A. SEJARAH
LAHIRNYA PSIKOLINGUISTIK
Psikolinguistik
merupakan gabungan antara dua ilmu psikologi dan linguistik . benih ilmu ini
sebenarnya sudah tampak pada permulaan abad ke 20 tatkala psikolog Jerman
Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan dengan dasar
prinsip-prinsip psikologis (kess, 1992). Pada waktu itu telaah bahasa mulai
mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik dan kultural ke suatu pendekatan
yang ilmiah. Sementara itu, di Benua Amerika kaitan antara bahasa dengan ilmu
jiwa juga mulai tumbuh, perkembangan ini dapat dibagi menjadi empat tahap :
1. Tahap
formatif
Pada
pertengahan abad ke dua-puluh John W. Gardner, seorang psikolog dari Carnegie
Corporation, Amerika mulai menggagas hibridisasi (penggabungan) kedua ilmu
ini.kemudian dikembangkan oleh psikolog lain, John B.Carroll, yang pada tahun
1951 menyelenggarakan seminar di Universitas Corrnell untuk merintis
keterkaitan antara kedua disiplin ilmu ini.
2. Tahap
linguistik
Perkembangan
ilmu linguistik, yang semula berorientasi pada aliran behaviorisme dan kemudian
beralih ke mentalisme (yang sering juga disebut mentalisme) pada tahun 1957
dengan diterbuitkannya buku Chomsky, syntactic structures, dan keritik tajam
dari Chomsky terhadap teori behavioristik B.F. Skinner (Chomsky 1959) telah
membuat psikolinguistik sebagai ilmu yang banyak diminati orang.
3. Tahap
kognitif
Pada
tahap ini psikolinguistik mulai mengarah pada peran kogniksi dan
landasan-landasan biologis manusia dalam memperoleh bahasa. Pelopor seperti
Chomsky meengatakan bahwa linguis itu
sebenarnya adalah psikolog kognitif. Pemerolehan bahasa pada manusia bukanlah
penguasaan komponen bahasa tanpa berlandaskan pada prinsif-prinsif kognitif.
Pada tahap ini orang juga mulai berbicara tentang peran biologi pada bahasa
karena mereka mulai merasa bahwa biologi merupakan landasan dimana bahasa itu
tumbuh. Orang-orang seperti Chomsky dan Lennebrg mengatakan bahwa pertumbuhan
bahasa seseorang manusia itu terkait secara genetik dengan pertumbuhan
biologinya.
4. Tahap
teori psikolinguistik
Psikolinguistik
tidak lagi terdiri dari psiko dan linguistik saja tetapi juga menyangkut
ilmu-ilmu lain seperti neurologi, filsafat, primatologi, dan genetika.
Neurologi mempunyai peran yang sangat erat dengan bahasa kerena kemampuan manusia
berbahasa ternyata bukanlah kerena lingkungan tetapi karena kodrat neurologis
yang dibawanya sejak lahir. Ilmu filsafat juga kembali memegam peran karena
pemerolehan pengetahuan merupakan masalah yang sudah jaman purba, menjadi
perdebatan antara filosof.
Primatologi
dan genetika mengkaji sampai seberapa jauh bahasa itu, milik khususnya manusia
dan bagaimana genetika terkait dengan pertumbuhan bahasa.
Dengan
kata lain psikolinguistik kini tlah menjadi ilmu yang ditopang oleh ilmu-ilmu
lain.
B. DEFENISI
PSIKOLINGUISTIK
Psikolinguistik
adalah ilmu yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia
dalam mereka berbahasa. Secara rinci psikolinguistik mempelajari empat topik
utama.
a. Komperhensi,
yakni proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat
menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud.
b. Produksi
yakni proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berujar
seperti yang kita ujarkan.
c. Landasan
biologis serta neologis yang bisa membuat manusia bisa berbahasa.
d. Pemerolehan
bahasa, yakni bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.
C. KODRAT
BAHASA
Kalau kita melihat
anak-anak ayam dengan induknya, seringkali kita melihat dan mendengar sang
induk mengeluarkan bunya-bunyi tertentu dan dalam waktu sekejap anak-anak ayam
yang bersebaran berlari-lari menghampiri sang induk. Setelah kita perhatikan
ternyata sang induk mengeluarkan bunyi-bunyi itu untuk memberi tahu
anak-anaknya bahwa dia menemukan makanan untuk mareka.
Dari contoh tersebut
tampak bahwa anak ayam dapat berkomunikasi satu sama lain, dengan memakai
“bahasa “ mereka sendiri. Begitu pula manusia. Kita juga dapat dengan mudah
berkomunikasi dengan manusia yang lain dengan memakai bahasa kita.
Ciri yang membedakan
bahasa manusia dengan bahasa binatang adalah bahwa manusi itu kreatif.
Misalnya anda belum
pernah mendengar kalimat sebelumnya, tetapi anda pasti memahaminya. Bahasa juga
dapat diperoleh secara turu- temurun dari satu generasi kegenerasi lain. Hal
ini tidak terjadi pada binatang karena pemerolehan “bahasa binatang” bersifat
instingtif. Misalnya seekor burung perkutut akan tetap menyuarakan bunyi burung
perkutut kalaupun dia dilahirkan dan dibesarkan di masyarakat”.
D. DEFENISI
BAHASA
Bahasa adalah suatu
sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat
bahasa untuk berkomunikasi dan berintraksi dengan sesamanya, berlandaskan pada
budaya yang mereka miliki bersama.
E. KOMPONEN
BAHASA
Pada aliran linguistik
manapun bahasa selalu dikatakan memiliki tiga komponen;
1. Sintaktik
2. Fonologi
3. Dan
semantik.
Komponen sintaksis menangani ihwal
yang berkaitan dengan kata, frasa, kalimat. Berdbeda dengan komponen sintaktik,
komponen fonologi bersifat interpretif komponen ini menangani ihwal yang
berkaitan dengan bunyi.
Bunyi merupakan simbol lisan yang
dipakai oleh manusia untuk menyampaikan apapun yang ingin disampaikan. Dalam
komponen fonologi tidak hanya di inventarisasi jumlah dan macam bunyi yang ada
pada suatu bahasa tetapi juga bagaimana bunyi-bunyi tadi membentuk suatu sistem
dalam bahasa tersebut.
Komponen semantik adalah untuk
memperoleh interprestasi semantik barulah kita dapat menghasilkan kalimat yang
kita kehendaki
F. PRAGMATIK
Pragmatik bukanlah
salah satu komponen dalam bahasa, ia hanyalah memberikan perspektif kepada
bahasa. Karena pragmatik menyangkut makna, seringksli ilmu ini dikacaukan
dengan ilmu makna semantik. Pragmatik merujuk kekajian makna dalam interaksi
antara seseorang penutur dengan penutur yang lain (Jucker, 1998).
B.
BAGAIMANA MANUSIA MEMPERSEPSI UJARAN
1. Penelitian
mengenai persepsi ujaran
Perkembangan penelitian
dibidang ini mulai dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi, terutama
dengan terciptanya alat telepon. Dari tahun 1936-1939 dudly dari bell telephone
laboratory, Amerika mengembangkan mesin yang dinamakan voceder. Mesin ini
mulainya adalah untuk menyampaikan signal melalui kabel telephone jarak jauh.
Akan tetapi, kualitasnya tidak cukup baik sebagai piranti komunikasi.
2. Masalah
dalam apersepsi ujaran
Kalau dilihat dari
jumlah bunyi yang diujarkan, tlah di dapati bahwa untuk bahasa inggris
rata-ratanya 2-30 segmen bunyi (fonem) tiap dedik (Ratner dan Gleasen 1998).
Karena bunyi dalam bahasa manapun sifatnya sama, maka dapat diduga bahwa orang
indonesia juga mengeluarkan jumlah bunyi yang sama tiap detiknya, yakni antara
25-30 bunyi. Dengan demikian tiap kali kita berbicara satu menit kita telah
akan mengeluarkan antara 1500-1800 menit.salah seorang wanita seorang peria dan
seorang anak juga berbeda-neda. Getar pita suara wanita berkisar antara
200-300/detik, sedangkan untuk peria hanya sekitar 100/detik. Karena itu,
karena seorang peria kedengaran lebih “berat”. Suara anak lebih tinggi dari
suara wanita karena getaran vita suaranya bisa mencapai 400/detik.
3. Mekanisme
ujaran
Sumber dari bunyi
adalah paru-paru. Paru-paru kita berkembang dan berkempis untuk menyedot dan
mengeluarkan udara. Melalui saluran ditenggorokan,udara ini keluar melalui
mulut atau hidung. Dalam perjalanan melewati mulut atau hidung ini adakalanya
udara dibendung oleh salah satu bagian dari mulut kita sebelum kemudian
dilepaskan. Hasil bendungan udara inilah yang menghasilkan udara. Udara yang
dihembuskan oleh paru-paru kita keluar melewati suatu daerah yang dinamakan
daerah glotal. Semua bunyi yang dibuat dengan udara melalui hidung disebut
bunyi nasal. Sementara itu bunya yang udara yang keluar melewati mulut
dinamakan bunyi oral.
A. Bagaimana
Bunyi Dibuat
Disamping pembagian
bunyi memjadi bunyi nasal dan oral seperti dinyatakan diatas, bunyi juga dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu konsonan dan vokal.
a. Pembuatan
bunyi konsonan
Bunyi dibuat dengan
memanfaatkan bagian mulut seperti lidah, bibir, dan gigi, bagian-bagian ini
dinamakan artikulator. Untuk membuat bunyi konsonan perlu diperhatikan tiga
faktor yaitu:
- titik artikulasi yakni tempat dimana
artikulator itu berada, berdekatan, atau berlekatan.
- cara artikulasi yakni bagaimana caranya udara
dari paru-paru itu kita lepaskan.
- status vita suara yakni dapat terbuka penuh, agak
tertutup/tertutup. Bila kita sedang tidak berbicara maka vita suara kita
terbuka lebar. Mungucapkan seperti [p,], [t], dan [k] vita suara kita agak
terbuka tetapi tidak bergetar. Bunyi yang dihasilkan dengan vita suara yang
tidak bergetar dinamakan tak-voisseles.
Bunyi yang dihasilkan
dengan vita suara bergetar dinamakan bunyi voice
(voiced). Bunyi [b], [d], dan [g], termasuk kedalam kategori ini. Jadi
perbedaan antara [p] degan [b], [t], dengan [d], dan [k], dengan [g] hanya
terletak pada bergetar atau tidaknya vita suara kita.
b. Pembuatan
bunyi vokal
Kriteria yang dipakai
untuk membuat bunyi vokal adalah
-
Tinggi rendahnya lidah
-
Posisi lidah
-
Ketegangan lida
-
Dan bentuk bibir
Karena lidah itu lentur
maka lidah dapat digerakkan untuk dinaikkan atau diturunkan. Naik turunnya
lidah menyebabkan ukuran rongga mulut berubah, bila lidah berada pada posisi
tinggi maka ruang yang akan dilalui oleh udara dari paru-paru menjadi sempit.
c. Fonotaktik
Tiap bahsa memiliki
fungsi sendiri-sendiri untuk menggabungkan fonem untuk menjadi suatu suku dan
kemudian kata. Dengan demikian bukan tidak mustahil ada dua bahasa yang berbeda
memiliki beberapa fonem yang sama tetapi fonotaktiknya yakni sistem pengaturan
fonemnya berbeda
d. Struktur
Sukukata
Suatu Sukukata terdiri dari dua
bagian utama yaitu; onset atau pembuka dan rima atau rhyne. Rima terdiri dari
nukleus dan koda, suatu suku kata bisa memiliki ketiga-tiganya: onset, nukleus
dan koda. Akan tetapi hal ini tidak selalu harus. Nekleus selalu berupa vokal.
Konsonan atau konsonan-konsonan yang berada dimuka nekleus dalam satu suku yang
sama adalah onset dan yang dibelakang nukleus adalah koda. Dalam suatu suku
yang wajib adalah nukleus sedangkan onset atau kodanya bersifat opsional.
Contoh
: Ban : \b\= onset, \a\= nukleus. \n\=
koda.
: Tri :
\tr\= onset, \i\= nukleus.
e. Fitur
Distintif
Sejak tahun 1940-an, linguis mulai melihat
ihwal bunyi dari segi oposisi yang sifatnya biner yaitu sessuatu yang sifatnya
iya atau tidak yang ditandai dengan simbol + dan -. Dalam hal ini fonem /p/ dan
/b/, misalnya satu-satu fitur yag membedakan kedua fonem ini hanyalah ada
tidaknya getaran pada fita suara . Bila ada getaran, fonem itu adalah /b/: bila
tidak /p/. Dengan kata lain /b/ adalah (+vois) sedangkan /p/ adalah (-vois).
Vois merupakan bunyi yang bunyi yang disertai oleh getaran pada fita suara.
Untuk bunyi vokal tidak perlu ada fitur vois karena semua secara otomatis
semuanya (+vois).
f. Voice
Onset Time
Suatu kata tentulah memiliki satu
suku kata atau lebih. Masing-masing suu terdiri dari beberapa fonem. Kata ban
sepeti di atas misalnya terdiri dari tiga fonem yaitu /b/, /a/, dan /n/,
transisi dari satu bunyi kebunyi yang lain tentunya memerlukan waktu. Penutur
asli suatu bahsa akan dengan sangat tepat mengucapkan bunyi-bunyi dalam bahasa
mereka karena VOT mereka adalah akurat. Sebaliknya, seorang yang berbahsa asing
pada umumnya tidak dapat setepat penutur asli sehingga dia tetap kedengaran
seperti orang asing, meskipun dia sangat fasih dalam berbahasa asing itu.
3.2 Signifikasinya
bagi Psikolinguistik
Untuk bunyi dan kata
suatu bahasa ditentukan pula oleh bagaimana bunyi-bunyi itu dibuat, fitur-fitur
mana yang terlibat, dan bagaimana fitur-fitur itu digabungkan.telinga orang
indonesia misalnya, tidak terlatih untuk mendengar bunyi [p] yang diikuti oleh
aspirasi (yakni getaran udara yang keras diwaktu kita mengucapkan bunyi
tertentu).
Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa persepsi kita terhadap bunyi dan gabungan bunyi yang kita
dengar ditentukan oleh tilas (trace)
neurofisiologis yang telah tertanam pada otak kita.
3.3 Transmisi
bunyi
Bunyi yang dikeluarkan
oleh manusia ditransmisikan ke telinga pendengar melalui gelombang udara. Pada
saat suatu bunyi dikeluarkan, udara tergetar olehnya dan membentuk semacam
gelombang. Gelombang yang membawa bunyi ini bergerak dari depan mulut pembicara
ke arah telinga pendengar. Dengan mekanisme yang ada pada telinga, manusia
menerima bunyi ini dan dengan syaraf-syaraf sensori bunyi ini kemudian
“dikirimkan” ke otak untuk diproses dan kemudian ditangkapnya. Pemrosesan di
otak dibimbing oleh pengetahuan kita tentang bahasa tesebut, termasuk tentang
pengetahuan kita tentang bagaimana bunyi-bunyi itu dibuat dan fitur apa saja
yang terlibat.
4. Persepsi
terhadap ujaran
Persepsi tehadap ujaran
bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh manusia karena ujaran merupakan suatu
aktivitas verbal yang meluncur tanpa ada batas waktu yang jelas antara satu
kata dengan kata yang lain. Perhatikan tiga ujaran berikut: (a). Bukan angka, (b) buka nangka, (c) bukan
nangka. Meskipun ketiga ujaran tersebut berbeda maknanya satu dari yang
lain, dalam pengucapannya ketiga ujaran ini bisa sama [bukanaNka].
Pada dasarnya ada tiga tahap dalam pemrosesan
persepsi bunyi (Clark & Clark,1977).
1. Tahap auditori:
pada tahap ini manusia menerima ujaran sepotong demi sepotong. Ujaran ini
kemudian ditanggapi dari segi fitur akustiknya.
2. Tahap fonetik:
bunyi-bunyi ini kemudian kita identifikasi.
Segmen-segmen bunyi ini kemudian kita
simpan di memori fonetik. Perbedaan antara memori auditori dengan memori fonetik
adalah bahwa pada memori auditori semua variasi alovonik yang ada pada bunyi
itu kita simpan sedangkan pada memori fonetik hanya fitur-fitur yang sifatnya
fonetik saja.
3.
Tahap
fonologis: pada tahap ini mental kita menerapkan
aturan fonologis pada deretan bunyi yang kita dengar untuk menentukan apakah
bunyi-bunyi tadi sudah mengikuti aturan fonetik yang pada bahasa kita.
5. Model-model
untuk persepsi
Dalam rangka memahami
bagaimana manusia mempersepsi bunyi sehingga akhirnya nanti bisa terbentuk
kompherensi, para ahli psikolinguistik mengemukakan model-model teoritis yang
diharapkan dapat menerangkan bagaimana proses persepsi itu terjadi
a. Model
teori motor untuk mempersepsi ujaran
Model yang diajukan
oleh Liberman dkk ini menyatakan bahwa manusia mempersepsi bunyi dengan memakai
acuan seperti pada saat dia memproduksi bunyi itu. Namun demikian, bunyi itu
akan tetap merupakan fonem yang sama meskipun wujud fonetiknya berbeda.
Persamaan ini
disebabkan oleh artikulasinya yang sama pada waktu mengucapkan bunyi tersebut.
b. Model
analisis dengan sintesis
Dalam model ini dinyatakan bahwa pendengar
mempunyai sistem produksi yang dapat mensintesiskan bunyi yang sesuai dengan
mekanisme yang ada padanya (Stevens 1960, dan halle 1967 dalam gleason dan
ratner1998), waktu dia mendengar deretan bunyi, dia mula-mula mengadakan
analisis terhadap bunyi-bunyi itu dari segi fitur distingtif yang ada pada
masing-masing bunyi itu.
c. Fuzzy
logical model
Menurut model ini
persepsi ujaran terdiri dari tiga proses:
-
Evaluasi fitur
-
Integrasi fitur
-
Dan kesimpulan
Dalam bentuk ini ada
bentuk prototipe, yakni bentuk yang memiliki semua nilai yang ideal yang ada
pada suatu kata, termasuk fitur-fitur distingtifnya. Informasi dari semua fitur
yang masuk di evaluasi, di integrasi, dan kemudian dicocokkan dengan deskripsi
dari prototipe yang ada pada memori kita.
Misalnya bila kita
mendengar suku yang berbunyi /ba/ maka kita mengaitkannya dengan suku kata
ideal, untuk suku ini, semua fitur yang ada pada konsonan /b/ maupun pada vokal
/a/.
d. Model
cohort
Model untuk mengenal
kata ini terdiri dari dua tahap:
Pertama tahap dimana informasi
mengenai fonetik dan akustik bunyi-bunyi pada kata yang kita dengar itu memicu ingatan
kita untuk memunculkan kata-kata lain.
Pada tahap kedua
terjadilah proses eliminasi secara bertahap, waktu kita mendengar bunyi /r/ maka
kata pahala dan pujaan akan tersingkirkan karena bunyi kedua dari kedua kata
ini bukanlah /r/ seperti pada kata targetnya.
e. Model
Trace
Model ini mula-mulanya
adalah model untuk mempersepsi huruf tetapi kemudian dikembangkan untuk
mempersepsi bunyi. Berdasarkan pada pandangan yang koneksionis dan mengikuti
proses top-down. Artinya konteks leksikal dapat membantu secara langsung
pemrosesan secara perseptual dan secara akustik.
Proses ini terjadi karena tiga tahap:
Tahap tutur, tahap
fonem, dan tahap kata. Pada masing-masing tahap ada node-node yang mewakili
fitur distingtif, fonem, dan kata. Masing-masing node mempunyai tingkatan yang
dinamakan resting, threshold, dan activation. Bila kita mendengar suatu bunyi,
maka bunyi ini akan mengaktifkan fitur-fitur distingtif tertentu dan
“mengistirahatkan” fitur-fitur distingtif lain yang tidak relevan.
6. Persepsi
ujaran dalam konteks
Bunyi
selalu diujarkan secara berurutan dengan bunyi yang lain sehingga bunyi-bunyi
itu membentuk semacam deretan bunyi. Lafal bunyi yang diujarkan secara
berurutan dengan bunyi yang lain tidak sama dengan lafal bunyi itu bila
dilafalkan secara sendiri-sendiri.
Persepsi
terhadap suatu bunyi dalam deretan bunyi bisa pula dipengaruhi oleh kecepatan
ujaran. Suatu bunyi yang diucapkan dengan bunyi-bunyi yang lain secara cepat
akan sedikit banya berubahnya lafalnya.
A.
KESIMPULAN
Psikolinguistik
merupakan gabungan antara dua ilmu psikologi dan linguistik . benih ilmu ini
sebenarnya sudah tampak pada permulaan abad ke 20 tatkala psikolog Jerman
Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan dengan dasar
prinsip-prinsip psikologis (kess, 1992). Pada waktu itu telaah bahasa mulai
mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik dan kultural ke suatu pendekatan
yang ilmiah.
Bahasa adalah suatu
sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat
bahasa untuk berkomunikasi dan berintraksi dengan sesamanya, berlandaskan pada
budaya yang mereka miliki bersama.
B.
SARAN
Dalam penyusunan
makalah ini kami masih sangat banya kekurangan, maka dari itu kritik dan saran
dari teman-teman semuanya masih sangat kami harapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar