Psikologi Sastra
SIKAP PENGORBANAN TERHADAP CINTA OLEH TOKOH SI GADIS TERHADAP TOKOH
LELAKI PADA CERPEN BUKIT-BUKIT BAGAI GAJAH PUTIH KARYA ERNEST HEMINGWAY
(PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA)
A. Sinopsis
Berawal dari sebuah meja yang berada di sebuah bar. Seseorang lelaki Amerika dan seorang gadis duduk di sana. Bar yang letaknya masih dalam kawasan stasiun itu merupakan tempat persinggahan para penumpang untuk menunggu kereta selanjutnya. Bar yang dihiasi tirai yang terbuat dari jalinan manik-manik bambu.
Pemandangan dari seberang bar adalah sebuah perbukitan. Perbukitan yang menurut si gadis tampak seperti gajah-gajah putih. Suasana hangat, sedikit disertai emosi, serta segala suasana hati tampak dalam perbincangan si gadisdan lelaki itu. Sebuah minuman bir jenis apapun telah mereka nikmati. Seseorang wanita yang merupakan pelayan di bar itu hadir dalam perbincangan mereka. Pelayan itu menghadirkan bir pesanan di sela perbincangan mereka.
Dalam percakapan antara si gadis dan lelaki tampak bahwa mereka sepertinya mengalami sesuatu hal dalam hubungan cinta mereka. Rasa resah dan gelisah tampak pada si gadis dan lelaki itu meski keduanya menutupi segala suasana hati yang berkecamuk dalam dada.
Pada si gadis tampak benar bahwa ia begitu pasrah terhadap apa yang akan menjadi keputusan atau jaln hidupnya. Sadangkan si lelaki sepertinya enggan membuat kesedian pada diri si gadis namun si lelaki ini masih saja diliputi sedikit keegoisan pada dirinya yakni dengan sedidit mempengaruhi jalan pikiran si gadis dalam mengambil keputusa yang akan diambilnya.
B. Interpretasi
Cerpen bukit-bukit bagai gajah putih karya Ernest Hemingway ini begitu menampakkan bahasa-bahasa yang indah dalam mendeskripsikan pemandangan alami yang disuguhkan oleh alam antara lain sebuah pohon yang membuat teduh suatu persinggahan, pancaran sinar matahari yang mampu menghasilkan bayangan-bayangan gedung, perbukitan yang putih diantara pepohonan, garis perbukitan, dataran yang tampak cokelat dan kering, hembusan angin hangat, hamparan ladang gandum, pegunungan di seberang sungai, dan bayangan awan yang bergerak.
Jika telah membaca dari awal sampai akhir cerpen ini, tafsiran yang muncul salah satunya adalah bahwa si gadis dan si lelaki Amrrika merupakan pasangan kekasih yang sepertinya hubungan mereka telah berangsur lama. Hal itu bisa dilihat dalam salah satu kutipan dalam cerpen tersebut yang menyebutkan bahwa terdapatnya stiker-stiker dari berbagai hotel tempat mereka menginap yang tertempel pada tas-tas mereka. Sepertinya hubungan mereka begitu intim layaknya seperti sepasang suami istri.
Bar yang menjadi awal pebincangan keduanya sepertinya menjadi saksi bisu atas segala permasalahan yang terjadi dalam hubungan mereka. Tampaknya, si lelaki Amerika tersebut berusaha menenangkan si gadis yang seolah-olah si gadis adalah pusat yang dirugikan dalam permasalahan kisah cinta mereka. Si leleki tampak sedikit memepengaruhi dan sedikit memeberikan anjuran kepada si gadis dalam mengambil suatu keputusan.
Jika ditafsirkan lebih dalam lagi, si gadis sepertinya sedang berbadan dua (hamil) akibat hubungan percintaan yang telalu intim dengan si lelaki tersebut. Si lelaki tampaknya sedikit mempengaruhi si gadis untuk menggugurkan kandungannya. Hal itu tampak pada “operasi yang aman-sederhana” dengan cara memberi beberapa jenis bir dalam sebuah bar dalam kawasan stasiun kepada si gadis. Dengan sedikit demi sedikit meminum beberapa jenis bir, maka berharap kandungan si gadis akan mengalami keguguran.
“Operasi yang aman-sederhana” tampaknya tidak hanya melalui berbagai jenis bir tetapi si leleki menyarankan si gadis untuk menggugurkan kandungannya melalui jalan aborsi kepada salah satu dari sekian banyak ahli aborsi yang dikenal oleh si lelaki tersebut.
Si lelaki begitu menginginkan pengguguran kandungan tersebut karena ia berfikir bahwa dengan adanya kehadiran seorang bayi ditengah-tengah mereka, maka itu hanya akan mengganggu mereka dan menurut si lelaki bahwa hal itu tak akan membuat mereka bahagia.
Sepertinya keragu-raguan tampak dalam diri si gadis, sepertinya ia maju mundur dalam mengambil keputusan atau solusi yang ditawarkan oleh kekasihnya itu.
Namun si lelaki mengungkapkan secara gamblang bahwa dirinya tidak ingin memaksakan hal itu jika si gadis tidak ingin melakukannya. Si lelaki tak akan menyuruh jika si gadis menolak hal itu. Namun si lelaki berdalih bahwa menggugurkan kandungan itu merupakan jalan terbaik yang saat ini harus mereka lakukan hal itu. Akhirnya si gadis memutuskan untuk menggugurkan kandungannya mengingat ia begitu mencintai kekasihnya itu dan ia beranggapan bahwa jika ia melakukan apa yang disarankan oleh orang yang dicintainya, maka ia akan merasa sangat bahagia. Dan hal itu ia lakukan semata-mata bentuk cintanya kepada kekasihnya. Bahkan ia tak memperdulikan dirinya sendiri. Hal itu merupakan suatu bentuk pengorbanan cinta atas pilihan yang sulit.
C. Sikap Pengorbanan Cinta Oleh Tokoh Si Gadis
Untuk membahas dan menganalisis cerpen Bukit-Bukit Bagai Gajah Putih karya Ernest Hemingway yang memfokuskan pada sikap pengorbanan cinta yang ditunjukkan oleh tokoh si gadis adalah dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra.
Menurut Harjana (1991 : 60), pendekatan psikologi sastra dapat diartikan sebagai suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam mengkhayati dan mensikapi kehidupan. Disini fungsi psikologi itu sendiri adalah melakukan penjelajahan ke dalam batin jiwa yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra dan untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk beluk tindakan manusia dan responnya terhadap tindakan lainnya.
Penelitian psikologi sastra memfokuskan pada aspek-aspek kejiwaan. Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis tokoh baik yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang (Ratna, 2004 : 350).
Untuk membahas mengenai sikap pengorbanan cinta yang ditunjukkan oleh tokoh si gadis adalah dengan menggunakan pendekatan psikologi kepribadian. Teori psikologi kepribadian menurut Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.
Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Gordon Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama.
Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego, dan Superego. Dan tingkah laku menurut Freud tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.
Menurut E. Koswara, dari sebagian besar teori kepribadian di atas dapat diambil kesamaan antara lain :
1. Sebagian besar batasan melukiskaan kepribadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita
2. Sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian”, keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui studi tenteng kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan dapat menjadi jelas atau dapat dipahami.para teoris kepribadian memendang kepribadian sebagai sesuatu yang unik atau khas pada diri setiap orang
3. Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut “sejarah hidup”, perkembangan, dan perspektif. Kepribadian, menurut teoris kepribadian merepresentasiakn proses keterlibatan subyek atau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup faktor-faktor genetik atau biologis, pengalaman-pengalaman sosial, dan perubahan lingkungan. Atau dengan kata lain corak dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh fakto-faktor bawaan dan lingkungan.
Jika ditelisik dari penjelasan-penjelasan beberapa pakar di atas, sikap si gadis dalam cerpen ini merupakan cerminan dari kepribadiannya. Dengan kata lain, kepribadian si gadis menentukan sikap yang akan ia ambil atau yang akan ia lakukan. Sikap atau tingkah laku si gadis merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi dari ketiga struktur yang seperti dikemukakan oleh Freud yang meliputi Id, Ego, dan Superego.
Menurut simpulan dari teori-teri beberapa pakar yang dikemukakan oleh E. Koswara, tingkah laku atau sikap si gadis dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi atau diintegrasikan oleh kepribadian si gadis itu sendiri. Atau dengan kata lain, kepribadian dipanndang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku atau sikap.
Dilihat dari kepribadian tokoh si gadis, bahwa kepribadian dalam diri si gadis adalah kepribadian yang tulus dan penuh kasih sayang. Kepribadiannya yang tulus dan penuh kasih sayang ini mengarahkan pada sikap atau tingkah laku yang akan dilakukannya. Sikap yang akhirnya diambil oleh si gadis akibat dari kepribadiannya yang tulus dan penuh kasih sayang ituadalah sikap pengorbanan dalam hubungan cintanya dengan si lelaki itu. Sikap pengorbanan si gadis tersebut tampak dalam beberapa kutipan berikut :
“Dan kau benar-benar ingin aku melakukannya?” (Hal. 149)
“Dan kalau aku melakukannya, kau akan bahagia dan segalanya akan seperti sebelumnya dan kau akan mencintaiku?” (Hal. 149)
“Aku tahu. Tetapi kalau aku melakukannya, maka apakah akan menyenangkan kalau kukatakan sesuatu itu seperti gajah putih dan kau akan menyukainya?” (Hal. 149)
“Seandainya aku melakukannya, apakah kau tak akan pernah gelisah?” (Hal. 149)
“Baiklah, akan kulakukan. Karena aku tak peduli pada diriku.” (Hal. 149)
“Aku tak peduli pada diriku sendiri.” (Hal. 149)
“Oh ya. Tetapi aku tak peduli pada diriku sendiri. Dan aku akan melakukannya dan semuanya akan baik-baik saja.” (Hal. 149)
“Aku akan melakukan apa pun untukmu.” (Hal. 151)
Gadis itu tersenyum pada si wanita untuk mengucapkan rasa terima kasihnya. (Hal. 152)
Gadis itu tersenyum padanya. (Hal. 151)
“Aku baik-baik saja, kata si gadis. Tak ada apa-apa denganku. Aku baik-baik saja.” (Hal.151)
Pada beberapa kutipan di atas yang menunjukkan sikap pengorbanan terhadap cinta oleh tokoh si gadis merupakan akibat dari kepribadiannya yang tulus dan penuh kasih sayang terhadap orang yang dicintainya. Si gadis rela melakukan apa pun demi kebahagiaan si lelaki tersebut. Si gadis rela melakukannya hanya demi mengharap cinta tulus dari si lelaki itu. Si gadis rela melakukannya hanya demi menghilangkan segala kegelisahan pada diri lelaki itu. Si gadis rela melakukannya karena ia lebih memeperdulikan lelaki itu daripada memperdulikan dirinya sendiri. Dan si gadis begitu baik dalam menutupi segala kepiluan hatinya dihadapan orang yang iacintai yakni si lelaki dengan cara mengatakan bahwa ia dalam keadaan baik-baik saja.
Sikap lain yang muncul dalam diri si gadis akibat dari kepribadiannya yang tulus dan penuh kasih sayang adalah sebuah senyuman yang ia munculkan ketika bertatap muka dengan si pelayan bar. Senyuman itu merupakan bentuk rasa terima kasihnya terhadap pelayan itu yang telah melayaninya. Berarti sikap penuh kasih sayang pada diri si gadis tidak hanya ia munculkan pada orang yang ia sayangi saja melainkan juga pada orang yang sekalipun belum ia kenal.
(PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA)
A. Sinopsis
Berawal dari sebuah meja yang berada di sebuah bar. Seseorang lelaki Amerika dan seorang gadis duduk di sana. Bar yang letaknya masih dalam kawasan stasiun itu merupakan tempat persinggahan para penumpang untuk menunggu kereta selanjutnya. Bar yang dihiasi tirai yang terbuat dari jalinan manik-manik bambu.
Pemandangan dari seberang bar adalah sebuah perbukitan. Perbukitan yang menurut si gadis tampak seperti gajah-gajah putih. Suasana hangat, sedikit disertai emosi, serta segala suasana hati tampak dalam perbincangan si gadisdan lelaki itu. Sebuah minuman bir jenis apapun telah mereka nikmati. Seseorang wanita yang merupakan pelayan di bar itu hadir dalam perbincangan mereka. Pelayan itu menghadirkan bir pesanan di sela perbincangan mereka.
Dalam percakapan antara si gadis dan lelaki tampak bahwa mereka sepertinya mengalami sesuatu hal dalam hubungan cinta mereka. Rasa resah dan gelisah tampak pada si gadis dan lelaki itu meski keduanya menutupi segala suasana hati yang berkecamuk dalam dada.
Pada si gadis tampak benar bahwa ia begitu pasrah terhadap apa yang akan menjadi keputusan atau jaln hidupnya. Sadangkan si lelaki sepertinya enggan membuat kesedian pada diri si gadis namun si lelaki ini masih saja diliputi sedikit keegoisan pada dirinya yakni dengan sedidit mempengaruhi jalan pikiran si gadis dalam mengambil keputusa yang akan diambilnya.
B. Interpretasi
Cerpen bukit-bukit bagai gajah putih karya Ernest Hemingway ini begitu menampakkan bahasa-bahasa yang indah dalam mendeskripsikan pemandangan alami yang disuguhkan oleh alam antara lain sebuah pohon yang membuat teduh suatu persinggahan, pancaran sinar matahari yang mampu menghasilkan bayangan-bayangan gedung, perbukitan yang putih diantara pepohonan, garis perbukitan, dataran yang tampak cokelat dan kering, hembusan angin hangat, hamparan ladang gandum, pegunungan di seberang sungai, dan bayangan awan yang bergerak.
Jika telah membaca dari awal sampai akhir cerpen ini, tafsiran yang muncul salah satunya adalah bahwa si gadis dan si lelaki Amrrika merupakan pasangan kekasih yang sepertinya hubungan mereka telah berangsur lama. Hal itu bisa dilihat dalam salah satu kutipan dalam cerpen tersebut yang menyebutkan bahwa terdapatnya stiker-stiker dari berbagai hotel tempat mereka menginap yang tertempel pada tas-tas mereka. Sepertinya hubungan mereka begitu intim layaknya seperti sepasang suami istri.
Bar yang menjadi awal pebincangan keduanya sepertinya menjadi saksi bisu atas segala permasalahan yang terjadi dalam hubungan mereka. Tampaknya, si lelaki Amerika tersebut berusaha menenangkan si gadis yang seolah-olah si gadis adalah pusat yang dirugikan dalam permasalahan kisah cinta mereka. Si leleki tampak sedikit memepengaruhi dan sedikit memeberikan anjuran kepada si gadis dalam mengambil suatu keputusan.
Jika ditafsirkan lebih dalam lagi, si gadis sepertinya sedang berbadan dua (hamil) akibat hubungan percintaan yang telalu intim dengan si lelaki tersebut. Si lelaki tampaknya sedikit mempengaruhi si gadis untuk menggugurkan kandungannya. Hal itu tampak pada “operasi yang aman-sederhana” dengan cara memberi beberapa jenis bir dalam sebuah bar dalam kawasan stasiun kepada si gadis. Dengan sedikit demi sedikit meminum beberapa jenis bir, maka berharap kandungan si gadis akan mengalami keguguran.
“Operasi yang aman-sederhana” tampaknya tidak hanya melalui berbagai jenis bir tetapi si leleki menyarankan si gadis untuk menggugurkan kandungannya melalui jalan aborsi kepada salah satu dari sekian banyak ahli aborsi yang dikenal oleh si lelaki tersebut.
Si lelaki begitu menginginkan pengguguran kandungan tersebut karena ia berfikir bahwa dengan adanya kehadiran seorang bayi ditengah-tengah mereka, maka itu hanya akan mengganggu mereka dan menurut si lelaki bahwa hal itu tak akan membuat mereka bahagia.
Sepertinya keragu-raguan tampak dalam diri si gadis, sepertinya ia maju mundur dalam mengambil keputusan atau solusi yang ditawarkan oleh kekasihnya itu.
Namun si lelaki mengungkapkan secara gamblang bahwa dirinya tidak ingin memaksakan hal itu jika si gadis tidak ingin melakukannya. Si lelaki tak akan menyuruh jika si gadis menolak hal itu. Namun si lelaki berdalih bahwa menggugurkan kandungan itu merupakan jalan terbaik yang saat ini harus mereka lakukan hal itu. Akhirnya si gadis memutuskan untuk menggugurkan kandungannya mengingat ia begitu mencintai kekasihnya itu dan ia beranggapan bahwa jika ia melakukan apa yang disarankan oleh orang yang dicintainya, maka ia akan merasa sangat bahagia. Dan hal itu ia lakukan semata-mata bentuk cintanya kepada kekasihnya. Bahkan ia tak memperdulikan dirinya sendiri. Hal itu merupakan suatu bentuk pengorbanan cinta atas pilihan yang sulit.
C. Sikap Pengorbanan Cinta Oleh Tokoh Si Gadis
Untuk membahas dan menganalisis cerpen Bukit-Bukit Bagai Gajah Putih karya Ernest Hemingway yang memfokuskan pada sikap pengorbanan cinta yang ditunjukkan oleh tokoh si gadis adalah dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra.
Menurut Harjana (1991 : 60), pendekatan psikologi sastra dapat diartikan sebagai suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam mengkhayati dan mensikapi kehidupan. Disini fungsi psikologi itu sendiri adalah melakukan penjelajahan ke dalam batin jiwa yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra dan untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk beluk tindakan manusia dan responnya terhadap tindakan lainnya.
Penelitian psikologi sastra memfokuskan pada aspek-aspek kejiwaan. Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis tokoh baik yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang (Ratna, 2004 : 350).
Untuk membahas mengenai sikap pengorbanan cinta yang ditunjukkan oleh tokoh si gadis adalah dengan menggunakan pendekatan psikologi kepribadian. Teori psikologi kepribadian menurut Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.
Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Gordon Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama.
Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego, dan Superego. Dan tingkah laku menurut Freud tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.
Menurut E. Koswara, dari sebagian besar teori kepribadian di atas dapat diambil kesamaan antara lain :
1. Sebagian besar batasan melukiskaan kepribadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita
2. Sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian”, keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui studi tenteng kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan dapat menjadi jelas atau dapat dipahami.para teoris kepribadian memendang kepribadian sebagai sesuatu yang unik atau khas pada diri setiap orang
3. Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut “sejarah hidup”, perkembangan, dan perspektif. Kepribadian, menurut teoris kepribadian merepresentasiakn proses keterlibatan subyek atau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup faktor-faktor genetik atau biologis, pengalaman-pengalaman sosial, dan perubahan lingkungan. Atau dengan kata lain corak dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh fakto-faktor bawaan dan lingkungan.
Jika ditelisik dari penjelasan-penjelasan beberapa pakar di atas, sikap si gadis dalam cerpen ini merupakan cerminan dari kepribadiannya. Dengan kata lain, kepribadian si gadis menentukan sikap yang akan ia ambil atau yang akan ia lakukan. Sikap atau tingkah laku si gadis merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi dari ketiga struktur yang seperti dikemukakan oleh Freud yang meliputi Id, Ego, dan Superego.
Menurut simpulan dari teori-teri beberapa pakar yang dikemukakan oleh E. Koswara, tingkah laku atau sikap si gadis dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi atau diintegrasikan oleh kepribadian si gadis itu sendiri. Atau dengan kata lain, kepribadian dipanndang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku atau sikap.
Dilihat dari kepribadian tokoh si gadis, bahwa kepribadian dalam diri si gadis adalah kepribadian yang tulus dan penuh kasih sayang. Kepribadiannya yang tulus dan penuh kasih sayang ini mengarahkan pada sikap atau tingkah laku yang akan dilakukannya. Sikap yang akhirnya diambil oleh si gadis akibat dari kepribadiannya yang tulus dan penuh kasih sayang ituadalah sikap pengorbanan dalam hubungan cintanya dengan si lelaki itu. Sikap pengorbanan si gadis tersebut tampak dalam beberapa kutipan berikut :
“Dan kau benar-benar ingin aku melakukannya?” (Hal. 149)
“Dan kalau aku melakukannya, kau akan bahagia dan segalanya akan seperti sebelumnya dan kau akan mencintaiku?” (Hal. 149)
“Aku tahu. Tetapi kalau aku melakukannya, maka apakah akan menyenangkan kalau kukatakan sesuatu itu seperti gajah putih dan kau akan menyukainya?” (Hal. 149)
“Seandainya aku melakukannya, apakah kau tak akan pernah gelisah?” (Hal. 149)
“Baiklah, akan kulakukan. Karena aku tak peduli pada diriku.” (Hal. 149)
“Aku tak peduli pada diriku sendiri.” (Hal. 149)
“Oh ya. Tetapi aku tak peduli pada diriku sendiri. Dan aku akan melakukannya dan semuanya akan baik-baik saja.” (Hal. 149)
“Aku akan melakukan apa pun untukmu.” (Hal. 151)
Gadis itu tersenyum pada si wanita untuk mengucapkan rasa terima kasihnya. (Hal. 152)
Gadis itu tersenyum padanya. (Hal. 151)
“Aku baik-baik saja, kata si gadis. Tak ada apa-apa denganku. Aku baik-baik saja.” (Hal.151)
Pada beberapa kutipan di atas yang menunjukkan sikap pengorbanan terhadap cinta oleh tokoh si gadis merupakan akibat dari kepribadiannya yang tulus dan penuh kasih sayang terhadap orang yang dicintainya. Si gadis rela melakukan apa pun demi kebahagiaan si lelaki tersebut. Si gadis rela melakukannya hanya demi mengharap cinta tulus dari si lelaki itu. Si gadis rela melakukannya hanya demi menghilangkan segala kegelisahan pada diri lelaki itu. Si gadis rela melakukannya karena ia lebih memeperdulikan lelaki itu daripada memperdulikan dirinya sendiri. Dan si gadis begitu baik dalam menutupi segala kepiluan hatinya dihadapan orang yang iacintai yakni si lelaki dengan cara mengatakan bahwa ia dalam keadaan baik-baik saja.
Sikap lain yang muncul dalam diri si gadis akibat dari kepribadiannya yang tulus dan penuh kasih sayang adalah sebuah senyuman yang ia munculkan ketika bertatap muka dengan si pelayan bar. Senyuman itu merupakan bentuk rasa terima kasihnya terhadap pelayan itu yang telah melayaninya. Berarti sikap penuh kasih sayang pada diri si gadis tidak hanya ia munculkan pada orang yang ia sayangi saja melainkan juga pada orang yang sekalipun belum ia kenal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar