Drama memfokuskan kepada genre sastra. Permasalah terdapat pada unsur cerita, naskah, dan teks.
Teater lebih kepada seni pertunjukan atau seni peran.
Contoh teater modern: Sebuah naskah drama karya Arifin C Noer "Kapai-Kapai" yang sudah dipentaskan oleh Bengkel Sastra USD angkatan 2004.
Minggu, 21 April 2013
MATA KULIAH PSIKOLOGI SASTRA “Novel Sons And Lovers Melalui Sudut Pandang Akibat dari Oedipus Complex”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Novel Sons and
Lovers karya D.H. Lawrence berkisah tentang sebuah keluarga Mr. Morel, seorang
pekerja tambang yang beristri seorang wanita dengan berstatus sosial yang lebih
tinggi dari suaminya. Keluarga ini di karuniai beberapa anak yang di antaranya
adalah William dan Paul. Karena kondisi ekonomi rumah tangga yang tidak
mencukupi membuat suami dan istri kerap bertengkar. Hubungan pasangan ini
menjadi tidak harmonis, walaupun sang istri terus melahirkan anak. Akibat hubungan
tidak harmonis tersebut membuat si istri, Mrs. Morel mendekatkan diri kepada
anak laki-lakinya, William dan Paul. Kedekatan yang tampak tidak lazim ini
membuat kedua anak ini selalu bermasalah ketika mereka harus berhubungan dengan
gadis sebayanya. Selain itu Mrs. Morel selalu menghalangi hubungan anak
laki-lakinya dengan kekasih mereka.
Tahap awal
penelitian ini adalah telaah perwatakan para tokoh yang mendukung pemunculan
Oedipus Complex dalam diri-diri tokoh William dan Paul Morel dan tahap selanjutnya
adalah adanya cerminan konsep rasa bersalah serta konflik batin. Untuk
menganalisis karakter para tokoh dalam novel ini, digunakan metode sudut
pandang.
Sudut pandang
adalah metode narasi yang menentukan posisi atau sudut pandang dimana ceritera
disampaikan. Sudut pandang persona ketiga –
“diaan” digunakan dalam pengisahan ceritera dengan gaya “dia”. Narrator
atau penceritera adalah seseorang yang menampilkan tokoh-tokoh ceritera dengan
menyebut nama atau menggunakan kata ganti orang seperti “ia”, “dia” atau
“mereka” (Minderop, 2005:96).
Sudut pandang
“diaan” mahatahu adalah narrator yang berada di luar ceritera dan bisa pula
menjadi tokoh dalam ceritera. Disebut “mahatahu” (an all-knowing presence) karena ia dapat berkisah dengan bebas,
mendramatisasi, menginterpretasi, merangkum, berspekulasi, berfilosofi, menilai
secara moral atau menghakimi apa yang disampaikannya. Sudut pandang persona
ketiga atau penggunaan “diaan” tidak selalu menggunakan kata ganti orang
ketiga, tetapi dimungkinkan terjadinya dialog-adanya “kau” dan “aku”. Hal ini
terjadi karena si Narator sedang membiarkan para tokoh mengekspresikan dirinya
(Minderop, 2005:98).
B.
Masalah
1.
Bagaimana konsep Oedipus Complex dalam novel Sons and Lovers?
2.
Apa penyebab timbulnya Oedipus Complex dalam
novel Sons and Lovers?
3.
Apa akibat dari Oedipus Complex dalam novel Sons and Lovers?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Konsep Oedipus Complex
Cerminan konsep
Oedipus Complex yang dibahas di sini mencakup para tokoh William dan Paul Morel
yang terdapat dalam novel Sons and Lovers karya D.H. Lawrence. Konsep ini
mengacu pada tokoh William dan Paul sebagai “kekasih” GertrudecMorel, sang Ibu:
a.
Hubungan mesra Ibu dan Anak Mendambakan Peran
Ayah
William
menjelaskan bahwa kepergiannya berdansa dengan teman perempuan sekedar bersenang-senang
dan ia tidak mencintai temannya itu. William mengatakan bahwa ia tidak akan
pernah menikah, kecuali bila ia menemukan perempuan seperti Ibunya.
Ibu
dan anak berjalan-jalan dan merasakan kebahagiaan seakan-akan sepasang kekasih
yang menikmati perjalanan bersama.
Setelah
Paul berdebat dengan Ibunya dan Mrs. Morel merasa tersinggung, Paul merasa
tegang karena ia menyadari bahwa sesungguhnya hidupnya hanya untuk Ibunya, Mrs.
Morel adalah segala-galanya.
Dalam
kondisi bersedih, Paul beranjak menuju ke kamar tidurnya sambil menunduk mencium Ibunya, sang Ibu memeluk
lehernya, memendamkan wajahnya di bahu Paul seraya menangis dengan suara
tersedan ia berkata bahwa ia tidak rela melepaskan anaknya kepada Mirriam
karena ia akan tersisih. Paul serta-merta sangat
membenci Mirriam.
Dalam
novel Sons and Lovers, perilaku yang
mencerminkan keinginan memiliki Ibu tampak dalam perwatakan tokoh William Morel
dan Paul Morel.
William
memberikan semua uangnya kepada
Ibunya, kemudian Mrs. Morel membagi uang tersebut sebagian kepada anaknya.
Kedekatan Paul dengan Ibunya
menggantikan posisi Kakaknya, William, yang telah meninggal dunia. Ia bersikap
sangat baik dengan memberikan berbagai hadiah kepada Ibunya dan berjanji tidak akan menikah.
Kepergian
William ke London digantikan oleh keberadaan Paul, adik William yang juga sangat
dekat dengan Ibunya.
Keinginan
Paul menafkahi Ibunya dan berjanji tidak
akan menikah.
Paul
meniti karir sebagai pelukis dan apa
yang dilakukannya, demi sang Ibu dan keduanya saling mengisi.
Paul senag tidur bersama Ibunya karna merasa nyaman dan terlindungi oleh
kehangatan Ibunya.
Paul
berjalan-jalan bersama Ibunya, saat ketika ia merasa seakan-akan bersama kekasih. Ia terus memperhatikan sikap ibunya
yang senantiasa menumbuhkan perasaan teramat sayang kepada Ibunya. Di balik
itu, ia merasa pedih di hati karena
kecintaannya kepada si Ibu ketika ia memperhatikan dompet dan kaos tangan
Ibunya yang telah usang.
Paul
merasa bosan. Cintanya yang paling
mendalam tertuju kepada Ibunya dan bila ia telah merasa menyakiti perasaan
Ibunya, ia merasa sangat terbebani.
Paul
selalu harus kembali kepada Ibunya karena ia merasa sangat melekat padanya.
Ketika
Ibunya mengatakan bahwa ia serasa tidak pernah memiliki suami, Paul mencium leher Ibunya. Paul berkata
bahwa ia tidak mencintai Mirriam. Paul memeluk Ibunya kemudian si Ibu dengan mesra menciumnya. Mereka tampak sebagai
sepasang kekasih.
Mrs.
Morel mengidap penyakit kanker. Paul dan Ibunya sama-sama merasa kuatir karena
mereka berprasangka bahwa tidak lama lagi mereka akan berpisah. Saat-saat
terakhir mereka lalui bersama. Paul selalu mendampingi dan merawat Ibunya;
mereka seakan-akan sepasang kekasih.
Paul
merawat Ibunya ketika ia sakit dan Paul sangat
menyayangi si Ibu melebihi sayangnya terhadap diri sendiri.
Mrs.
Morel yang mengidap penyakit kanker tak tertolong dan akhirnya meninggal dunia.
Paul merasa sangat terpukul,
seakan-akan tidak menerima kepergian Ibu untuk selama-lamanya. Ia menatap wajah
sang Mrs. Morel dan mencium jasad si Ibu yang terbujur dingin.
b.
Kecemburuan kepada Ayah dan Saudara Laki-laki
Baik
William dan Paul kerap merasa saling
cemburu karena mereka berebut kasih sayang sang Ibu.
Ketika
Paul dan Ibu berjalan-jalan ke Lincoln, Paul sangat erat menjaga Ibunya, seakan-akan
mengikatnya. Ia juga membelikan
violet untuk Ibunya dan menyematkan bunga di bajunya.
c.
Hukuman dari Ayah
Dalam
novel Sons and Lovers para tokoh anak laki-laki mendapat hukuman dari Ayah.
Si
Ayah bersikap kasar sehingga membuat
kepala anaknya berdarah.
Karena
sikap sang Ayah yang terlalu kasar
terhadap anak-anaknya, membuat mereka merasa tertekan bila si Ayah berada di
rumah, mereka bingung tak tahu apa yang harus dilakukan.
Anak-anak
menjadi terdiam bila mendengar suara
tapak kaki tanda kedatangan Ayahnya karena mereka ketakutan terhadap Ayah.
Mr.
Morel selalu tidak sabar bila
mendengar anaknya menangis dan seraya berteriak
mengancam si anak.
Mr.
Morel kerap bersikap keras kepada
anaknya dan selalu mengulangi perbuatannya sehingga membuat si anak menderita, walaupun diperingatkan oleh
istrinya.
d.
Tidak Menyukai dan Membenci Figur Ayah
Anak-anak
tidak menyukai ayah mereka, terutama
Paul.
Paul
membenci Ayahnya dan kerap berdoa
agar Ayahnya meninggal dunia.
Dapat
dikatakan tidak pernah ada komunikasi antar anggota keluarga dengan sang Ayah.
Si Ayah seolah-olah seperti orang asing
di dalam keluarga.
2.
Latar
Belakang Lahirnya Oedipus Complex
Memerhatikan
perilaku para tokoh dalam novel Sons and
Lovers, dapat disimak bahwa latar belakang maraknya Oedipus Complex bisa
dipengaruhi oleh kondisi kehidupan keluarga Mr. Morel. Hubungan suami istri
yang tidak harmonis yang disebabkan antara lain, masalah kesenjangan pendidikan
antara suami dan istri serta masalah ekonomi cukup berpengaruh untuk timbulnya
berbagai konflik di dalam rumah tangga.
Akibat
dari konflik antara suami dan istri memengaruhi perilaku anak terhadap orang
tua mereka. Dalam hal ini lebih mendekatkan diri kepada Ibunya, dan sebaliknya,
seraya anak-anak membenci Ayahnya. Kebencian ini timbul karena kerasnya sikap
sang Ayah terhadap anak laki-lakinya. Pada akhirnya, si Ibu mendekatkan diri
kepada anak-anak laki-lakinya; sedangkan si Ayah hidup di dalam dunianya
sendiri. Penjelasan mengenai latar belakang timbulnya Oedipus Complex
sebagaimana berikut ini.
a.
Kehidupan Mr. dan Mrs. Morel Diwarnai Konflik
Mr. dan Mrs. Morel mulai merasa tidak
nyaman mengarungi rumah tangga mereka.
Sikap Mrs. Morel berubah menjadi tidak hangat terhadap suaminya.
Ketika istrinya sakit sehabis
melahirkan, Mr. Morel bersikap manis terhadap istrinya, namun si istri merasa kesepian.
Akhirnya Mrs. Morel mengabaikan suaminya, demikian pula sang suami.
Mr. dan Mrs. Morel mulai bertengkar karena adanya perbedaan
pandangan hidup.
Suami dan istri ini bertengkar hebat dan sang istri merasa teramat sedih dan
menyembunyikan wajahnya di bahu si bayi, William sambil meratap seakan-akan
berlindung. Dialog yang tercantum di bawah ini merupakan cakupan dari teknik
pencitraan “diaan” mahatahu, ketika si narrator membiarkan para tokoh
mengekspresikan diri mereka.
Mrs. Morel stood still. It was her
first baby. She went very white, and was unable to speak.
“What dost think on “im?” Morel
laughed uneasily.
She gripped her two fists, lifted
them, and came forward. Morel shrank back.
“I could kill you, I could!” she said.
She choked with rage, her two fists uplifted.
“Yer non want ter make a wench on
“im,” Morel said, in a frightened tone, bending his head to shield his eyes
from hers. His attempt at laughter had vanished.
The mother looked down the jagged,
close clipped head of her child. She put her hands on his hair, and stroked and
fondled his head.
“Oh – my boy! –“ she faltered. Her lip
trembled, her face broke, and, snatching up the child, she buried her face in
his shouder and cried painfully (Lawrence, 2000:24).
Masalah biaya hidup memperparah kondisi rumah tangga Mr. dan Mrs. Morel, si
suami tidak memperhatikan kebutuhan anak-anak, lebih dari itu, ia menghabiskan
uang untuk membeli minuman keras selain untuk kebutuhan pribadi.
Mr. Morel merasa tidak nyaman dan jenuh tinggal bersama istrinya; demikian pula
istrinya.
b.
Mrs. Morel Sangat Menyayangi Putera-Puteranya
Mrs.
Morel sangat menyayangi William dan
menganggapnya sebagai seorang pria dewasa yang mampu memberikan kebahagiaan
pada dirinya.
Sikap
Mrs. Morel yang sangat menyayangi
William, menggantungkan kehidupannya padanya, melayani kebutuhannya, membuat si
anak pun merasa bangga. Kondisi ini membuatnya sulit berpisah dengan anaknya.
Mrs Morel selalu mengenangnya sehingga membuatnya amat bersedih.
c.
Mrs. Morel Mengekang Pergaulan Putera-Puteranya
Mrs. Morel tidak berkenan membiarkan
William bergaul dengan teman perempuannya, terlebih lagi ketika ia mengetahui
perempuan tersebut pernah berdansa dengan anaknya.
Mrs.
Morel merasa benci kepada Mirriam
karena ia membuat Paul menjadi tidak ceria.
Mrs.
Morel merasa tidak senang mengetahui
kedekatan Paul dengan Mirriam, ia tampak
cemburu walaupun Paul menegaskan bahwa ia tidak mencintai Mirriam.
Sikap
Mrs. Morel yang tidak menerima pergaulan
Paul dengan gadis lain, memicu perdebatan dengan anaknya, sehingga membuat
Mrs. Morel bersedih. Mrs. Morel merajuk
dan cemburu ketika Paul mengatakan ia sudah lanjut usia dan berbeda
kesenangan.
Mrs. Morel sangat membenci Mirriam yang
berupaya merebut hati anaknya.
3.
Akibat
dari Oedipus Complex
Akibat
dari Oedipus Complex yang diidap oleh tokoh Paul, membuatnya selalu dihantui
rasa bersalah. Paul merasa telah mengkhianati Ibunya karena ia pernah bergaul
dengan perempuan lain. Setelah kepergian sang Ibu untuk selama-lamanya, Paul
merasa kesepian, kesedihan, dan putus asa sampai-sampai ia berniat untuk
mengakhiri hidup. Perasaan bersalah yang paling mengganggu membuatnya menghukum
diri sendiri yang berimplikasi berkembangnya gangguan-gangguan kepribadian.
Paul
mengalami halusinasi negatif. Ia tidak mengenal ruang dan waktu, ia menjadi
bingung dan pelupa; kadang-kadang ia hilang ingatan serta tidak mampu
membedakan sesuatu. Ia juga mengalami halusinasi pendengaran dan konflik batin.
Paul
mengalami halusinasi pendengaran, sebagaimana dikatakan oleh Krech: Ia tidak
mengenal sesuatu pun, walaupun ia melihat. Ia mengalami kesulitan tidur dan
dihantui oleh perasaan dan pendengarannya sendiri; ia tidak tahu di mana ia
berada, Paul mengalami disorientasi.
a.
Cerminan Rasa Bersalah
Perasaan
bersalah dalam diri tokoh Paul Morel. Setelah terhalang bergaul dengan Mirriam,
Paul selanjutnya bergaul dengan Clara, seorang wanita yang telah bersuami dan
berusia lebih tua ketimbang dirinya. Mereka bahkan bergaul sangat intim
(Lawrence, 2000:385-390). Paul sangat menyembunyikan kehidupan seksnya dengan
wanita ini di hadapan Ibunya. Dikatakannya, ia lebih baik mati daripada Ibunya
harus mengetahui hubungan seksnya dengan Clara. Paul mengalami rasa bersalah
karena di satu sisi ia melakukan hubungan intim dengan wanita lain, namun di
sisi lain ia selalu merasa bersalah terhadap Ibunya. Kadang-kala ia ingin
melepaskan diri dari baying-bayang ibunya, namun sngat sulit, ia mengalami
konflik batin.
Paul
sulit bergaul akrab dengan teman wanitanya, Mirriam, karena ia selalu dibayangi
sosok Ibunya bila ia berniat untuk lebih intim dengan Mirriam. Paul seakan-akan merasa bersalah bila ia
membiarkan hatinya tertambat pada wanita lain.
b.
Menghukum Diri Sendiri
Oedipus
Complex dalam novel Sons and Lovers
melahirkan sikap menghukum diri sendiri, terutama seperti yang dialami tokoh
Paul. Sebagaimana dijelaskan terdahulu, konsep menghukum diri sendiri karena
adanya rasa bersalah yang paling mengganggu-sebagaimana terdapat dalam sikap
menghukum diri sendiri-si individu terlihat sebagai sumber dari sikap bersalah.
Rasa bersalah jenis ini mempunyai implikasi terhadap berkembangnya
gangguan-ganggua kepribadian yang terkait dengan kepribadian, penyakit mental
dan psikoterapi (Krench, 1974:476-477).
Perasaan
bersalah yang paling mengganggu sebagaimana terdapat dalam sikap menghukum diri
sendiri-adalah ketika si individu merasa sebagai sumber sikap bersalah. Rasa
bersalah jenis ini mempunyai implikasi terhadap berkembangnya gangguan-ganggua
kepribadian yang terkait dengan kepribadian, penyakit mental dan psikoterapi.
c.
Kepribadian dan Perasaan Tak Berdaya
Setelah
kepergian sang Ibu untuk selama-lamanya, Paul merasakan kesepian dan kesedihan luar biasa. Selama ini Paul
selalu mendapat dukungan dari Ibunya dan selamanya hidup ia selalu menyayangi
si Ibu. Paul merasa putus asa dan
ingin mengakhiri hidup, ia ingin ada seseorang yang secara suka rela
menolongnya.
d.
Ganngguan Kepribadian
Halusinasi
negatif atau negative hallucination, where a subject does not see an object
that is actually and unmistakably there (Krech, et al., 1974:510). Ia mengalami halusinasi sebagaimana konsep ini:
He
may often be subject to hallucinations in which he hears voices or sees vision,
or he may suffer distorsions of normal perceptual experience. He may exhibit
bizarre behavior, confused thought and chaotic speech (Krech et al., 1974:601).
Ia
juga dibayangi oleh naluri kematian seperti yang terdapat dalam konsep berikut
ini: keinginan untuk mati (death wish) bisa ditimbulkan oleh misalnya,
kebebasan yang terhalang dan keinginan untuk lepas dari beban. Si individu
tidak setuju dengan keinginan tersebut karena adanya hakikat kehidupan. Ia
mengalami pertentangan antara keinginan untuk bebas dari beban dan kekuatiran
akan keinginan tersebut karena dapat mengancam dirinya (Hilgard et al.,
1975:499)
Paul
merasa malu atas keberadaannya. Ia merasa hampa, tak berharga dan selalu dibayangi rasa kematian.
Paul
mengalami halusinasi negatif. Ia tidak
mengenal ruang dan waktu, ia menjadi bingung
dan pelupa; kadang-kadang ia hilang
ingatan serta tidak mampu membedakan sesuatu.
Paul
mengalami halusinasi pendengaran sebagaimana dikatakan oleh Krech: Ia tidak
mengenal sesuatu pun, walaupun ia melihat. Ia mengalami kesulitan tidur dan dihantui
oleh perasaan dan pendengarannya sendiri; ia tidak tahu di mana ia berada,
Paul mengalami disorientasi.
Paul
mengalami halusinasi pendengaran, ia
banyak bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya, kerap berbicara sendiri dan mengalami
naluri kematian.
“What
am I doing?”
And
out the semi-intoxicated trance came the answer.
“Distroying
myself”.
Then
a dull, live feeling, gone in as instant, told him that it was wrong. After a
while, suddently, came the question:
“Why
wrong?”
Again
there was no answer, but a stroke of hot stubbornness inside his chest resisted
own annihilation.
…Then,
quite mechanically and more distinctly, the conversation began again inside
him.
“She’s
dead-what was it all for-her strunggle-?”
That
was his despair wanting to after her.
“You’re
alive.”
“She’s
not.”
“She
is-in you.”
Suddently
he felt tired with the burden of it (Lawrence, 2000:456).
Selain
tubuhnya bertambah kurus dan penampilannya yang lusuh membuatnya tak berani
menatap cermin. Naluri kematian yang
dialami Paul bertambah tajam.
e.
Konflik Batin
Paul
mengalami konflik batin dalam menjalani kehidupan selanjutnya, pertarungan antara naluri kematian dan
kehidupan. Ia mencoba untuk tegar dan tidak larut dalam kesedihan serta
berupaya melupakan Ibunya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis terhadap novel Sons and
Lovers karya Lawrence D.H., termasuk penjelasan tentang sebab dan akibat
timbulnya Oedipus Complex, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Konsep Oedipus Complex dalam novel Sons and Lovers mengacu pada tokoh
William dan Paul sebagai “kekasih” Gertrude Morel”, sang Ibu.
2.
Penyebab dari timbulnya Oedipus Complex dalam novel Sons and Lovers adalah diawali
dengan hubungan yang tidak harmonis dalam rumah tangga Mr. dan Mrs. Morel.
Ketidakharmonisan tersebut lebih banyak disebabkan oleh masalah ekonomi dan
kebiasaan si suami yang gemar mengkonsumsi minuman keras yang membuat si istri
merasa jengkel kepada suaminya. Kondisi ini membuat si Ibu mengalihkan rasa
cinta kepada kedua anak laki-lakinya.
3.
Akibat dari Oedipus Complex dalam novel Sons and Lovers, tokoh Paul selalu
dihantui rasa bersalah, mengalami halusinasi negatif, mengalami halusinasi pendengaran,
melahirkan sikap menghukum diri sendiri, merasakan kesepian dan kesedihan luar
biasa, dan mengalami konflik batin.
B.
Saran
Untuk menghindari
terjadinya Oedipus Complex dengan masalah seperti pada novel Sons and Lovers, sebaiknya seorang Ibu
menghindari hal-hal sebagai berikut:
1.
Pengalihan rasa cinta yang berlebihan terhadap
anak laki-lakinya. Karena masalah rumah tangga seperti pada novel Sons and Lovers tersebut dapat diatasi
dengan musyawarah, dan jika seorang Ayah tidak lagi dapat dirubah sikapnya,
ambil tindakan untuk mengakhiri hubungan denga perceraian secara baik-baik agar
tidak berpengaruh buruk pula bagi anak.
2.
Jangan terlalu mengekang anak laki-laki untuk
bergaul dengan teman perempuannya sejak usia dini. Hal ini dapat mengakibatkan
seorang anak akan terpatri rasa takut, dan perasaan bersalah saat melakukan hal
tersebut.
MATA KULIAH MORFOLOGI “Afiksasi Pembentuk Verba”
BAB I
PENDAHULUAN
Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan
kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi),
pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi),
pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses
konversi). Prosedur ini berbeda dengan analisis morfologi yang
mencerai-ceraikan kata (sebagai satuan sintaksis) menjadi bagian-bagian atau
satuan-satuan yang lebih kecil. Jadi kalau dalam analisis morfologi ; seperti
menggunakan teknik immediate Constituen Analysis, terhadap kata berpakaian
misalnya, mula-mula kata berpakaian dianalisis menjadi bentuk ber- dan pakaian;
lalu membentuk pakaian dianalisis lagi menjadi bentuk pakai dan –an. Maka dalam
proses morfologi prosedurnya dibalik: mula-mula dasar pakai diberi sufiks –an
menjadi pakaian. Kemudian kata pakaian itu diberi prefiks ber- menjadi
berpakaian. Jadi, kalau analaisis morfologi mencerai-ceraikan data kebahasaan
yang ada, sedangkan proses morfologi mencoba menyusun dari komponen-komponen
kecil menjadi sebuah bentuk yang lebih besar yang berupa kata kompleks atau
kata yang polimorfemis.
Proses morfologis ialah cara
pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan yang lain
(Samsuri, 1982:190). Atau, proses yang dialami bentuk-bentuk lingual dalam
menyusun kata-kata (Ahmadslamet, 1982:58). Lebih jelas, proses morfologis ialah
proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya
(Ramlan, 1983:44).
Proses morfologi melibatkan komponen :
a.
bentuk
dasar,
b.
alat
pembentukan (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi),
c.
makna
gramatikal, dan
d.
hasil
proses pembentukan.
Pada komponen alat pembentukan terutama afiksasi, dalam
makalah ini akan kita bahas lebih mengenai afiksasi pembentuk verba.
BAB II
LANDASAN TEORI
Afiks Pembentuk Verba
1.
Prefiks me-
me1- V → Vtr ‘melakukan’
Adik saya mengarang
sebuah puisi.
Iran telah mengusir
empat diplomat Prancis yang dituduh mata-mata.
Rencana pemerintah untuk menghapus
perjudian secara total nampaknya belum berhasil benar.
me2- V → Vintr ‘melakukan’
Murid-murid
menyanyi dengan merdu.
Dia
menangis tersedu-sedu.
Saya
meramal nasib ke dukun.
me3- N → Vtr ‘memakai, menggunakan’
Pak
tani menyabit rumput.
Nelayan
menjala ikan di sungai.
Tukang
itu memaku tembok dengan rapat.
me4- N → Vintr ‘hidup sebagai’, hidup di
Ia
sudah menjanda lebih kurang sepuluh
tahun.
Walaupun
masih muda, ia sudah membiara cukup
lama.
me5- N → Vtr ‘membuat’
Menyambal adalah kegemaran ibuku.
Sebelum
memasak sayur, ibu menyuruh saya menumis.
Kalau
tidak menyambal biasanya ibu menggulai.
me6- N → Vintr ‘mengeluarkan (suara)’
Kalau
merasa lapar, si pus akan mengeong.
Tikus
itu mencicit ketika masuk perangkap.
Pada
malam itu si Hely menggonggong terus
menerus.
me7- N → Vintr ‘menuju ke…’
Setiap
malam para nelayan melaut untuk
menangkap ikan.
Pesawat
itu mendarat dengan mulus di Bandara
Halim PK.
Balon
gas anak itu mengudara setelah
benangnya terlepas.
me8- N → Vintr ‘mencari atau mengumpulkan’
Setiap
hari penduduk di desa Suka Maju merotan
di hutan.
Hasil
mendamar Pak Karidun banyak sekali
hari ini.
Petani
itu merumput untuk memberi makan ternaknya.
me9- N → Vintr ‘berlaku seperti atau menyerupai’
Anak
kecil yang mungil itu membeo.
Orang-orang
yang menyaksikan atraksi itu menyemut.
me10- N → Vintr ‘menjadi’
Setelah
mengalami proses bertahun-tahun, lumpur di gunung itu membatu.
Akibat
kebakaran yang hebat pohon-pohon di hutan itu mengarang.
Kapal
yang sudah mengkarang itu
diperkirakan tenggelam sekitar seratus tahun yang lalu.
me11- N → Vtr ‘membubuhi’
Ia
sedang mengapur temboknya yang kotor.
Seminggu
sebelum Lebaran Pak Amat mengecat
rumahnya.
me12- A → Vintr ‘menjadi’
Wajahnya
segera memucat mendengar tuduhan yang
menyakitkan itu.
Keadaan
Klara semakin membaik setelah pergi
ke dokter.
Hubungan
A.S. dengan Iran nampaknya semakin memburuk.
me13- Adv → Vintr ‘menjadi’
Tuangkan
secukupnya, jangan sampai melebih.
Kenakalan
anak itu sudah menyangat.
me14- Num → V ‘menjadi’
Hati
kedua remaja itu sudah menyatu.
Menghadapi
gadis cantik itu hatinya mendua.
me15- Pron → V ‘mengatakan’
Setelah
didesak berkali-kali akhirnya dia mengaku
juga.
me16- Interjeksi → V ‘mengatakan’
Pencuri
itu mengaduh kesakitan setelah
dipukuli beramai-ramai oleh masa yang marah.
me17- FN → V ‘memperingati’
Setelah
meniga hari kematian neneknya, rumah
itu kembali dilanda kesepian yang mencekam.
Kami
merencanakan menujuh hari pernikahan
kakak kami pada hari Selasa yang akan datang.
me18- Interogativa → V
‘melakukan’
Mengapa kamu lakukan perbuatan terkutuk
itu?
me19- N → V ‘melakukan kenikmatan’
Merokok tidak baik untuk kesehatan.
Hati-hati
kalau ke daerah itu, di sana banyak orang yang mengganja.
Seorang
bayi menyusu sampai kira-kira berumur
dua tahun.
me20 N → V ‘keadaan’
Mengapa
kamu dari tadi melamun saja?
Karena
semalam kurang tidur, maka hari ini saya mengantuk
sekali.
2.
Simulfiks N-
N1 N
→ V ‘melakukan perbuatan yang bersangkutan dengan kenikmatan,
seperti makan, minum, dan sebagainya.’
Dingin-dingin begini enaknya ngopi.
Yuk
kita ngebakso di warung Pak Simin.
N2 N → V ‘membuat’
Ibu
lagi nyambel di dapur.
Ibu
mau nyoto buat makan siang.
N3 N → V ‘melakukan perbuatan’
Jadi
orang jangan suka nguping.
N4 N → V ‘mengeluarkan suara’
Bapak
tidurnya ngorok.
Kenapa
sih itu anjing nggonggong saja?
N5 N → V ‘melakukan perbuatan secara metaforis (perbandingan
secara langsung)’
Kalau
ngomong yang bener, jangan suka
ngibul saja.
Ngebut berarti maut.
N6 N → V ‘melakukan perbuatan’
Dia
sering nyontek kalau ulangan.
Dia
lagi nyoba baju barunya.
Hei,
kenapa ngelirik?
Pak
dokter sedang nyuntik pasien.
N7 A → V ‘bertindak’
Memang
dia orangnya suka nyentrik.
N8 A → V ‘membuat jadi’
Hobinya
ngerusak barang orang.
N9 A → V ‘mengalami’
Ngiri aja lu! Itu kan untung orang lain.
Gue
nyesek deh liatin lu pada begitu sama
gue.
N10 N → V ‘keadaan’
Hei,
jangan ngelamun saja!
Kerjamu
hanya ngantuk saja. Kapan kau mau lebih rajin sedikit.
Simulfiks ini hanya lazim dalam ragam
non—standar; dan bagi banyak orang merupakan perbendaharaan pasif.
3.
Prefiks ber-
ber1- V → V ‘sedang mengerjakan (atelis)’
Berpikir itu pelita hati.
Berjudi adalah perbuatan yang merugikan.
Bertanam padi merupakan mata pencarian
penduduk di pulau ini.
Dapat
bersantap malam dengan ayah merupakan
hal yang istimewa.
Betulkah
bernyanyi itu tanda bersukaria?
ber2- N → V ‘mengusahakan sebagai mata pencaharian’
Sekolahnya
dibiayai orang tuanya yang hidup bersawah
di desa.
Dengan
beternak ayam ia menghidupi
keluarganya.
Untuk
mendapat tambahan penghasilan, ia berkedai
kecil-kecilan.
Agar
supaya berhasil, berdaganglah dengan
jujur.
ber3- N → V ‘memanggil’
Anak
itu berabang kepada laki-laki yang
telah menolongnya.
Karena
hubungan saya dengannya akrab, saya beradik
padanya.
Pekerja-pekerja
itu bertuan kepada saudagar kaya itu.
ber4- N → V ‘memperoleh, menghasilkan’
Wanita
itu tidak menyangka bahwa dia akan beranak
kembar.
Seekor
ayam betina bertelur sebutir sehari.
Bel
tanda masuk sudah berbunyi.
Orang
tua itu cukup berhasil dalam mendidik
putra-putrinya.
ber5- A → V ‘memperoleh, menghasilkan’
Ia
beruntung dalam menjual barang-barang
antik.
ber6- N → V ‘berada dalam keadaan’
Anak-anak
itu dilatih dan diharuskan orang tua mereka berdisiplin
tinggi.
Di
dalam segala keadaan, ia tetap bertaqwa
kepada Tuhan.
Pemain
badminton itu bersemangat sekali
untuk memperoleh kemenangan dalam pertandingan itu.
Mereka
mengirim bunga ini sebagai tanda turut berduka
cita.
Orang-orang
yang berpesta ria itu adalah orang-orang
kaya di kampung kami.
ber7- N → V ‘menjadi atau berlaku seperti’
Di
dalam sandiwara yang akan kita mainkan nanti, kamu diharuskan berhamba padaku.
Karena
sulitnya memperoleh pekerjaan kantoran di Jakarta, ia terpaksa berkuli di Pelabuhan Tanjung Periok.
Mereka
bersitegang mengenai siapa yang akan
dipilih menjadi ketua.
ber8- V → V ‘pasif’
Beras
bertumbuk jarang dijual sekarang ini.
Uluran
kasihnya tidak bersambut di hati pria
itu.
Pernyataan
cintanya tidak berjawab segera oleh
kekasihnya.
Batu
bertulis itu ditemukan di kota Bogor
dua bulan yang lalu.
ber9- V → V ‘refleksif’
Ayah
menjadi kesal karena ia berhias
begitu lama di depan cermin.
Setiap
pagi sebelum pergi ke kantor ayah bercukur
dahulu.
Badannya
bersimbah peluh karena harus bekerja
di terik matahari.
ber10- N → V ‘refleksif’
Setiap
hari kerja Tuti hanya bercermin saja.
Hampir
setengah jam gadis itu bersisir di
depan cermin.
ber11- N → V ‘meminta bantuan kepada’
Laki-laki
itu berguru kepada kakek tua di atas
gunung.
Ibu
tua itu berdukun kepada orang itu
untuk mengobati anaknya yang kena penyakit aneh.
ber12- N → V ‘mencari atau mengumpulkan’
Mereka
berotan di hutan itu selama
bertahun-tahun.
Kegiatan
berdamar itu dijalani pak Amat dengan
sungguh-sungguh.
ber13- Num → V ‘menjadi’
Rakyat
Indonesia bersatu dalam usaha
mengusir penjajah dan mendapatkan kemerdekaan.
ber14- N → V ‘memakai’
Anak-anak
itu bersepatu baru di hari tahun
baru.
Santi
akan kelihatan bertambah manis jika ia berbaju
merah.
ber15- N → V ‘mempunyai’
Adik
sepupu saya bernama Hari.
Laki-laki
tua itu beristri tiga orang.
Kuda
dan sapi adalah binatang berkaki
empat.
Air
susu itu sangat berguna bagi
kesehatan dan pertumbuhan bayi.
ber16- N → V ‘mengendarai (naik)’
menjelang
Lebaran banyak orang pulang kampung berkereta
api.
Imung
selalu bermobil kemana pun ia pergi.
Banyak
orang tidak mau bersepeda tubuh akan
panas dan berkeringat banyak sehingga baju menjadi basah.
ber17- FN → V ‘mengusahakan, mempunyai mata pencaharian’
Orang
yang berkedai nasi itu tiba-tiba
menjadi kaya raya karena memenangkan undian berhadiah empat ratus juta rupiah.
ber18- FV → V ‘profesi atau kegemaran’
Setiap
sore pemuda-pemuda di kampung kami bermain
bola di tanah lapang.
ber19- A → V ‘dalam kedaan’
Mereka
bergembira karena memenangkan undian
harapan.
Jangan bersedih, cobalah lagi sampai berhasil.
4.
Konfiks ber-R
ber-R1 Num → V
‘berkelompok menjadi’
Mereka
masuk kelas berdua-duaan.
ber-R2 A → V
‘dalam keadaan’
Karena
tak ada pekerjaan, maka ia bermalas-malasan
saja.
Sebelum jatuh miskin, anak bungsu
itu hanya berfoya-foya saja.
5.
Prefiks per-
Per1- N → V ‘menjadikan atau membuat sesuatu jadi’
Jangan perbudak orang-orang miskin itu!
Perkuda
sajalah tawanan yang suka membangkang itu!
Peristrilah
wanita yang baik dan cantik itu!
Persuamilah
pria yang kamu cintai itu!
per2- N → V ‘memanggil atau menganggap sebagai’
Jangan pertuan orang yang tidak bijaksana itu!
Peradiklah
anak yang sudah tidak punya orang tua itu!
per3- Num → V ‘membagi atau membuat menjadi’
Perdualah
kue itu!
Pertiga
tanah itu untuk dibagi-bagikan kepada anak kita.
Perlima
tugas-tugas yang dilimpahkan kepada kita.
per4- A → V ‘membuat lebih’
Perendah
jam dinding tersebut agar mudah dilihat.
Perbesarlah anggaran belanja kita karena
harga barang-barang kebutuhan pokok akhir-akhir ini melonjak terus.
Perbagus tulisanmu agar mudah dibaca.
6.
Prefiks ter-
ter1- V → V ‘sudah di, perfektif’*
Kangkung
yang sudah kubeli itu terikat jadi
satu.
Orang
yang ternama selalu Nampak di
mana-mana.
Dengan
pedang terhunus samurai itu menyerang
lawannya.
Harus dibedakan mana yang tersurat dan mana yang tersirat.
*Kata-kata
yang tergolong di sini sebagian menjadi verba tidak secara langsung, melainkan melalui
proses verbalisasi lebih dahulu, misalnya ternama,
tersurat.
ter2- V → V ‘spontan’
Ia
tertawa terbahak-bahak hingga jatuh terduduk.
Jika
sedang duduk-duduk di dangau itu sering aku teringat
masa kecilku di desa.
Sering
aku terkenang akan nenekku yang telah
meninggal.
Ia
sangat terkejut mendengar berita
kematian pamannya.
ter3- N → V ‘spontan’
Ia
sangat terpesona melihat gadis yang
lewat di depannya.
ter4- A → V ‘spontan’
Jika
ia terlengah sekejap saja, uang di
atas meja itu akan hilang.
ter5- V → V ‘sanggup, dapat di’
Beban
yang berat itu akhirnya terangkat
juga.
Walau
telah tersembunyi, anak itu terlihat
juga oleh ibunya.
Apakah
pembicaraan kita terdengar oleh orang
lain?
ter6- N → V ‘menyatakan arah/tempat’
Rematik
yang telah menahun itu kini terulang
rasanya.
Dalam
kasus ini saya benar-benar terpojok.
ter7- V → V ‘menyatakan kena (menderita)’
Ia
tak dapat melihat orang-orang yang berlatih menembak karena terhalang oleh tembok yang tinggi.
Karena
ibunya sakit dan uang tida ada, ia terdesak
untuk meminjam uang kepada lintah darat itu.
Hidupnya
sangat tertekan. Semua perbuatannya
selalu disalahkan oleh keluarganya.
ter8- D(morfem dasar terikat) → V ‘kontinuatif’
Benda
ringan akan terapung di dalam air.
Ia
ternganga begitu mendengar berita
aneh ini.
Mengapa
dari tadi kamu hanya duduk termenung
saja?
ter9- V → V ‘tak sengaja’
Katanya,
bukumu terbawa olehnya.
Karena
tergesa-gesa, kakinya terpijak
olehku.
Maaf, uangmu terpakai habis.
7.
Prefiks ke-
ke1- V → V ‘spontan’
Jangan
ketawa keras-keras, nanti menggangu
orang yang sedang belajar.
ke2- V → V ‘sanggup’
Surat
itu kebaca oleh anak kecil ini.
Keangkat
juga koper seberat itu olehmu.
8.
Sufiks –in
-in1 V→ V ‘melakukan untuk orang lain (benefaktif)’
Bacain saya surat kakak yang kau terima
kemarin!
Bikinin saya kemeja dari kain
kotak-kotak.
-in2 N → V ‘melakukan untuk orang lain (benefaktif)’
Doain agar saya lulus ujian semester
ini.
-in3 A → V ‘menandai objek’
Bohongin dia, katakana aku sedang pergi.
Jagain anakku sebentar.
Syukurin ia tidak datang hari ini.
-in4 A → V ‘membuat jadi’
Kerasin
skrup itu agar ia tidak lepas
Bagusin sedikit gambarmu ini!
Kuatin ikatan itu supaya tidak lepas!
-in5 Num → V ‘membuat jadi’
Satuin buku-buku yang berserakan di
lantai.
Semuain saja, jangan di sisain.
-in6 Adv → V ‘membuat jadi’
Lebihin uang sakuku untuk minggu ini.
-in7 Int → V ‘menjadikan
Kau
apain dia sampai dia menangis seperti
itu.
Saya
tidak tahu harus gimanain buku yang
sudah hancur itu.
Kau
kemanain majalah di atas meja ini?
-in8 Dem → V ‘dijadikan
Ituin saja supaya dia kewalahan.
Coba
tolong iniin perabotan rumah saya.
Gituin saja mesin itu supaya jangan
rusak.
Giniin saja supaya lebih rapi.
-in9 A → V ‘melakukan untuk orang lain (benafaktif)’
Bapak
guru sedang ngabsenin murid-murid di
kelas.
-in10 N → V ‘menjadikan’
Tono
macarin anak pak Haji dari kampung
sebelah.
-in11 F. Prep → V ‘arahkan ke’
Tolong kedepanin kertas ulanganku ini.
9.
Kombinasi afiks me-i
me-i1 V → V ‘repetitif’
Para
demonstran melempari gedung kedutaan
Amerika dengan batu.
Ia
menanami pekarangan rumahnya dengan
bunga anggrek.
Pak
Amat sedang memotongi rumput di
pekarangan rumahku.
me-i2 N → V ‘bersikap, berlaku sebagai’
Walaupun
masih muda, ia suka menggurui orang
yang lebih tua.
Ia
merajai pertandingan itu.
Maukah
kau menemaniku pergi ke pesta malam
minggu nanti?
me-i3 N → V ‘menyebabkan mendapat’
Ibu
menggarami sayur.
Setiap
pagi aminah menguliti bawang.
Ia
melukai hatiku.
Ibu
menyusui sendiri kelima orang
anaknya.
me-i4 A → V ‘bersikap terhadap’
Dengan
meyakini iman kita, pastilah tingkah
laku kita akan sesuai dengan agama kita.
Banyak
murid yang tidak menaati peraturan
tata tertib di sekolah.
Murid-murid
nakal itu membohongi terus gurunya.
Kita
harus mematuhi peraturan lalu lintas
di jalan.
Menghormati orang tua sudah merupakan
kewajiban seorang anak.
me-i5 Adv → V ‘membuat keadaan’
Gedung
itu tingginya melebihi tugu monas.
me-i6 Pron → V ‘terhadap’
Akhirnya
anak itu mengakui kesalahannya.
me-i7 A → V ‘membuat keadaan’
Dalam
pertandingan itu ia berlari jauh melampaui
peserta lainnya.
Ia
selalu berusaha mengungguliku tetapi
selalu gagal.
me-i8 N → V ‘melakukan secara sungguh-sungguh (intensif)’
Kita
harus mencintai sesama manusia
seperti mencintai diri sendiri.
Ia
mengobati lukanya supaya tidak kena
infeksi.
me-i9 A → V ‘menyebabkan mendapat
Jangan
menyakiti hati orang tuamu.
me-i10 V → V ‘melakukan perbuatan di (lokatif)’
Kita
harus hati-hati menuruni tebing
terjal ini.
Jangan
meniduri ranjang yang baru dibereskan
ini.
Ibu
tua itu menaiki tangga dengan
berhati-hati karena takut jatuh.
me-i11 A → V ‘melakukan secara sungguh-sungguh (intensif)’
Anak
itu membasahi bajunya dengan air
sabun.
Ia
ditugaskan memberesi administrasi
sekolah yang kacau.
Ia
membakari rumput sampai habis.
me-i12 N → V ‘kontinuatif’
Maukah kau menemaniku pergi berbelanja?
10.
Kombinasi afiks di-i
Makna kombinasi di-i
ini sejajar dengan makna kombinasi afiks me-i.
11.
Kombinasi afiks me-kan
me-kan1 V → V ‘kausatif’
Pilot
itu menerbangkan pesawat model
mutakhir buatan Amerika.
Anak
itu sedang melemparkan bola ke arah
temannya.
Tawanan
itu melarikan diri dari penjara.
me-kan2 F. Prep → V ‘mengarahkan ke
(kausatif)’
Setiap
peserta berhak mengemukakan
pendapatnya dalam rapat itu.
Keluarganya
sudah mengebumikan Amir yang
meninggal kemarin.
me-kan3 N → V ‘kausatif’
Penduduk primitif itu
merajakan dokter yang sedang
berpraktik di daerah mereka.
me-kan4 A → V ‘membuat jadi (kausatif)’
Dengan
susah payah ia membesarkan kelima
anaknya.
Adikku
menghitamkan warna gambarnya.
Air
gula berkhasiat untuk menyembuhkan
sakit kepala.
Ia
tak sempat menyelamatkan harta
bendanya ketika kebakaran itu terjadi.
me-kan5 Adv → V ‘membuat jadi (kausatif)’
Dalam
pidatonya ia mencoba menghangatkan
suasana.
Ibu
melebihkan masakan hari ini karena
ayah mengundang dua orang temannya.
me-kan6 Num → V ‘membuat jadi (kausatif)’
Kami
berusaha menyatukan pendapat kami
yang saling berbeda.
me-kan7 V → V ‘melakukan untuk orang lain
(benefaktif)’
Setiap
pagi ibu membuatkan kopi untuk ayah.
Sebelum
adik saya tidur ibu selalu membacakan
cerita untuknya.
Pak
guru menuliskan jawaban soal-soal
ulangan di papan tulis.
Adik
membawakan Koran pagi untuk ayah.
me-kan8 N → V ‘benefaktif’
Saya
dilarang mengatakan yang sebenarnya
kepada orang lain.
Saya
curiga ketika ia membisikkan sesuatu
kepada teman saya.
Saksi
itu diminta oleh hakim untuk menceritakan
kejadian yang sebenarnya.
me-kan9 V → V ‘melakukan perbuatan dengan alat’
Ketika
tukang sulap itu memukulkan tongkat ke
atas topi maka keluarlah seekor burung merpati dari dalam topi tersebut.
Tanpa
sadar ia menikamkan keris pusakanya
ke tubuh lawannya.
Pemburu
itu membidikkan senapannya ke arah
binatang yang diincarnya.
me-kan10 V → V ‘melakukan dengan
sungguh-sungguh (intensif)’
Salah
satu kegemaran saya adalah mendengarkan
radio.
Pada
setiap upacara bendera kami selalu menyanyikan
lagu Indonesia Raya.
me-kan11 N → V ‘menghasilkan (resultatif)’
Penyanyi
itu menelurkan dua album terbarunya.
Perjuangannya
membuahkan hasil yang sangat
memuaskan.
Nenek
menuturkan kehidupan di masa mudanya.
Bila
ia marah, ia selalu mengatakan
kata-kata yang kasar.
me-kan12 N → V ‘memasukkan ke dalam’
Salah
satu cara mengawetkan makanan adalah mengalengkan makanan tersebut.
Ia
mengotakkan bingkisan-bingkisan yang
akan dikirimkannya.
Jangan
memenjarakan orang yang tidak
bersalah.
me-kan13 Ka.Fatis → V ‘menghasilkan
(resultatif)’
Ia
tidak mempunyai pendirian, selalu mengiyakan
pendapat siapa pun.
me-kan14 Int → V ‘melakukan’
Mereka
mengapakan dia?
12.
Kombinasi afiks memper-
memper1- N → V ‘menjadikan’
Ibu
Tati mempersuami orang keturunan
Arab.
Pak
Hasan memperistri putri keturunan
raja.
memper2- A → V ‘membuat jadi lebih’
Jangan
memperbodoh orang desa yang lugu itu.
Saya
diberi tugas memperindah lukisan ini.
Melalui
pidatonya ini, ia dapat mempertebal kepercayaan
rakyat kepadanya.
13.
Kombinasi afiks diper-
diper1- N → V ‘dijadikan’
Ia
diperistri seorang pemuda kaya
keturunan bangsawan.
Pemuda
itu dipersuami seorang janda kaya.
diper2- A
→ V ‘dibuat jadi lebih’
Rumah
yang indah itu masih akan diperindah
lagi.
Jangan
mau diperbodoh oleh bangsa asing.
Hal
yang sudah sulit jangan dipersulit
lagi.
14.
Kombinasi afiks memper-kan
memper-kan1 N → V ‘menjadikan’
Saya
rasa kalian tidak perlu mempermasalahkan
hal sepele seperti itu.
Dua
bersaudara itu sedang mempertikaikan
warisan orang tuanya.
memper-kan2 V → V ‘menjadikan supaya di-V-kan’
Ia
sedang memperdengarkan suaranya yang
merdu itu.
Pesenam
itu sedang mempertunjukkan
keahliannya.
memper-kan3 A → V ‘membuat jadi’
Maksud
untuk mempermalukan lawannya di
hadapan massa gagal.
memper-kan4 Num → V ‘membuat jadi’
Dialah
yang berhasil mempersatukan bangsa yang terpecah belah itu.
memper-kan5 N → V ‘menjadikan’
Bintang
film itu mempersuamikan pemuda yang
jauh lebih muda daripadanya.
Ia
memperistrikan wanita yang baru
dikenalnya.
memper-kan6 N → V ‘menjadikan sebagai alat’
Memperdagangkan narkotik mempunyai
risiko ditangkap polisi.
Mereka
selalu memperdebatkan hal-hal sepele
sedangkan hal-hal penting tidak diperhatikan.
Tega
betul ia memperdayakan kakaknya
sendiri.
memper-kan7 N → V ‘mengerjakan’
Karena
tidak mempunyai anak, ia memperlakukan
saya sebagai anak.
memper-kan8 V → V ‘membuat jadi’
Kelihatannya
ia sudah memperhitungkan dengan seksama akibat perbuatannya.
Mengapa
kau sering mempermainkan orang itu?
memper-kan9 Adv → V ‘membuat jadi’
Petugas
itu memperbolehkan saya merokok di
ruang yang memakai alat penyejuk ini.
15.
Kombinasi afiks diper-kan
diper-kan1 V → V ‘dijadikan supaya’
Lagu-lagu
nostalgia selalu diperdengarkan oleh
pemancar swasta pada hari Selasa petang.
Foto
almarhum diperlihatkan kepada polisi
yang mengusut perkara itu.
diper-kan2 N → V ‘dijadikan’
Sejak
kecil ia dipersaudarakan denganku.
Tanah
itu masih saja dipertikaikan oleh
para ahli waris yang bersangkutan.
Integrasi
Timor Timur ke dalam wilayah RI masih saja dipermasalahkan.
diper-kan3 A → V ‘dibuat jadi’
Aku
dipermalukannya di muka umum.
diper-kan4 Num → V ‘dibuat jadi’
Bangsa
itu dipersatukan oleh semangat untuk
merdeka.
diper-kan5 N → V ‘dijadikan’
Penyanyi
itu diperistrikan oleh seorang
dokter.
Laki-laki
itu dipersuamikan she bintang film
yang terkenal lagi pula kaya.
diper-kan6 N → V ‘dijadikan sebagai alat’
Yang
diperdagangkannya hanya barang-barang
buatan dalam negeri saja.
Aku
tidak dapat diperdayakan oleh rayuan
mautnya.
Masalah
yang sudah diputuskan tidak perlu diperdebatkan
lagi.
diper-kan7 N → V ‘dikerjakan’
Apa
kau diperlakukan secara manusiawi
olehnya?
diper-kan8 V → V ‘dibuat jadi’
Ia
seorang hati-hati, diperhitungkannya
dengan cermat akibat langkah-langkah yang diambilnya.
diper-kan9 Adv → V ‘dibuat jadi’
Apakah
saya diperbolehkan duduk di sini?
16.
Kombinasi afiks N-in
N-in1 N → V ‘membuat keadaan’
Dia
ngeduluin teman-temannya.
N-in2 V → V ‘melakukan dengan sungguh-sungguh (instensif)’
Kalau
kau ragu nyobain saja dulu.
N-in3 V → V ‘melakukan dengan sungguh-sungguh (intensif)’
Adik
ngerasain sakitnya disuntik.
N-in4 A → V ‘melakukan dengan sungguh-sungguh (intensif)’
Jangan
nyakitin hatinya.
Bisa
tidak ngebagusin gambar ini?
N-in5 Intr → V ‘melakukan’
Ngapain
kamu di sini?
17.
Konfiks ber-an
ber-an1 V → V ‘resiprokal’
Berilah
jarak antara tonggak yang satu dengan tonggak yang lain supaya tidak bersinggungan.
Mobil
yang berwarna coklat itu bertabrakan
dengan bis Patas.
Remaja
yang sedang di mabuk cinta itu berciuman
di Taman Ria.
ber-an2 V → V ‘pluralis’
Ketika
terjadi kebakaran itu, banyak orang berlarian
menyelamatkan diri.
Daun-daun
kering di halaman itu bertebaran
ditiup angin.
Banyak
sampah berserakan di pinggir jalan,
karena masyarakat belum menyadari akan kebersihan lingkungan.
18.
Konfiks ber-R-an
ber-R-an1 V → V ‘resiprokal + intensif’
Kedua
sahabat itu berpeluk-pelukan ketika
bertemu setelah berpisah 20 tahun.
Karena
begitu banyak pengunjung yang datang, maka mereka bersinggung-singgungan di depan loket.
Sepasang
merpati bercium-ciuman di pohon
kenari.
ber-R-an2 V → V ‘pluralis + intensif’
Murid-murid
berlari-larian di halaman sekolah.
Setelah
mendengar berita kematian itu, mereka bertangis-tangisan.
Sepasang
kelinci putih berlompat-lompatan di
halaman rumah.
19.
Konfiks ber-kan
ber-kan1 N → V ‘mengkhususkan (melengkapi)
verba’
Negara
Indonesia adalah Negara yang berasaskan
Pancasila.
Dengan
bersenjatakan pena, para wartawan
berusaha untuk memperoleh berita-berita
yang actual.
Berdasarkan hukum yang berlaku di Negara
kita, setiap warga Negara yang telah berumur 17 tahun atau telah menikah harus
memiliki kartu tanda penduduk.
Pada
malam bulan purnama langit bertaburkan
bintang.
Anak-anak
kecil dilarang memakai perhiasan yang berhiaskan
intan.
Gadis
itu diberi hadiah sebuah cincin yang bertatahkan
permata oleh kekasihnya.
(Syarat: verba harus berpelengkap yang
merupakan spesifikasi dari dasar.)
20.
Konfiks ke-an
ke-an1 V → V ‘terkena, menderita (afektif)’
Ia
tidak dapat tidur dengan nyenyak sejak ia kehilangan
kunci rumahnya.
Aku
turut berduka cita atas kematian
ayahmu.
Orang
yang kecurian uang itu kelihatan
sangat bingung.
ke-an2 N → V ‘terkena, menderita (afektif)’
Anak
itu sakit akibat kehujanan kemarin.
Kita
harus selalu berhati-hati supaya tidak kecopetan.
Kemarin
malam orang kaya itu kemalingan.
ke-an3 Vintr → Vpas ‘tak
sengaja’
Akhirnya
ketahuan juga siapa yang telah
melakukan kejahatan itu.
Anak
itu kedapatan sedang makan mangga
curian.
Rumah
yang hendak kita tuju sudah kelewatan
karena terlalu asyik ngobrol.
21.
Kombinasi afik ter-R
ter-R1 D
→ V ‘dalam keadaan selama jangka waktu tertentu’ (D = morfem dasar terikat)
Ia
pergi tergopoh-gopoh ke kantornya
yang cukup jauh karena takut terlambat tiba di kantor.
Orang
mabuk itu berjalan terhuyung-huyung
menuju rumahnya.
Ia
berjalan dengan terseok-seok setelah
jatuh dari motor dalam suatu kecelakaan.
Sejak
kematian suaminya, ia sering termenung-menung.
Para
korban kecelakaan kapal laut itu terapung-apung
di laut selama beberapa hari.
22.
Kombinasi afiks per-kan
per-kan1 N → Vtr ‘jadikan’
Persuamikan laki-laki yang jujur dan
setia itu.
Peristrikan tunanganmu itu.
per-kan2 V → Vtr ‘jadikan supaya’
Coba
perlihatkan saya permata yang baru
kau beli itu.
Pertunjukkan kepandaianmu bermain sulap
pasa malam gembira nanti.
23.
Kombinasi afik per-i
per-i1 A → Vtr ‘dibuat jadi (kausatif)’
Perbaiki jawaban yang salah.
Coba
anda perbarui kalimat yang anda buat
tadi.
24.
Kombinasi afiks ber-R
ber-R Num
→ V ‘membentuk kelompok’
Murid-murid
masuk kelas berdua-dua.
Mereka
berbaris berempat-empat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Prefiks ber-
mempunyai makna umum ‘belum selesai sedang berlaku (atelis)’
2.
Prefiks ber-
mempunyai padanan ke- pada kata-kata:
ketemu, ketawa yang dipakai dalam bahasa Indonesia nonstandar.
nonstandar :
Saya ketemu dia kemarin.
standar :
Saya bertemu dengan dia kemarin.
3.
Prefiks ter-
mempunyai padanan ke- yang dipakai
dalam ragam nonstandard.
Contoh: Mereka tertawa – Mereka ketawa.
4.
Prefiks ke- ini
hanya dipakai dalam ragam nonstandard.
5.
Makna –in
berpadanan dengan makna –i atau –kan dalam ragam standar.
6.
me-i mempunyai makna dasar lokatif; dalam klausa yang
berverbal.
7.
me-i objeknya menjadi tempat.
8.
di-i mempunyai makna dasar lokatif; dalam klausa yang
berverbal dengan di-i subjeknya menjadi tempat.
9.
Dalam banyak buku tata bahasa disebutkan bahwa bentuk-bentuk
seperti menguliti dan membului diberi nama ‘menanggalkan’.
Analisis semacam itu tidak berpijak pada pandangan gramatikal, melainkan pada
paraphrase.
Secara gramatikal, pada bentuk-bentuk
tersebut, sufiks –i bermakna lokatif.
B.
Saran
Dalam menganalisis
makna afiks pembentuk verba perlu ditekankan hubungan di antara verba yang
berafiks dengan objeknya. Dalam analisis itu perhatian kita harus benar-benar
ditunjukan kepada hubungan antara verba dan yang menyertainya.
25.
DAFTAR
PUSTAKA
Kridalaksana, Harimurti. (2007). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Langganan:
Postingan (Atom)