dalam memberikan pendidikan yang layak bagi anak.
B.     Saran
Sebagai orang tua yang berperan dalam belajar anak, sebaiknya perhatikan beberapa saran berikut ini:
ü  Kenali kemampuan anak Anda. Jangan menuntut anak melebihi kemampuannya. Anak yang sering mendapat tuntutan yang terlalu tinggi, akan mudah menjadi frustasi dan akhirnya menjadi mogok belajar.
ü  Jangan membanding-bandingkan. Orang tua sebaiknya jangan membanding-bandingkan anak dengan kakak atau adiknya mengingat setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda. Anak yang sering dibanding-bandingkan dapat kehilangan kepercayaan diri. Bangkitkanlah rasa percaya diri anak dengan menghargai setiap usaha yang telah dilakukan.
ü  Menerima anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
ü  Membantu anak mengatasi masalahnya. Bila anak memang membutuhkan guru les, jangan dipaksakan anak dengan kemampuannya sendiri hanya karena ayah dan ibunya dahulu tidak pernah les.
ü  Tingkatkan semangat belajar anak. Kita dapat melakukan hal ini dengan, misalnya memberi pujian, pelukan, belaian maupun ciuman.
ü  Jangan mencela anak dengan kata-kata yang menyakitkan. Orang tua harus menghindari mencela anak dengan kata-kata, "bodoh", "tolol", "otak udang", dan sebagainya. Anak yang sering mendapat label atau cap seperti itu pada akhirnya akan mempunyai pandangan bahwa dirinya memang bodoh dan tolol.
ü  Mendidik adalah tanggung jawab bersama. Ayah dan Ibu mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mendidik anak.
ü  Jangan lupa berdoa agar anak kita mendapat hasil yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar