Sedekah Menjadi Berkah
Karya: I'anatul Insianah
1. Dani :
Preman 1
2. Dian Khoirunnisa R. : Muslimah 1
3. Diana Pebrianti : Ustadzah
4. I’anatul Insianah : Muslimah 2
5. Indra Sriani : Orang kaya
6. Japri :
Supir Bus/ Polisi 1
7. Nila :
Ibu miskin
8. Otnel :
Adik Wawan
9. Puji Rifani : Polisi 2
10. Sapter Miri Handani : Preman 2
11. Titih Asmirani :
Ibu wawan
12. Wawan Kurniawan : Orang baik
13. Yuliana : Anak miskin
Wawan adalah seorang pekerja di sebuah
gudang beras. Ia hanya tamatan SMA. Karena tidak punya biaya dan ia pun membiayai
sekolahnya dengan hasil keringatnya sendiri maka ia tidak meneruskan ke perguruan
tinggi dan memilih bekerja. Ibunya hanya tukang cuci. Ayahnya sudah meninggal sejak
ia kelas 6 SD. Adiknya baru kelas 1 SMP. Pulang dari kerja wawan menghilangkan
lelah di tepi jalan.
Wawan :
Alhamdulillah, upah mengangkut beras hari ini mencapai seratus ribu. Aku bisa
membelikan sepatu adikku yang sudah jebol! Ah, tapi apa cukup, aku belum
membeli beras. Hmm…
Tiba-tiba… Ia
mendengar obrolan dua orang Ibu dan anak.
Yuliana :
Bu, aku lapar…(sambil memijat-mijat perutnya)
Nila : sabar ya, nak, ibu belum
dapat kerja hari ini… sabar ya nak…
Yuliana :
Yuli sudah tidak tahan bu…
Nila : Ibu tahu nak, ibu juga
lapar… (sambil menangis)
Wawan melihat
uangnya lima puluh ribu dua lembar. Tanpa berpikir panjang lagi, ia menghampiri
kedua ibu dan anak itu.
Wawan : Ini bu. Terima lah. (menyodorkan
uang lima puluh ribunya)
Nila : (memandangi sekejap,
menerima uang itu perlahan) Alhamdulillah, terima kasih nak. Semoga Allah
memberkahi dan merahmatimu. Ayo nak kita membeli makanan (mengajak anaknya)
Yuliani : Asik!!! Kita makan!!! Terima
kasih kak! (ke arah wawan)
Di sebuah
halte…
Indra : (menunggu bus sambil BBM-an)
Tanpa sadar ia
sudah diincar oleh 2 preman tak jauh dari situ.
Dani : Bro! (sambil melirik kea rah
Indra) hantam! (Memberi kode untuk menyambar tas Indra)
Sapter :
(menyambar tas Indra)
Indra : Copet!!!!! Copet!!!
Wawan yang
melihat langsung menghadang preman-preman itu dan terjadi aksi perkelahian.
Namun mereka berhasil dijatuhkan satu per satu oleh wawan. Mereka pun berlari
berhamburan.
Wawan :
Mm, ini tasnya. (menyerahkan tas Indra)
Indra : Terima kasih, (membuka
dompetnya), ini! (memberikan uang dua ratus ribu)
Wawan :
Maaf, saya ikhlas menolong, tanpa imbalan.
Indra : tidak, ini sebagai tanda
perkenalan kita. Terima lah, tidak baik menolak rizki bukan?
Wawan :
(terdiam)
Indra : Ambil lah! (dengan senyum)
Wawan :
(menerima dengan perlahan) terima kasih.
Indra : Namaku Indra Sriani, namamu?
(mengulurkan tangan)
Wawan :
Wawan Kurniawan (dengan senyum, dan hanya menyatukan kedua tangannya tanpa
menyentuh tangan indra)
Bus datang.
Japri : Naik nggak neng?
Indra :
Mmm, maaf (malu-malu ke arah wawan).
Wawan :
Assalamu’alaikum.
Indra : Wa’alaikum salam.
Di rumah
wawan.
Wawan telah
membawa sepasang sepatu dan sekarung beras serta bahan makanan lainnya.
Wawan :
Ibu! Adek!
Ibu dan adik
wawan keluar.
Wawan :
Adek… Abang bawa sepatu nih!
Otnel : Mana bang mana bang???
Wawan :
Ini, buka aja! (dengan senyum bahagia)
Otnel : (membuka bungkusan sepatu)
hore!!! Bu! Adek punya sepatu baru!
Wawan :
Bu, ini beras dan bahan makanan, kita tidak beli baras sekilo-sekilo lagi. (dengan
senyuman bahagia)
Titih :
Dapat dari mana kamu belanjaan sebanyak ini? Katakan pada Ibu, kamu tidak
mencuri kan, Nak?
Wawan :
Tidak bu… (menceritakan kejadian yang dialami)
Titih : Syukurlah kalau begitu, Tuhan
memang maha adil. Kalau begitu ibu masak dulu ya!
Pulang dari
masjid 2 preman tadi mengganggu Dian da I’an…
Dani : Hei cantik… mau nggak abang antar pulang?
Sapter : Nggak usah sama dia neng, sama abang aja,
ntar abang kasih bonus abis nganterin!
Dani : Dasar lo! (menunjuk sapter)
Dian : An, aku takut… ini preman-preman ganas
yang lagi dicari-cari polisi! Kalo kita lawan biasanya mereka semakin ganas!
(membisikkan kepada I’an)
I’an : Aduh… gimana nih, nggak ada orang lewat…
Dani : Jangan takut neng sama abang, yok ikut
abang neng (menyolek dagu dian dan I’an)
Sapter : (hendak merangkul belakang dian)
Wawan : Hei!
Jangan ganggu mereka!
Dani : Eeeh elo lagi!
Sapter : Ni orang nantangin lagi! Kita lawan lagi
bro!
Mulai
berkelahi.
Dian : An… lari yuk…
I’an : Bentar, tu ada bu ustadzah!
Diana : Astaghfirullah! ada apa ini?
I’an : preman-preman itu mengganggu kami
ustadzah!
Dian : Iya, ustdzah, wawan mau menolong kami,
tapi preman-preman itu langsung mengajaknya berkelahi!
Wawan
terkapar.
Diana : (menggeleng-gelengkan kepala) sudah! Sudah!
Berhenti! Allah tidak menyukai hambanya yang saling menyakiti dan mengumbar
amarah! Astaghfirullah! Sudah sudah!
Dian : Polisi!
Dua orang
polisi berhasil menangkap dua preman tersebut.
Jarpri : Diam kamu! (membentak Dani yang mencoba
melawan)
Puji : Terima kasih saudara cukup membantu kami
menangkap buronan ini!
Wawan : Saya tidak membantu apa-apa pak.
Diana : Allah menahan mereka melalui kamu di sini
wan, jadi pas polisi ada di sini mereka berdua bisa tertangkap.
Japri : Baik, kami kembali ke kantor polisi dulu,
selamat malam.
Dian, Diana,
I’an, wawan : malam.
Dian : Kamu tidak apa-apa, Wan?
I’an : Iya, pipimu lebam, Wan. Makasih ya udah nolongin
kita.
Wawan : Tidak apa-apa. Udah kewajiban kita
saling menolong satu sama lain. (sambil mengusap-usap sarungnya yang kotor)
Dian : Tapi kalo nggak ada kamu kita juga nggak tau
udah jadi apa dibuat mereka. Mereka kan terkenal dengan kekriminalannya yang kelewat
batas.
Diana : Alhamdulillah, akhirnya tertangkap juga
buronan itu, ini semua juga berkat pertolongan Allah. Saya pulang dulu ya, ayo Dian,
I’an.
Diana, Dian,
I’an: Assalamu’alaikum
Wawan: Wa’alaikum
salam
Tiba-tiba Indra
datang menghampiri
Indra :Assalamu’alaikum
Wawan: Wa’alaikum
salam, kamu yang kecopetan itu kan? Kok ada di sini?
Indra : Kebetulan tadi aku lihat kamu membantai
preman-preman itu, oia, aku mau kasih kamu kerjaan mau nggak?
Wawan : Kerja
apa?
Indra : Kamu bisa nyetir?
Wawan :
Alhamdulillah bisa, dulu aku pernah membawa truk beras, tapi dipecat karena
difitnah.
Indra : Km, papa butuh supir pribadi, kamu mau kan
kerja dengan papa?
Wawan : Yang
bener?
Indra : Iya benar. Gimana? Bisa?
Wawan :
Alhamdulillah. Baik. Aku harap ini menjadi lebih baik dari pada kerjaanku
mengangkut beras.
Indra :Ayo ikut aku. Bertemu papa. Sekalian aku mau
kenalin calon menantu Papa (dengan sedikit berbisik dengan berjalan mendahului Wawan)
Wawan : Ya Rabbi, rizki lipat ganda (dengan
lirih juga dan wajah datar, kemudian mengekor dari belakang sambil senyum-senyum).
Akhirnya Wawan mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik dari yang sebelumnya. Indra adalah anak orang berada yang hanya tinggal
bersama Papanya karena ditinggal Mamanya menikah lagi. Indra terlanjur jatuh hati
dengan Wawan sejak ia ditolong waktu kecopetan. Akhirnya, papa Indra pun memberi
restu dan mereka menikah serta hidup bahagia.
-TAMAT-