Selasa, 26 Juni 2012

Tertangkap Karena Razia


Tertangkap Karena Razia
Cerpen: I’anatul Insianah
Tidak seperti biasanya, kali ini Candra bangun lebih awal tanpa dibangunkan oleh siapa pun.  Selesai mandi dan menggunakan seragam sekolah ia segera bergegas pergi tanpa berpamitan dengan Papanya yang sudah menunggu di meja makan bersama Mama tirinya.
          “Candra! Sarapan dulu!” Ajak Papanya saat Candra melewati meja makan dengan tergesa-gesa. Namun, Candra tidak menghiraukannya.
           “Candra!” Panggilnya lagi dengan nada agak meninggi.
           “Sudahlah, Pa, mungkin dia buru-buru…” Mama tirinya mencoba meredam emosi suaminya.
           “Anak itu semakin dibiarkan semakin keterlaluan!” Gerutunya lagi.
        Candra adalah anak semata wayang Pak Brahma. Ia sangat tidak menyukai Mama tirinya. Karena baginya Almarhumah Mamanya tidak akan pernah tergantikan. Demikian dengan Papanya pun semakin lama semakin menjauh semenjak Papanya menikahi wanita yang pernah bekerja menjadi penyanyi kafe yang kini adalah Mama tirinya itu.
Pak Brahma lebih banyak memberikan kasih sayang kepada anaknya berupa materi, bukan kasih sayang yang berupa perhatian. Dahulu saat almarhumah Mamanya masih hidup, Candra masih ada yang membimbing karena Mamanya adalah sosok ibu yang perhatian dan penyanyang. Namun, saat ini Mamanya telah tiada, Papanya kurang memperhatikannya dan sibuk dengan urusan kantornya. Sebenarnya, Mama tirinya juga ingin memberi perhatian kepada Candra, namun mau bagaimana lagi, Candra sudah terlanjur tidak menyukainya, dan ia pun dipekerjakan sebagai sekretaris di perusahaan Papanya, sehingga tidak ada waktu untuk di rumah. Dirumah hanya ada pembantu dan tukang kebun saja.  Hal ini yang membuat Candra tidak terperhatikan sekolah dan pergaulannya.


            Ternyata pagi ini Candra terburu-buru bukan untuk langsung pergi ke sekolah, tetapi menemui teman-teman nongkrongnya di sebuah perbukitan yang jauh dari keramaian.
            “Mana barangnya?” Candra menanyakan sesuatu kepada Beno.
            “Sabar, bro! Tenang aja, udah gua siapin tiga bungkus buat lo!”
            “Harganya lebih tinggi ya, bro! Soalnya ini barang agak jauh ngedapatinnya!” Ujar Tora.
            “Iya iya, lo kaya sama siapa aja, gua pasti bayar berapa pun harganya! Sekarang mana barangnya?” Desak Candra tidak sabar menunggu barang yang ia inginkan.
            “Ambil, Jon!” Beno memerintah Joni untuk mengambil barangnya di mobil.
            Sambil menunggu temannya mengambil barang yang diinginkan, Candra menyulut sebatang rokok.
            Lo mau ke sekolah, bro?” Tanya Ray kepada Candra.
            “Ya iya, lha… seperti yang lo lihat, gua pakai seragam sekolah, kan!”
            “Iya, sih… tapi gua heran aja, lo kok berani banget bawa-bawa barang gituan ke sekolah?”
            “Jiaaah… lo kaya baru kenal gua sehari aja! Seorang Candra enggak pernah takut sama siapapun, kecuali Tuhan dan Mama kandung gua! Dan selama ini gua masih aman-aman aja, kan!” Mendengar Candra berkata seperti itu mengundang gelak tawa keempat temannya.
            “Kok lo pada ketawa, sih? Apanya yang lucu?” Tanya Candra keheranan.
            “Lucu aja, bro, takut sama Tuhan tapi lo masih ngejalanin yang kaya begini, seandainya nyokap lo tahu apa yang lo lakukan saat ini, apa lo akan menghindari kenyataan? Ya… gua sebagai teman cuma menyarankan agar lo berhati-hati. Seperti pepatah lama, bro, sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga!” Ujar Joni sambil menyerahkan barang yang sejak tadi ditunggu oleh Candra.
            “Itu juga berlaku buat kalian semua!” Sambung Candra terhadap kata-kata Joni.
            “Ya… itu berlaku untuk kita semua, tapi yang paling utama itu lo, bro! Lo masih sekolah, lo harus waspada karena lambat laun pasti ketahuan! Sayang aja sekolah lo, bro! Lo masih diberi Tuhan otak yang cerdas, ortu lo juga enggak kekurangan. Kalau gua jadi lo gua enggak mau ngelakuin hal yang seburuk ini!” Ujar Joni.
            “Tapi lo enggak tahu gimana rasanya ditinggalkan seorang Ibu yang lo sayangi yang selalu memberi perhatian dan kasih sayang, dan harus digantikan oleh wanita lain dalam waktu yang tidak lama, dan hidup gua spontan berubah, enggak terurus, enggak ada kasih sayang yang tulus dari bokap gua! Gua Cuma disuapi dengan materinya yang berlimpah ruah, tapi gua haus perhatian! Hidup gua sama aja dengan anak terlantar!”
            “Sabar, bro… Masalah jangan terlalu diambil pusing, bro! Dibawa have fun aja!” Beno mencoba menghibur sembari merangkul Candra.
            Waktu telah menunjukkan pukul 06.50. Candra segera pergi meninggalkan keempat temannya untuk menuju ke sekolah.


            Lima menit sebelum masuk Candra sudah sampai di sekolah. Dengan langkahnya yang cepat dan sedikit mengejar waktu, tiba-tiba ia menabrak Anita, teman sekelasnya, saat memasuki ruang kelas.
            “Kalau jalan lihat-lihat, dong! Main tabrak aja!” Bentak Candra karena tidak mau disalahkan. Spontan wajah Anita memerah karena takut.
            “Ma…maaf Can, a…a…”
            “A i u a i u!” Gertaknya lagi sambil meninggalkan Anita yang masih di depan pintu. Teman-teman sekelasnya yang menyaksikan kejadian tersebut juga mulai takut saat Candra duduk di sekitar mereka, kecuali kedua teman dekatnya,Rama dan Jek.
            “Tumben lo enggak telat, bro?” Tanya Rama sembari menenggerkan tangannya di atas bahu Candra.
            “Iya, bro! tumben banget lo! Biasanya pelajaran udah mau habis lo baru datang!” Jek menyambung kata-kata Rama.
            “Tadi gua ada urusan sedikit, jadi gua agak cepat bangun!”
            “Tapi muka lo lusuh banget, bro! Ada masalah? Cerita dong, bro, sama kita-kita! Siapa tahu kita bisa bantu, iya enggak, Jek?”
            “Iya nih, lo udah jarang banget mau berbagi cerita sama kita-kita! Enggak asik banget lo sekarang, bro!
            Ah, enggak juga, gua enggak ada masalah apa-apa, perasaan lo lo aja! Akhir-akhir ini badan gua lagi enggak fit aja.” Candra mencoba menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.
            Tak lama kemudian, Pak Joko, guru matematika yang sangat kental dengan logat Jawanya, memasuki ruang kelas.
            “Selamat pagi!” Sapanya kepada murid-muridnya.
            “Pagi, Pak!” Sahut murid-muridnya dengan kompak.
            “Kemarin saya sudah menjelaskan bagaimana cara menghitung logaritma, sekarang saya akan memberi soal untuk pemanasan kalian belajar pagi ini!” Ujar Pak Joko sembari menuliskan beberapa soal di papan tulis, sementara murid-muridnya banyak yang menggerutu karena pagi-pagi sudah harus berhitung.
            “Nah, siapa yang bisa mengerjakan soal nomor satu? Silakan ke depan!” Pak Joko menawarkan murid-muridnya untuk mengerjakan soal yang telah ditulisnya di papan tulis. Semuanya hanya ternganga melihat soal yang begitu menyeratkan tenggorokan mereka. Tiba-tiba Candra dan Anita mengacungkan tangan secara bersamaan. Candra memelototi Anita. Akhirnya Anita segera menurunkan tangannya.
            “Ya, kamu, Candra! Silakan dikerjakan!” Tunjuk Pak Joko kepada Candra.
            Candra segera mengerjakan soal yang diberikan dengan lancar-lancar saja. Soal yang menurut mereka sedikit rumit, hanya sekejap saja selesai dikerjakan oleh Candra. Siswa-siswi yang lain heran dengan Candra, karena yang mereka tahu Candra sering membolos sekolah, namun ia selalu bisa jika diminta mengerjakan di depan kelas. Sebenarnya Candra sejak dulu adalah anak yang pintar, namun karena tingkah lakunya selama di SMA semakin lama semakin kurang baik, baik dari absensinya, hingga sikapnya terhadap guru-guru maupun siswa-siswi lain, membuat reputasinya di sekolah di pandang buruk. Namun, seburuk-buruknya tingkah laku Candra, ia selalu ingat pesan ibunya agar tidak berhenti belajar karena ilmu itu tidak ada habisnya, sehingga di setiap ia ada waktu santai pasti ia gunakan untuk belajar.
            “Bagus Candra! Silakan duduk!” Perintah Pak Joko saat Candra selesai mengerjakan soal. “Kenapa yang lain jarang sekali aktif saat saya beri soal seperti ini? Saya memang tidak suka dengan sikap Candra, tapi saya bangga dengan Candra yang selalu bisa dan aktif, nilainya juga selalu tinggi. Kalian yang selalu datang tepat waktu ini, apa yang kalian kerjakan saat saya menjelaskan sehingga tidak bisa mengerjakan soal-soal yang saya berikan?” Tambahnya dengan kesal.
            Seisi kelas terdiam mendengarkan ceramah Pak Joko, beberapa siswa menggerutu di belakang. Setelah diam sejenak, Pak Joko mulai berbicara lagi. “Kalau bisa kalian belajar dengan Candra, belajar dari sisi positifnya. Dan kamu, Candra! Saya harap kamu bisa lebih sering masuk dari pada membolos, dan jangan pernah membuat onar lagi. Itu harapan saya!” Tegas Pak Joko.
            Candra hanya meresponnya dengan anggukan kepala dan raut muka yang dingin.
            “Selanjutnya, siapa yang bisa mengerjakan soal nomor du…” Tiba-tiba kata-kata Pak Joko terhenti saat tampak tiga orang berseragam polisi berdiri di depan pintu kelasnya.
            “Selamat pagi, Pak! Maaf, mengganggu proses belajar mengajarnya!” Ujar salah seorang dari ketiga polisi tersebut.
            “Oh, iya, tidak apa-apa. Kalau boleh tau ada keperluan apa ya, Pak?”
            “Kami dari kepolisian, maksud dan tujuan kami kemari yaitu sehubungan dengan beredarnya video porno yang sedang marak saat ini. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang telah banyak terjadi pada kalangan pelajar yang bertindak asusila, kami ditugaskan untuk merazia handphone maupun laptop para pelajar di sekolah ini, Pak!”
            “Oh, boleh-boleh saja, Pak!” Pak Joko mempersilakan para polisi tersebut untuk mulai merazia di kelasnya. “Semua tas harus di atas meja!” Perintah Pak Joko kepada murid-muridnya.
            Deg… Spontan muka Candra berubah pucat pasi. Ia kebingungan sendiri saat polisi langsung menggeledah tas dari meja barisan paling depan sehingga tasnya digeledah lebih dulu. Ketika polisi mendapatkan handphonenya yang terdapat di saku tasnya, polisi juga melihat bukusan kecil berwarna putih yang terselip di saku tasnya. Setelah melihat isi handphone Candra yang tidak ditemukan satupun video porno, polisi segera kembali meneliti bungkusan putih tersebut.
            “Wah, ini sepertinya sabu-sabu!” Ujar polisi yang menggeledah tas Candra.
            Semua mata kini tertuju pada benda putih tersebut. Rama dan Jek tercengang melihat kejadian itu. Candra hanya terdiam membisu tanpa berkata sepatah katapun.
            “Candra? Apa benar kamu melakukan ini?” Tanya Pak Joko dengan raut muka yang sangat kecewa. Candra tetap saja diam bagai patung.
            “Maaf, Pak, kami tidak menemukan video porno dari anak-anak didik Bapak, tapi karena kami menemukan sabu-sabu ini, jadi kami terpaksa membawa saudara Candra untuk diperiksa lebih lanjut di kantor polisi!” Ujar polisi tersebut sembari memborgol kedua tangan Candra.
            “Baiklah, Pak, saya serahkan Candra kepada pihak yang berwajib!” Ujar Pak Joko dengan wajah yang penuh kecewa, dan tidak mampu berkata apa-apa lagi.
            “Kalau begitu, kami segera permisi dulu, terima kasih atas kerja samanya!” Ketiga polisi tersebut berpamitan dengan Pak Joko dan membawa Candra.
            “Iya, Pak. Sama-sama…” Sahut Pak Joko.
            Bro!” Panggilan Rama dan Jek menghentikan langkah Candra dalam tuntunan polisi.
            “Jadi itu yang selama ini bikin lo jauh dari kita-kita?” Tanya Rama dengan penuh tatapan.
            “Maafin gua, sudah terlalu banyak masalah yang gua hadapi, gua enggak mau bawa-bawa lo berdua ke dalam masalah gua!” Jawab Candra dengan penyesalannya.
            “Tapi seenggaknya lo bisa cerita sama kita-kita, bro! Kita selalu siap bantu setiap lo ada masalah. Bukan kaya gini caranya!” Ujar Jek sembari memegang kedua pundak Candra.
            “Sudahlah! Sekarang lupain gua, lupain sahabat semacam gua! Sekarang lo tahu kan, gua seorang pecandu! Hidup gua sudah hancur! Gua bukan sahabat yang baik buat lo berdua!” Candra tak kuasa menahan haru dan segera pergi meninggalkan kedua sahabatnya.
            Bro! bro!” Teriak Rama dan Jek memanggil Candra yang sudah tertuntun oleh polisi.


            Pak Brahma mendapat kabar dari pihak sekolah tentang tertangkapnya Candra. Pak Brahma segera mendatangi kantor polisi di mana Candra diproses.
            “Ada apa dengan anak saya pak?” Tanyanya tiba-tiba saat sampai di kantor polisi, kemudian ia langsung tertuju kepada Candra, “apa yang kamu lakukan, Candra! Kamu mau bikin malu Papa?!”
            “Untuk apa Papa kemari? Papa masih peduli?” Sahut Candra dengan ketus.
            “Apa maksudmu berkata seperti itu?”
            “Selama ini Papa kemana? Mengapa baru sekarang Papa mau peduli?”
            “Apa yang kamu bicarakan, Candra? Semua yang Papa lakukan selama ini juga untuk kamu! Papa bekerja juga untuk kamu! Papa juga berikan fasilitas yang lengkap! Apa itu masih kurang? Dan ini balasan kamu dengan berurusan dengan polisi! Memalukan!”
            “Oh… Begitu ya? Apa Papa tahu apa yang Candra lakukan di rumah, di sekolah, dan di luar sana? Apa Papa pernah mau tahu apa yang Candra lakukan hingga sekarang ini Candra berada di sini? Apa Papa tahu Candra tidak pernah mendapat perhatian berupa kasih sayang tapi materi?!!!” Candra menatap Papanya dengan tatapan tajam.
            Pak Brahma terdiam. Polisi pun menghentikan percakapan mereka.
            “Maaf, Pak? Sebaiknya kasus anak Bapak segera diproses agar cepat selesai”
            “Oh, iya, Pak. Sebenarnya apa masalah anak saya, Pak?” Tanya Pak Brahma pada polisi.
            “Anak Bapak terbukti sebagai pemakai sabu-sabu. Kami akan coba memproses terlebih dahulu apakah saudara Candra juga sebagai pengedarnya.”
            “Baik, Pak. Kalau begitu sebaiknya segera diproses saja.”
Tiba-tiba Mama tirinya datang membawa beberapa teman Candra yang dapat member kesaksian atas kasus yang menimpa Candra. Dan akhirnya Candra hanya terbukti sebagai pemakai dan bukan pengedar. Namun, Candra harus direhabilitasi. Pak Brahma pun menyadari kesalahannya yang kurang perhatian terhadap anaknya.
“Maafkan Papa, Candra. Mulai dari sekarang Papa akan meluangkan sedikit waktu untuk kamu. Papa sangat menyesal, karena Papa terlalu egois, selalu sibuk dengan urusan Papa sendiri.” Ujar Pak Brahma dengan penuh penyesalan
“Mama juga ingin menjadi Ibu yang baik untuk kamu, Candra. Mama ingin kamu mau menganggap Mama seperti Mama kamu sendiri. Maaf jika Mama berharap lebih, Mama hanya ingin bisa menyayangi kamu sebagaimana seorang Ibu menyayangi anak kandungnya…” Mama tirinya memohon penuh harap.
Candra terdiam sejenak, kemudian ia memeluk Papa, dan Mama tirinya. Ia menangis dengan penuh haru. Papa dan Mama tirinya juga membalas pelukan Candra.
Akhirnya, Candra pun menerima Mama tirinya. Papa dan Mama tiri Candra juga sering menjenguk Candra dimana ia direhabilitasi. Dan kini walaupun hanya di tempat rehabilitasi, Candra dapat merasakan perhatian dan kasih sayang dari Papa dan Mama tirinya. Ia juga mendapatkan pelajaran paling berharga.



KARYA         : I’ANATUL INSIANAH
KELAS           : C7 (Bahasa dan Sastra Indonesia)

A.    Unsur Intrinsik
a.       Tema                                                   : Pendidikan.
b.      Judul                                                   : Tertangkap Karena Razia.
c.       Sudut pandang                                                : Orang ketiga. Tidak sebagai pelaku.
d.      Latar/setting               
1.Tempat                                    : Rumah, bukit, sekolah.
2.Waktu                                     : Pagi.
e.       Alur/plot                                              : Maju.
f.       Penokohan
1.Candra                                                : Keras, tidak peduli, pintar.
2.Pak Brahma/Papa Candra       : Keras, egois.
3.Mama tiri Candra                    : Baik, sabar, penyayang.
4. Beno                                        : Santai.
5. Tora                                         : Santai.
6. Joni                                          : Baik, setia kawan.
7. Ray                                          : Santai.
8.Anita                                       : Mudah takut.
9.Rama                                       : Santai, baik, setia kawan.
10.                    Jek                               : Santai, baik, setia kawan.
11.                    Pak Joko                      : Tegas, bijaksana.
12.                    Polisi                           : Tegas.
g.      Penyelesaian                                        : Bahagia (Happy Ending)
h.      Amanat                                               :
 Jika diterpa masalah seberat apapun jangan dilarikan kepada hal-hal yang negative, seperti memakai narkoba, minum minuman keras, dan lain sebagainya, itu akan menghambat segalanya. Sekolah terbengkalai, bahkan kita juga bisa dijauhi teman, ataupun keluarga. Jika ada hal yang lebih positif untuk dapat dilakukan, itu akan menjadi permulaan yang baik untuk memulai kehidupan ke arah yang lebih baik.

Contoh Proposal Bedah Skripsi



   Buat temen-temen... Khususnya mahasiswa semester awal yang dapat tugas dari dosen bikin prososal bedah skripsi, gue berbagi contoh proposal bedah skripsi nih... Ini buatan gue sendiri n langsung dapat nilai 85+ oleh dosen profesional... Lumayan kannn....

Semoga bermanfaat.... (Mohon maaf atas kelebihan dan kekurangannya)



1.      Judul Penelitian
Kemampuan  Mengembangkan Karangan Narasi Berdasarkan Teks Wawancara Oleh Siswa Kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.

2.      Latar Belakang
Kemampuan berbahasa dalam KBK mencakup empat aspek penting, yaitu (1) keterampilan mendengar, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Kemampuan berbahasa ini berhubungan erat dalam usaha seseorang memperoleh kemampuan berbahasa yang baik. Berbagai usaha dilakukan untuk membina dan mengembangkan bahasa agar benar-benar memenuhi fungsinya.
Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah melalui program pendidikan di sekolah, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut Depdiknas (2003:6-7), mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
1)      berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan;
2)      menghargai dan bangga menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara;
3)      memahami bahasa indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
4)      menggunakan bahasa indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;
5)      menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan
6)      menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia indonesia (Sic).
Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses pembelajaran sering berhubungan satu sama lainnya. Menyimak dan membaca  erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna (Tarigan, 1986:10). Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan informasi yang diterima dari proses menyimak dan membaca. Jadi, semakin banyak seseorang menyimak atau membaca semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk diekspresikan secara tertulis. Kemudian, Crimmon (dalam Kurniawan 2006:122) mengatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan  salah satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan penguasaan keterampilan menulis, diharapkan siswa dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan, baik fiksi maupun nonfiksi. Asumsinya, pengungkapan tersebut merupakan peresapan, pemahaman, dan tanggapan siswa terhadap berbagai hal yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, segala informasi, ilmu pengetahuan, dan berbagai kecakapan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran tidak akan sekedar menjadi hafalan yang mudah dilupakan sesaat setelah siswa menjalani tes.
Tujuan pembelajaran menulis belum dicapai secara maksimal oleh siswa. Menurut Trimantara (2005:1), penyebab terhadap tidak tercapainya tujuan pembelajaran menulis meliputi
1)      rendahnya tingkat penguasaan kosa kata sebagai akibat rendahnya minat baca;
2)      kurangnya penguasaan keterampilan mikrobahasa, seperti penggunaan tanda baca, kaidah-kaidah penulisan, diksi, penyusunan kalimat dengan struktur yang benar, sampai penyusunan paragraf;
3)      kesulitan menemukan metode pembelajaran menulis yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa; serta
4)      ketiadaan atau keterbatasan media pembelajaran menulis yang efektif.

Karena pentingnya keterampilan menulis, pengembangan pembelajaran menulis perlu ditingkatkan. Peningkatan pembelajaran menulis dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan. Purwo (1990:166-171) mengatakan kegiatan pengembangan pembelajaran menulis dapat dilakukan dengan kegiatan mengembangkan logika, melatih daya imajinasi, merangkai kata menjadi kalimat, dan merangkai kalimat menjadi paragraf. Hal ini dilakukan untuk mengaktifkan daya kreatif siswa dalam mengasah kecerdasan mareka.
Tes kemampuan menulis dapat divariasikan dalam berbagai bentuk tulisan. Tekniknya dapat disajikan data verbal, gambar, tabel, teks, peta, bagan. Dari data-data itu, siswa diminta untuk menulis sebuah karangan. Melalui kegiatan inilah kemampuan komunikatif siswa diukur secara terintegrasi (Mahmud, 2003:14).
Penggunaan teks wawancara sebagai alat bantu dalam mengembangkan karangan narasi akan membantu siswa untuk  menceritakan kembali sesuatu peristiwa atau kejadian secara kronologis. Kegiatan seperti ini menyuburkan kesempatan kreatif bagi  siswa dalam  menampilkan gagasan dan keahlian memilih kata serta merangkainya menjadi kalimat.
Penelitian ini mencoba mengukur kemampuan menulis siswa melaluiKemampuan  Mengembangkan Karangan Narasi Berdasarkan Teks Wawancara oleh Siswa Kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya”. Adapun tujuan utamanya adalah mendeskripsikan kemampuan menulis siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya melalui mengembangkan teks wawancara menjadi karangan narasi. Hal ini dilakukan karena selama ini siswa SMP masih dianggap belum mampu untuk menulis dengan alasan menulis itu cukup sulit untuk dikuasai  oleh mereka, padahal siswa SMP ditutut memenuhi kemampuan yang memadai dalam menulis.
Pemilihan  siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya sebagai populasi penelitian didasari atas pertimbangan (1) sebagaimana siswa di SMP lainnya, siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya telah mendapat pengajaran menulis sebagaimana tertera dalam kurikulum yang berlaku, (2) setelah menjalani pembelajaran, siswa dituntut memiliki kemampuan yang memadai dalam menulis, dan  (3) siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya  perlu mendapat pembinaan yang intensif dalam menulis.


3.                  Rumusan Masalah
Bedasarka latar belakang di atas, masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan  mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara oleh siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya?

4.                  Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan menulis siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya. Secara khusus penelitian ini  bertujuan mendeskripsikan kemampuan  mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara oleh mereka.
5.                  Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang mewajibkan penuturnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Penelitian ini juga menjadi pengetahuan, khususnya bagi peneliti, siswa, guru, dan masyarakat umum.
6.                  Populasi Dan Sampel Penelitian
a.      Populasi
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas I  SMPN 1  Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya. Jumlah populasi seluruhnya adalah 190 siswa. Adapun rincian populasi tersebut dapat dilihat berikut ini.
TABEL 1
RINCIAN POPULASI

No.
Kelas
Jumlah siswa
1.
I.1
26
2.
I.2
41
3.
I.3
42
4.
I.4
41
5.
I.5
40
Jumlah
190


b.      Sampel Penelitian
      Subjek penelitian ini tergolong banyak, oleh karena itu dilakukan penelitian sampel. Penetapan sampel  penelitian ini didasarkan pada pedapat Arikunto (1998:120)  “Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya banyak dapat diambil 10-15% atau 20-25%  atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti, sempit luasnya wilayah pengamatan, dan besarnya resiko peneliti.”
      Berdasarkan pendapat di atas, sampel penelitian ini ditentukan sebanyak 25% dari jumlah populasi sebanyak 190 siswa, yaitu 48 responden. Sampel tersebut diambil secara acak pada lima kelas paralel. Dengan demikian, setiap kelas diambil 25%  sebagai sampel penelitian. Adapun rincian sampel tersebut dapat dilihat berikut ini.   

         TABEL 2
RINCIAN SAMPEL
No.
Kelas
Jumlah siswa
1.
I.1
6
2.
I.2
11
3.
I.3
11
4.
I.4
10
5.
I.5
10
Jumlah
48


7.      Metode dan Teknik Penelitian
a.      Metode Penelitian
      Penelitian ini menggunakan metode penganalisisan deskriptif kuantitatif yang bermaksud mendeskripsikan kemampuan mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara oleh siswa kelas I  SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya secara objektif. Hal ini dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh murid dalam menulis, khususnya menulis karangan narasi bardasarkan teks wawancara.


b.      Teknik Penelitian
                                                              i.      Teknik pengumpulan data
Objek penelitian ini adalah karangan siswa. Siswa diberi tugas menulis karangan narasi berdasarkan teks wawancara dengan waktu yang telah ditentukan (90 menit). Instrumen yang digunakan adalah teks wawancara. Teks wawancara tersebut dikembangkan menjadi karangan narasi. Teks wawancara yang telah diubah menjadi karangan narasi diberi penilaian berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan. Aspek penilaian tersebut dibagi atas dua jenis, yaitu aspek substansi dan aspek kebahasaan. Adapun rincian aspek ini adalah sebagai berikut.
TABEL 3
ASPEK SUBSTANSI

No.
Aspek penilaian

Skor maksimum
Skor siswa
1.
susunan kronologis
30

2.
kesesuaian isi narasi dengan teks wawancara
30

Jumlah
60


TABEL 4
ASPEK KEBAHASAAN
No.
Aspek penilaian

Skor maksimum
Skor siswa
1.
ejaan
10

2.
diksi
10

3.
kalimat efektif
10

4.
paragraph
10

Jumlah
40


                                                            ii.      Teknik Pengolahan Data
            Sesuai dengan metode yang telah dilakukan, prosedur pengolahan data ditempuh melalui sejumlah tahapan, yaitu:
a)      memeriksa karangan siswa berdasarkan aspek penilaian yang telah ditentukan;
b)     memberikan skor pada aspek yang diperiksa sesuai dengan ketentuan pengskoran yang telah ditetapkan. kemudian, skor yang diperoleh oleh setiap siswa dihitung sebagai nilai kemampuan siswa yang bersangkutan;
c)      merekap data penilain yang diperoleh siswa untuk setiap aspek yang diteliti; dan
d)     menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa pada setiap aspek yang diteliti, kemudian mencari nilai rata-ratanya.
c.       Teknik Data
penelitian ini menganalisis data dengan menggunakan teknik statistik sederhana. Hal ini bertujuan untuk mencari
1)      tingkat penguasan rata-rata setiap aspek yang ditentukan;
2)     
Keterangan:       =  mean (nilai rata-rata)
 n      =  jumlah data
∑Xi   =  jumlah harga seluruh data
 
 
tingkat penguasaan rata-rata keseluruhan aspek yang diteliti, untuk mencari nilai rata-rata keseluruhan aspek yang diteliti,  menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Umar (2005:100-101) sebagai berikut.




Setelah diperoleh nilai rata-rata, langkah selanjutnya adalah menentukan klasifikasi penilaian dengan menggunakan skala Depdiknas (2004:57) yaitu,  sebagai berikut.




TABEL 5
KUALIFIKASI NILAI

No.
Kualifikasi
Skor
1.
sangat baik
85-100
2.
baik
70-84
3.
cukup
55-69
4.
kurang
40-54
5.
sangat kurang
≤ 39





8.                  Hasil Pengumpulan Data
Data penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara. Penilaian terhadap data penelitian ini meliputi aspek substansi dan aspek kebahasaan. Skor aspek substansi adalah 60 yang terdiri atas skor susunan kronologis 30 dan skor kesesuaian isi narasi dengan teks wawancara 30. Adapun skor untuk aspek kebahasaan adalah 40 yang terdiri atas ejaan 10, diksi 10, kalimat efektif 10, dan paragraf 10.
Data penelitian disajikan atau diklasifikasikan dalam tabel. Adapun nilai-nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes kemampuan mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara adalah sebagai berikut.

TABEL 7
DATA KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KARANGAN NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA
No.
Nama
Aspek Penilaian
Substansi
Kebahasaan

Jumlah
Kronologis
Kesesuaian
Ejaan
Diksi
Kalimat efektif
Paragraf
1.
Wahya Alfari
10
20
7
5
3
3
48
2.
Zainal
10
20
5
4
3
3
45
3.
Alam Syah
9
12
4
3
3
2
33
4.
Fadlul ramadhan
25
25
8
7
5
5
75
5.
Syarifah Siti Khatijah
26
25
7
7
5
4
74
6.
Cut Maladewi
6
8
4
3
3
2
26
7.
Zahrul Aini
7
10
5
3
3
3
31
8.
Suriani
5
7
5
3
3
3
26
9.
Jehan Larasati
20
18
7
5
4
3
57
10.
M. Jamal
7
6
3
3
3
3
25
11.
Rahmad Radali
8
12
5
3
4
3
35
12.
Teuku Hamzah
4
5
6
3
3
2
23
13.
Putri Andriani
18
20
8
7
6
4
63
14.
Ririn Sandari
26
27
8
8
7
5
81
15.
Munawar
18
17
7
6
5
4
57
16.
Riko
7
7
5
4
3
2
28
17.
Khalis Auli
12
8
6
5
3
3
37
18.
Mailizatur Rahmi
23
21
8
6
5
4
67
19.
Suhardini
8
15
6
3
3
3
38
20.
Sari Rahma Hayati
7
10
3
4
2
3
29
21.
Sri Kuswanti
7
6
4
4
3
2
26
22.
Said Munasar
9
13
4
4
3
3
36
23.
Mahmuddin. A
4
12
4
4
3
3
30
24.
Chairatul Ulya
15
18
7
5
5
4
54
25.
Ade Supardi
13
19
6
4
4
4
50
26.
Yulia Siska
10
8
7
5
4
3
37
27.
Rosmanidar
24
25
8
8
7
5
77
28.
Ahmad Dailami
13
20
7
8
6
5
59
29.
Desliani
10
15
4
4
3
3
39
30.
Ait Safriana
7
8
3
3
2
2
25
31.
Rizki Adlian
6
5
2
3
2
2
20
32.
Andia Darmawi
6
8
2
3
3
2
24
33.
Ridki Rahmat
8
14
4
4
3
3
36
34.
Desi Marlina
9
15
5
4
3
3
39
35.
Desi Santi Riana
20
25
6
5
5
4
65
36.
Rina Wati
21
24
6
5
4
4
64
37.
Ronal Sutiawan
10
15
5
4
3
3
40
38.
Maizatul Marvirah
13
18
6
5
4
3
49
39.
Aswatul Ulfa
8
17
3
4
3
2
37
40.
Zian Rahma
14
19
6
8
5
3
55
41.
Lilil Amri
7
12
3
3
3
3
31
42.
Yuyun Marlina
23
24
6
5
4
4
66
43.
Sani Yufriami
24
25
7
7
6
4
73
44.
Marzalena
25
26
7
7
6
5
76
45.
Deni Irsan
7
8
3
2
2
2
24
46.
Novia Riani
19
23
6
5
4
4
61
47.
Rahmad Sauhari
12
11
3
2
2
2
32
48.
Noviana
20
22
4
3
4
3
56
Jumlah
620
748
255
220
182
154
2179



a.      Pengolahan dan Penganalisisan Data
Data penelitian ini diolah dengan mengunakan teknik stastistik. Pengolahan data yang berupa nilai mentah kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya dalam mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara dilakukan dengan menyusun tabel distribusi frekuensi  dan menghitung nilai rata-rata (mean). Pengolahan data tersebut dilakukan sebagai berikut.
b.      Menyusun Tabel Distribusi Frekuensi
Berdasarkan data nilai kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara, apabila dilihat persentase siswa dalam sebaran nilai klasifikasi Depdiknas (2004) adalah  sebagai berikut.
TABEL 8
DISTRIBUSI FREKUENSI KEMAMPUAN  MENGEMBANGKAN KARANGAN NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA OLEH SISWA KELAS I SMPN 1 KECAMATAN SEUNAGAN KABUPATEN NAGAN RAYA
No.
Nilai
Frekuensi
Persentase
Kualitatif
Kuantitatif
1.
sangat baik
85-100
0
0%
2.
baik
70-84
6
12,5%
3.
cukup
55-69
10
20, 8%
4.
kurang
40-55
7
14,6%
5
sangat kurang
≤ 39
25
52,1%
Jumlah
48 (100%)
100%



c.       Menentukan Nilai Rata-Rata (Mean)
Nilai rata-rata kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara adalah sebagai berikut.
Jadi, kemampuan rata-rata siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara adalah 45,39 dan dibulatkan menjadi 45. Apabila nilai rata-rata ini dimasukkan ke dalam klasifikasi nilai mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara, nilai rata-rata (mean) tersebut termasuk kategori  kurang. Dengan kata lain, mereka belum mampu mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara.