Minggu, 21 April 2013

PERBEDAAN DRAMA DAN TEATER

Drama memfokuskan kepada genre sastra. Permasalah terdapat pada unsur cerita, naskah, dan teks.
Teater lebih kepada seni pertunjukan atau seni peran.

Contoh teater modern: Sebuah naskah drama karya  Arifin C Noer "Kapai-Kapai" yang sudah dipentaskan oleh Bengkel Sastra USD angkatan 2004.

MATA KULIAH PSIKOLOGI SASTRA “Novel Sons And Lovers Melalui Sudut Pandang Akibat dari Oedipus Complex”


BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Novel Sons and Lovers karya D.H. Lawrence berkisah tentang sebuah keluarga Mr. Morel, seorang pekerja tambang yang beristri seorang wanita dengan berstatus sosial yang lebih tinggi dari suaminya. Keluarga ini di karuniai beberapa anak yang di antaranya adalah William dan Paul. Karena kondisi ekonomi rumah tangga yang tidak mencukupi membuat suami dan istri kerap bertengkar. Hubungan pasangan ini menjadi tidak harmonis, walaupun sang istri terus melahirkan anak. Akibat hubungan tidak harmonis tersebut membuat si istri, Mrs. Morel mendekatkan diri kepada anak laki-lakinya, William dan Paul. Kedekatan yang tampak tidak lazim ini membuat kedua anak ini selalu bermasalah ketika mereka harus berhubungan dengan gadis sebayanya. Selain itu Mrs. Morel selalu menghalangi hubungan anak laki-lakinya dengan kekasih mereka.
Tahap awal penelitian ini adalah telaah perwatakan para tokoh yang mendukung pemunculan Oedipus Complex dalam diri-diri tokoh William dan Paul Morel dan tahap selanjutnya adalah adanya cerminan konsep rasa bersalah serta konflik batin. Untuk menganalisis karakter para tokoh dalam novel ini, digunakan metode sudut pandang.
Sudut pandang adalah metode narasi yang menentukan posisi atau sudut pandang dimana ceritera disampaikan. Sudut pandang persona ketiga –  “diaan” digunakan dalam pengisahan ceritera dengan gaya “dia”. Narrator atau penceritera adalah seseorang yang menampilkan tokoh-tokoh ceritera dengan menyebut nama atau menggunakan kata ganti orang seperti “ia”, “dia” atau “mereka” (Minderop, 2005:96).
Sudut pandang “diaan” mahatahu adalah narrator yang berada di luar ceritera dan bisa pula menjadi tokoh dalam ceritera. Disebut “mahatahu” (an all-knowing presence) karena ia dapat berkisah dengan bebas, mendramatisasi, menginterpretasi, merangkum, berspekulasi, berfilosofi, menilai secara moral atau menghakimi apa yang disampaikannya. Sudut pandang persona ketiga atau penggunaan “diaan” tidak selalu menggunakan kata ganti orang ketiga, tetapi dimungkinkan terjadinya dialog-adanya “kau” dan “aku”. Hal ini terjadi karena si Narator sedang membiarkan para tokoh mengekspresikan dirinya (Minderop, 2005:98).

B.           Masalah
1.            Bagaimana konsep Oedipus Complex dalam novel Sons and Lovers?
2.            Apa penyebab timbulnya Oedipus Complex dalam novel Sons and Lovers?
3.            Apa akibat dari Oedipus Complex dalam novel Sons and Lovers?


BAB II
PEMBAHASAN
1.            Konsep Oedipus Complex
Cerminan konsep Oedipus Complex yang dibahas di sini mencakup para tokoh William dan Paul Morel yang terdapat dalam novel Sons and Lovers karya D.H. Lawrence. Konsep ini mengacu pada tokoh William dan Paul sebagai “kekasih” GertrudecMorel, sang Ibu:
a.             Hubungan mesra Ibu dan Anak Mendambakan Peran Ayah
William menjelaskan bahwa kepergiannya berdansa dengan teman perempuan sekedar bersenang-senang dan ia tidak mencintai temannya itu. William mengatakan bahwa ia tidak akan pernah menikah, kecuali bila ia menemukan perempuan seperti Ibunya.
Ibu dan anak berjalan-jalan dan merasakan kebahagiaan seakan-akan sepasang kekasih yang menikmati perjalanan bersama.
Setelah Paul berdebat dengan Ibunya dan Mrs. Morel merasa tersinggung, Paul merasa tegang karena ia menyadari bahwa sesungguhnya hidupnya hanya untuk Ibunya, Mrs. Morel adalah segala-galanya.
Dalam kondisi bersedih, Paul beranjak menuju ke kamar tidurnya sambil menunduk mencium Ibunya, sang Ibu memeluk lehernya, memendamkan wajahnya di bahu Paul seraya menangis dengan suara tersedan ia berkata bahwa ia tidak rela melepaskan anaknya kepada Mirriam karena ia akan tersisih. Paul serta-merta sangat membenci Mirriam.
Dalam novel Sons and Lovers, perilaku yang mencerminkan keinginan memiliki Ibu tampak dalam perwatakan tokoh William Morel dan Paul Morel.
William memberikan semua uangnya kepada Ibunya, kemudian Mrs. Morel membagi uang tersebut sebagian kepada anaknya.
Kedekatan Paul dengan Ibunya menggantikan posisi Kakaknya, William, yang telah meninggal dunia. Ia bersikap sangat baik dengan memberikan berbagai hadiah kepada Ibunya dan berjanji tidak akan menikah.
Kepergian William ke London digantikan oleh keberadaan Paul, adik William yang juga sangat dekat dengan Ibunya.
Keinginan Paul menafkahi Ibunya dan berjanji tidak akan menikah.
Paul meniti karir sebagai pelukis dan apa yang dilakukannya, demi sang Ibu dan keduanya saling mengisi.
Paul senag tidur bersama Ibunya karna merasa nyaman dan terlindungi oleh kehangatan Ibunya.
Paul berjalan-jalan bersama Ibunya, saat ketika ia merasa seakan-akan bersama kekasih. Ia terus memperhatikan sikap ibunya yang senantiasa menumbuhkan perasaan teramat sayang kepada Ibunya. Di balik itu, ia merasa pedih di hati karena kecintaannya kepada si Ibu ketika ia memperhatikan dompet dan kaos tangan Ibunya yang telah usang.
Paul merasa bosan. Cintanya yang paling mendalam tertuju kepada Ibunya dan bila ia telah merasa menyakiti perasaan Ibunya, ia merasa sangat terbebani.
Paul selalu harus kembali kepada Ibunya karena ia merasa sangat melekat padanya.
Ketika Ibunya mengatakan bahwa ia serasa tidak pernah memiliki suami, Paul mencium leher Ibunya. Paul berkata bahwa ia tidak mencintai Mirriam. Paul memeluk Ibunya kemudian si Ibu dengan mesra menciumnya. Mereka tampak sebagai sepasang kekasih.
Mrs. Morel mengidap penyakit kanker. Paul dan Ibunya sama-sama merasa kuatir karena mereka berprasangka bahwa tidak lama lagi mereka akan berpisah. Saat-saat terakhir mereka lalui bersama. Paul selalu mendampingi dan merawat Ibunya; mereka seakan-akan sepasang kekasih.
Paul merawat Ibunya ketika ia sakit dan Paul sangat menyayangi si Ibu melebihi sayangnya terhadap diri sendiri.
Mrs. Morel yang mengidap penyakit kanker tak tertolong dan akhirnya meninggal dunia. Paul merasa sangat terpukul, seakan-akan tidak menerima kepergian Ibu untuk selama-lamanya. Ia menatap wajah sang Mrs. Morel dan mencium jasad si Ibu yang terbujur dingin.
b.            Kecemburuan kepada Ayah dan Saudara Laki-laki
Baik William dan Paul kerap merasa saling cemburu karena mereka berebut kasih sayang sang Ibu.
Ketika Paul dan Ibu berjalan-jalan ke Lincoln, Paul sangat erat menjaga Ibunya, seakan-akan mengikatnya. Ia juga membelikan violet untuk Ibunya dan menyematkan bunga di bajunya.
c.             Hukuman dari Ayah
Dalam novel Sons and Lovers para tokoh anak laki-laki mendapat hukuman dari Ayah.
Si Ayah bersikap kasar sehingga membuat kepala anaknya berdarah.
Karena sikap sang Ayah yang terlalu kasar terhadap anak-anaknya, membuat mereka merasa tertekan bila si Ayah berada di rumah, mereka bingung tak tahu apa yang harus dilakukan.
Anak-anak menjadi terdiam bila mendengar suara tapak kaki tanda kedatangan Ayahnya karena mereka ketakutan terhadap Ayah.
Mr. Morel selalu tidak sabar bila mendengar anaknya menangis dan seraya berteriak mengancam si anak.
Mr. Morel kerap bersikap keras kepada anaknya dan selalu mengulangi perbuatannya sehingga membuat si anak menderita, walaupun diperingatkan oleh istrinya.
d.            Tidak Menyukai dan Membenci Figur Ayah
Anak-anak tidak menyukai ayah mereka, terutama Paul.
Paul membenci Ayahnya dan kerap berdoa agar Ayahnya meninggal dunia.
Dapat dikatakan tidak pernah ada komunikasi antar anggota keluarga dengan sang Ayah. Si Ayah seolah-olah seperti orang asing di dalam keluarga.

2.            Latar Belakang Lahirnya Oedipus Complex
Memerhatikan perilaku para tokoh dalam novel Sons and Lovers, dapat disimak bahwa latar belakang maraknya Oedipus Complex bisa dipengaruhi oleh kondisi kehidupan keluarga Mr. Morel. Hubungan suami istri yang tidak harmonis yang disebabkan antara lain, masalah kesenjangan pendidikan antara suami dan istri serta masalah ekonomi cukup berpengaruh untuk timbulnya berbagai konflik di dalam rumah tangga.
Akibat dari konflik antara suami dan istri memengaruhi perilaku anak terhadap orang tua mereka. Dalam hal ini lebih mendekatkan diri kepada Ibunya, dan sebaliknya, seraya anak-anak membenci Ayahnya. Kebencian ini timbul karena kerasnya sikap sang Ayah terhadap anak laki-lakinya. Pada akhirnya, si Ibu mendekatkan diri kepada anak-anak laki-lakinya; sedangkan si Ayah hidup di dalam dunianya sendiri. Penjelasan mengenai latar belakang timbulnya Oedipus Complex sebagaimana berikut ini.

a.             Kehidupan Mr. dan Mrs. Morel Diwarnai Konflik
Mr. dan Mrs. Morel mulai merasa tidak nyaman mengarungi rumah tangga mereka.
Sikap Mrs. Morel berubah menjadi tidak hangat terhadap suaminya.
Ketika istrinya sakit sehabis melahirkan, Mr. Morel bersikap manis terhadap istrinya, namun si istri merasa kesepian.
Akhirnya Mrs. Morel mengabaikan suaminya, demikian pula sang suami.
Mr. dan Mrs. Morel mulai bertengkar karena adanya perbedaan pandangan hidup.
Suami dan istri ini bertengkar hebat dan sang istri merasa teramat sedih dan menyembunyikan wajahnya di bahu si bayi, William sambil meratap seakan-akan berlindung. Dialog yang tercantum di bawah ini merupakan cakupan dari teknik pencitraan “diaan” mahatahu, ketika si narrator membiarkan para tokoh mengekspresikan diri mereka.
Mrs. Morel stood still. It was her first baby. She went very white, and was unable to speak.
“What dost think on “im?” Morel laughed uneasily.
She gripped her two fists, lifted them, and came forward. Morel shrank back.
“I could kill you, I could!” she said. She choked with rage, her two fists uplifted.
“Yer non want ter make a wench on “im,” Morel said, in a frightened tone, bending his head to shield his eyes from hers. His attempt at laughter had vanished.
The mother looked down the jagged, close clipped head of her child. She put her hands on his hair, and stroked and fondled his head.
“Oh – my boy! –“ she faltered. Her lip trembled, her face broke, and, snatching up the child, she buried her face in his shouder and cried painfully (Lawrence, 2000:24).
Masalah biaya hidup memperparah kondisi rumah tangga Mr. dan Mrs. Morel, si suami tidak memperhatikan kebutuhan anak-anak, lebih dari itu, ia menghabiskan uang untuk membeli minuman keras selain untuk kebutuhan pribadi.
Mr. Morel merasa tidak nyaman dan jenuh tinggal bersama istrinya; demikian pula istrinya.

b.            Mrs. Morel Sangat Menyayangi Putera-Puteranya
Mrs. Morel sangat menyayangi William dan menganggapnya sebagai seorang pria dewasa yang mampu memberikan kebahagiaan pada dirinya.
Sikap Mrs. Morel yang sangat menyayangi William, menggantungkan kehidupannya padanya, melayani kebutuhannya, membuat si anak pun merasa bangga. Kondisi ini membuatnya sulit berpisah dengan anaknya. Mrs Morel selalu mengenangnya sehingga membuatnya amat bersedih.
c.             Mrs. Morel Mengekang Pergaulan Putera-Puteranya
Mrs. Morel tidak berkenan membiarkan William bergaul dengan teman perempuannya, terlebih lagi ketika ia mengetahui perempuan tersebut pernah berdansa dengan anaknya.
Mrs. Morel merasa benci kepada Mirriam karena ia membuat Paul menjadi tidak ceria.
Mrs. Morel merasa tidak senang mengetahui kedekatan Paul dengan Mirriam, ia tampak cemburu walaupun Paul menegaskan bahwa ia tidak mencintai Mirriam.
Sikap Mrs. Morel yang tidak menerima pergaulan Paul dengan gadis lain, memicu perdebatan dengan anaknya, sehingga membuat Mrs. Morel bersedih. Mrs. Morel merajuk dan cemburu ketika Paul mengatakan ia sudah lanjut usia dan berbeda kesenangan.
Mrs. Morel sangat membenci Mirriam yang berupaya merebut hati anaknya.
3.            Akibat dari Oedipus Complex
Akibat dari Oedipus Complex yang diidap oleh tokoh Paul, membuatnya selalu dihantui rasa bersalah. Paul merasa telah mengkhianati Ibunya karena ia pernah bergaul dengan perempuan lain. Setelah kepergian sang Ibu untuk selama-lamanya, Paul merasa kesepian, kesedihan, dan putus asa sampai-sampai ia berniat untuk mengakhiri hidup. Perasaan bersalah yang paling mengganggu membuatnya menghukum diri sendiri yang berimplikasi berkembangnya gangguan-gangguan kepribadian.
Paul mengalami halusinasi negatif. Ia tidak mengenal ruang dan waktu, ia menjadi bingung dan pelupa; kadang-kadang ia hilang ingatan serta tidak mampu membedakan sesuatu. Ia juga mengalami halusinasi pendengaran dan konflik batin.
Paul mengalami halusinasi pendengaran, sebagaimana dikatakan oleh Krech: Ia tidak mengenal sesuatu pun, walaupun ia melihat. Ia mengalami kesulitan tidur dan dihantui oleh perasaan dan pendengarannya sendiri; ia tidak tahu di mana ia berada, Paul mengalami disorientasi.
a.             Cerminan Rasa Bersalah
Perasaan bersalah dalam diri tokoh Paul Morel. Setelah terhalang bergaul dengan Mirriam, Paul selanjutnya bergaul dengan Clara, seorang wanita yang telah bersuami dan berusia lebih tua ketimbang dirinya. Mereka bahkan bergaul sangat intim (Lawrence, 2000:385-390). Paul sangat menyembunyikan kehidupan seksnya dengan wanita ini di hadapan Ibunya. Dikatakannya, ia lebih baik mati daripada Ibunya harus mengetahui hubungan seksnya dengan Clara. Paul mengalami rasa bersalah karena di satu sisi ia melakukan hubungan intim dengan wanita lain, namun di sisi lain ia selalu merasa bersalah terhadap Ibunya. Kadang-kala ia ingin melepaskan diri dari baying-bayang ibunya, namun sngat sulit, ia mengalami konflik batin.
Paul sulit bergaul akrab dengan teman wanitanya, Mirriam, karena ia selalu dibayangi sosok Ibunya bila ia berniat untuk lebih intim dengan Mirriam. Paul seakan-akan merasa bersalah bila ia membiarkan hatinya tertambat pada wanita lain.
b.            Menghukum Diri Sendiri
Oedipus Complex dalam novel Sons and Lovers melahirkan sikap menghukum diri sendiri, terutama seperti yang dialami tokoh Paul. Sebagaimana dijelaskan terdahulu, konsep menghukum diri sendiri karena adanya rasa bersalah yang paling mengganggu-sebagaimana terdapat dalam sikap menghukum diri sendiri-si individu terlihat sebagai sumber dari sikap bersalah. Rasa bersalah jenis ini mempunyai implikasi terhadap berkembangnya gangguan-ganggua kepribadian yang terkait dengan kepribadian, penyakit mental dan psikoterapi (Krench, 1974:476-477).
Perasaan bersalah yang paling mengganggu sebagaimana terdapat dalam sikap menghukum diri sendiri-adalah ketika si individu merasa sebagai sumber sikap bersalah. Rasa bersalah jenis ini mempunyai implikasi terhadap berkembangnya gangguan-ganggua kepribadian yang terkait dengan kepribadian, penyakit mental dan psikoterapi.
c.             Kepribadian dan Perasaan Tak Berdaya
Setelah kepergian sang Ibu untuk selama-lamanya, Paul merasakan kesepian dan kesedihan luar biasa. Selama ini Paul selalu mendapat dukungan dari Ibunya dan selamanya hidup ia selalu menyayangi si Ibu. Paul merasa putus asa dan ingin mengakhiri hidup, ia ingin ada seseorang yang secara suka rela menolongnya.
d.            Ganngguan Kepribadian
Halusinasi negatif atau negative hallucination, where a subject does not see an object that is actually and unmistakably there (Krech, et al., 1974:510). Ia mengalami halusinasi sebagaimana konsep ini:
He may often be subject to hallucinations in which he hears voices or sees vision, or he may suffer distorsions of normal perceptual experience. He may exhibit bizarre behavior, confused thought and chaotic speech (Krech et al., 1974:601).
Ia juga dibayangi oleh naluri kematian seperti yang terdapat dalam konsep berikut ini: keinginan untuk mati (death wish) bisa ditimbulkan oleh misalnya, kebebasan yang terhalang dan keinginan untuk lepas dari beban. Si individu tidak setuju dengan keinginan tersebut karena adanya hakikat kehidupan. Ia mengalami pertentangan antara keinginan untuk bebas dari beban dan kekuatiran akan keinginan tersebut karena dapat mengancam dirinya (Hilgard et al., 1975:499)
Paul merasa malu atas keberadaannya. Ia merasa hampa, tak berharga dan selalu dibayangi rasa kematian.
Paul mengalami halusinasi negatif. Ia tidak mengenal ruang dan waktu, ia menjadi bingung dan pelupa; kadang-kadang ia hilang ingatan serta tidak mampu membedakan sesuatu.
Paul mengalami halusinasi pendengaran sebagaimana dikatakan oleh Krech: Ia tidak mengenal sesuatu pun, walaupun ia melihat. Ia mengalami kesulitan tidur dan dihantui oleh perasaan dan pendengarannya sendiri; ia tidak tahu di mana ia berada, Paul mengalami disorientasi.
Paul mengalami halusinasi pendengaran, ia banyak bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya, kerap berbicara sendiri dan mengalami naluri kematian.
“What am I doing?”
And out the semi-intoxicated trance came the answer.
“Distroying myself”.
Then a dull, live feeling, gone in as instant, told him that it was wrong. After a while, suddently, came the question:
“Why wrong?”
Again there was no answer, but a stroke of hot stubbornness inside his chest resisted own annihilation.
…Then, quite mechanically and more distinctly, the conversation began again inside him.
“She’s dead-what was it all for-her strunggle-?”
That was his despair wanting to after her.
“You’re alive.”
“She’s not.”
“She is-in you.”
Suddently he felt tired with the burden of it (Lawrence, 2000:456).
Selain tubuhnya bertambah kurus dan penampilannya yang lusuh membuatnya tak berani menatap cermin. Naluri kematian yang dialami Paul bertambah tajam.
e.             Konflik Batin
Paul mengalami konflik batin dalam menjalani kehidupan selanjutnya, pertarungan antara naluri kematian dan kehidupan. Ia mencoba untuk tegar dan tidak larut dalam kesedihan serta berupaya melupakan Ibunya.


BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap novel Sons and Lovers karya Lawrence D.H., termasuk penjelasan tentang sebab dan akibat timbulnya Oedipus Complex, dapat disimpulkan bahwa:
1.            Konsep Oedipus Complex dalam novel Sons and Lovers mengacu pada tokoh William dan Paul sebagai “kekasih” Gertrude Morel”, sang Ibu.
2.            Penyebab dari timbulnya Oedipus Complex dalam novel Sons and Lovers adalah diawali dengan hubungan yang tidak harmonis dalam rumah tangga Mr. dan Mrs. Morel. Ketidakharmonisan tersebut lebih banyak disebabkan oleh masalah ekonomi dan kebiasaan si suami yang gemar mengkonsumsi minuman keras yang membuat si istri merasa jengkel kepada suaminya. Kondisi ini membuat si Ibu mengalihkan rasa cinta kepada kedua anak laki-lakinya.
3.            Akibat dari Oedipus Complex dalam novel Sons and Lovers, tokoh Paul selalu dihantui rasa bersalah, mengalami halusinasi negatif, mengalami halusinasi pendengaran, melahirkan sikap menghukum diri sendiri, merasakan kesepian dan kesedihan luar biasa, dan mengalami konflik batin.

B.           Saran
Untuk menghindari terjadinya Oedipus Complex dengan masalah seperti pada novel Sons and Lovers, sebaiknya seorang Ibu menghindari hal-hal sebagai berikut:
1.            Pengalihan rasa cinta yang berlebihan terhadap anak laki-lakinya. Karena masalah rumah tangga seperti pada novel Sons and Lovers tersebut dapat diatasi dengan musyawarah, dan jika seorang Ayah tidak lagi dapat dirubah sikapnya, ambil tindakan untuk mengakhiri hubungan denga perceraian secara baik-baik agar tidak berpengaruh buruk pula bagi anak.
2.            Jangan terlalu mengekang anak laki-laki untuk bergaul dengan teman perempuannya sejak usia dini. Hal ini dapat mengakibatkan seorang anak akan terpatri rasa takut, dan perasaan bersalah saat melakukan hal tersebut.

MATA KULIAH MORFOLOGI “Afiksasi Pembentuk Verba”


BAB I
PENDAHULUAN
Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). Prosedur ini berbeda dengan analisis morfologi yang mencerai-ceraikan kata (sebagai satuan sintaksis) menjadi bagian-bagian atau satuan-satuan yang lebih kecil. Jadi kalau dalam analisis morfologi ; seperti menggunakan teknik immediate Constituen Analysis, terhadap kata berpakaian misalnya, mula-mula kata berpakaian dianalisis menjadi bentuk ber- dan pakaian; lalu membentuk pakaian dianalisis lagi menjadi bentuk pakai dan –an. Maka dalam proses morfologi prosedurnya dibalik: mula-mula dasar pakai diberi sufiks –an menjadi pakaian. Kemudian kata pakaian itu diberi prefiks ber- menjadi berpakaian. Jadi, kalau analaisis morfologi mencerai-ceraikan data kebahasaan yang ada, sedangkan proses morfologi mencoba menyusun dari komponen-komponen kecil menjadi sebuah bentuk yang lebih besar yang berupa kata kompleks atau kata yang polimorfemis.
Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan yang lain (Samsuri, 1982:190). Atau, proses yang dialami bentuk-bentuk lingual dalam menyusun kata-kata (Ahmadslamet, 1982:58). Lebih jelas, proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1983:44).
Proses morfologi melibatkan komponen :
a.             bentuk dasar,
b.            alat pembentukan (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi),
c.             makna gramatikal, dan
d.             hasil proses pembentukan.
Pada komponen alat pembentukan terutama afiksasi, dalam makalah ini akan kita bahas lebih mengenai afiksasi pembentuk verba.
BAB II
LANDASAN TEORI
Afiks Pembentuk Verba
1.            Prefiks me-
me1-     V → Vtr ‘melakukan’
Adik saya mengarang sebuah puisi.
Iran telah mengusir empat diplomat Prancis yang dituduh mata-mata.
Rencana pemerintah untuk menghapus perjudian secara total nampaknya belum berhasil benar.
me2-     V → Vintr ‘melakukan’
            Murid-murid menyanyi dengan merdu.
            Dia menangis tersedu-sedu.
            Saya meramal nasib ke dukun.
me3-     N → Vtr ‘memakai, menggunakan’
            Pak tani menyabit rumput.
            Nelayan menjala ikan di sungai.
            Tukang itu memaku tembok dengan rapat.
me4-     N → Vintr ‘hidup sebagai’, hidup di
            Ia sudah menjanda lebih kurang sepuluh tahun.
            Walaupun masih muda, ia sudah membiara cukup lama.
me5-     N → Vtr ‘membuat’
            Menyambal adalah kegemaran ibuku.
            Sebelum memasak sayur, ibu menyuruh saya menumis.
            Kalau tidak menyambal biasanya ibu menggulai.
me6-     N → Vintr ‘mengeluarkan (suara)’
            Kalau merasa lapar, si pus akan mengeong.
            Tikus itu mencicit ketika masuk perangkap.
            Pada malam itu si Hely menggonggong terus menerus.
me7-     N → Vintr ‘menuju ke…’
            Setiap malam para nelayan melaut untuk menangkap ikan.
            Pesawat itu mendarat dengan mulus di Bandara Halim PK.
            Balon gas anak itu mengudara setelah benangnya terlepas.
me8-     N → Vintr ‘mencari atau mengumpulkan’
            Setiap hari penduduk di desa Suka Maju merotan di hutan.
            Hasil mendamar Pak Karidun banyak sekali hari ini.
            Petani itu merumput untuk memberi makan ternaknya.
me9-     N → Vintr ‘berlaku seperti atau menyerupai’
            Anak kecil yang mungil itu membeo.
            Orang-orang yang menyaksikan atraksi itu menyemut.
me10-    N → Vintr ‘menjadi’
            Setelah mengalami proses bertahun-tahun, lumpur di gunung itu membatu.
            Akibat kebakaran yang hebat pohon-pohon di hutan itu mengarang.
            Kapal yang sudah mengkarang itu diperkirakan tenggelam sekitar seratus tahun yang lalu.
me11-    N → Vtr ‘membubuhi’
            Ia sedang mengapur temboknya yang kotor.
            Seminggu sebelum Lebaran Pak Amat mengecat rumahnya.
me12-    A → Vintr ‘menjadi’
            Wajahnya segera memucat mendengar tuduhan yang menyakitkan itu.
            Keadaan Klara semakin membaik setelah pergi ke dokter.
            Hubungan A.S. dengan Iran nampaknya semakin memburuk.
me13-    Adv → Vintr ‘menjadi’
            Tuangkan secukupnya, jangan sampai melebih.
            Kenakalan anak itu sudah menyangat.
me14-    Num → V ‘menjadi’
            Hati kedua remaja itu sudah menyatu.
            Menghadapi gadis cantik itu hatinya mendua.
me15-    Pron → V ‘mengatakan’
            Setelah didesak berkali-kali akhirnya dia mengaku juga.
me16-    Interjeksi → V ‘mengatakan’
            Pencuri itu mengaduh kesakitan setelah dipukuli beramai-ramai oleh masa yang marah.
me17-    FN → V ‘memperingati’
            Setelah meniga hari kematian neneknya, rumah itu kembali dilanda kesepian yang mencekam.
            Kami merencanakan menujuh hari pernikahan kakak kami pada hari Selasa yang akan datang.
me18- Interogativa → V ‘melakukan’
            Mengapa kamu lakukan perbuatan terkutuk itu?
me19-    N → V ‘melakukan kenikmatan’
            Merokok tidak baik untuk kesehatan.
            Hati-hati kalau ke daerah itu, di sana banyak orang yang mengganja.
            Seorang bayi menyusu sampai kira-kira berumur dua tahun.
me20     N → V ‘keadaan’
            Mengapa kamu dari tadi melamun saja?
            Karena semalam kurang tidur, maka hari ini saya mengantuk sekali.
2.            Simulfiks N-
N1          N → V ‘melakukan perbuatan yang bersangkutan dengan kenikmatan,
seperti makan, minum, dan sebagainya.’
Dingin-dingin begini enaknya ngopi.
            Yuk kita ngebakso di warung Pak Simin.
N2        N → V ‘membuat’
            Ibu lagi nyambel di dapur.
            Ibu mau nyoto buat makan siang.
N3        N → V ‘melakukan perbuatan’
            Jadi orang jangan suka nguping.
N4        N → V ‘mengeluarkan suara’
            Bapak tidurnya ngorok.
            Kenapa sih itu anjing nggonggong saja?
N5        N → V ‘melakukan perbuatan secara metaforis (perbandingan secara langsung)’
            Kalau ngomong yang bener, jangan suka ngibul saja.
            Ngebut berarti maut.
N6        N → V ‘melakukan perbuatan’
            Dia sering nyontek kalau ulangan.
            Dia lagi nyoba baju barunya.
            Hei, kenapa ngelirik?
            Pak dokter sedang nyuntik pasien.
N7        A → V ‘bertindak’
            Memang dia orangnya suka nyentrik.
N8        A → V ‘membuat jadi’
            Hobinya ngerusak barang orang.
N9        A → V ‘mengalami’
            Ngiri aja lu! Itu kan untung orang lain.
            Gue nyesek deh liatin lu pada begitu sama gue.
N10       N → V ‘keadaan’
            Hei, jangan ngelamun saja!
            Kerjamu hanya ngantuk saja.  Kapan kau mau lebih rajin sedikit.
Simulfiks ini hanya lazim dalam ragam non—standar; dan bagi banyak orang merupakan perbendaharaan pasif.

3.            Prefiks ber-
ber1-     V → V ‘sedang mengerjakan (atelis)’
            Berpikir itu pelita hati.
            Berjudi adalah perbuatan yang merugikan.
            Bertanam padi merupakan mata pencarian penduduk di pulau ini.
            Dapat bersantap malam dengan ayah merupakan hal yang istimewa.
            Betulkah bernyanyi itu tanda bersukaria?
ber2-     N → V ‘mengusahakan sebagai mata pencaharian’
            Sekolahnya dibiayai orang tuanya yang hidup bersawah di desa.
            Dengan beternak ayam ia menghidupi keluarganya.
            Untuk mendapat tambahan penghasilan, ia berkedai kecil-kecilan.
            Agar supaya berhasil, berdaganglah dengan jujur.
ber3-     N → V ‘memanggil’
            Anak itu berabang kepada laki-laki yang telah menolongnya.
            Karena hubungan saya dengannya akrab, saya beradik padanya.
            Pekerja-pekerja itu bertuan kepada saudagar kaya itu.
ber4-     N → V ‘memperoleh, menghasilkan’
            Wanita itu tidak menyangka bahwa dia akan beranak kembar.
            Seekor ayam betina bertelur sebutir sehari.
            Bel tanda masuk sudah berbunyi.
            Orang tua itu cukup berhasil dalam mendidik putra-putrinya.
ber5-     A → V ‘memperoleh, menghasilkan’
            Ia beruntung dalam menjual barang-barang antik.
ber6-     N → V ‘berada dalam keadaan’
            Anak-anak itu dilatih dan diharuskan orang tua mereka berdisiplin tinggi.
            Di dalam segala keadaan, ia tetap bertaqwa kepada Tuhan.
            Pemain badminton itu bersemangat sekali untuk memperoleh kemenangan dalam pertandingan itu.
            Mereka mengirim bunga ini sebagai tanda turut berduka cita.
            Orang-orang yang berpesta ria itu adalah orang-orang kaya di kampung kami.
ber7-     N → V ‘menjadi atau berlaku seperti’
            Di dalam sandiwara yang akan kita mainkan nanti, kamu diharuskan berhamba padaku.
            Karena sulitnya memperoleh pekerjaan kantoran di Jakarta, ia terpaksa berkuli di Pelabuhan Tanjung Periok.
            Mereka bersitegang mengenai siapa yang akan dipilih menjadi ketua.
ber8-     V → V ‘pasif’
            Beras bertumbuk jarang dijual sekarang ini.
            Uluran kasihnya tidak bersambut di hati pria itu.
            Pernyataan cintanya tidak berjawab segera oleh kekasihnya.
            Batu bertulis itu ditemukan di kota Bogor dua bulan yang lalu.
ber9-     V → V ‘refleksif’
            Ayah menjadi kesal karena ia berhias begitu lama di depan cermin.
            Setiap pagi sebelum pergi ke kantor ayah bercukur dahulu.
            Badannya bersimbah peluh karena harus bekerja di terik matahari.
ber10-   N → V ‘refleksif’
            Setiap hari kerja Tuti hanya bercermin saja.
            Hampir setengah jam gadis itu bersisir di depan cermin.
ber11-   N → V ‘meminta bantuan kepada’
            Laki-laki itu berguru kepada kakek tua di atas gunung.
            Ibu tua itu berdukun kepada orang itu untuk mengobati anaknya yang kena penyakit aneh.
ber12-   N → V ‘mencari atau mengumpulkan’
            Mereka berotan di hutan itu selama bertahun-tahun.
            Kegiatan berdamar itu dijalani pak Amat dengan sungguh-sungguh.
ber13-   Num → V ‘menjadi’
            Rakyat Indonesia bersatu dalam usaha mengusir penjajah dan mendapatkan kemerdekaan.
ber14-   N → V ‘memakai’
            Anak-anak itu bersepatu baru di hari tahun baru.
            Santi akan kelihatan bertambah manis jika ia berbaju merah.
ber15-   N → V ‘mempunyai’
            Adik sepupu saya bernama Hari.
            Laki-laki tua itu beristri tiga orang.
            Kuda dan sapi adalah binatang berkaki empat.
            Air susu itu sangat berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan bayi.
ber16-   N → V ‘mengendarai (naik)’
            menjelang Lebaran banyak orang pulang kampung berkereta api.
            Imung selalu bermobil kemana pun ia pergi.
            Banyak orang tidak mau bersepeda tubuh akan panas dan berkeringat banyak sehingga baju menjadi basah.
ber17-   FN → V ‘mengusahakan, mempunyai mata pencaharian’
            Orang yang berkedai nasi itu tiba-tiba menjadi kaya raya karena memenangkan undian berhadiah empat ratus juta rupiah.
ber18-   FV → V ‘profesi atau kegemaran’
            Setiap sore pemuda-pemuda di kampung kami bermain bola di tanah lapang.
ber19-   A → V ‘dalam kedaan’
            Mereka bergembira karena memenangkan undian harapan.
            Jangan bersedih, cobalah lagi sampai berhasil.
4.            Konfiks ber-R
ber-R1  Num → V ‘berkelompok menjadi’
            Mereka masuk kelas berdua-duaan.
ber-R2  A → V ‘dalam keadaan’
            Karena tak ada pekerjaan, maka ia bermalas-malasan saja.
            Sebelum jatuh miskin, anak bungsu itu hanya berfoya-foya saja.
5.            Prefiks per-
Per1-    N → V ‘menjadikan atau membuat sesuatu jadi’
            Jangan perbudak orang-orang miskin itu!
            Perkuda sajalah tawanan yang suka membangkang itu!
            Peristrilah wanita yang baik dan cantik itu!
            Persuamilah pria yang kamu cintai itu!
per2-     N → V ‘memanggil atau menganggap sebagai’
            Jangan pertuan orang yang tidak bijaksana itu!
            Peradiklah anak yang sudah tidak punya orang tua itu!
per3-     Num → V ‘membagi atau membuat menjadi’
            Perdualah kue itu!
            Pertiga tanah itu untuk dibagi-bagikan kepada anak kita.
            Perlima tugas-tugas yang dilimpahkan kepada kita.
per4-     A → V ‘membuat lebih’
            Perendah jam dinding tersebut agar mudah dilihat.
            Perbesarlah anggaran belanja kita karena harga barang-barang kebutuhan pokok akhir-akhir ini melonjak terus.
Perbagus tulisanmu agar mudah dibaca.
6.            Prefiks ter-
ter1-       V → V ‘sudah di, perfektif’*
            Kangkung yang sudah kubeli itu terikat jadi satu.
            Orang yang ternama selalu Nampak di mana-mana.
            Dengan pedang terhunus samurai itu menyerang lawannya.
            Harus dibedakan mana yang tersurat dan mana yang tersirat.

 

*Kata-kata yang tergolong di sini sebagian menjadi verba tidak secara langsung, melainkan melalui proses verbalisasi lebih dahulu, misalnya ternama, tersurat.
ter2-       V → V ‘spontan’
            Ia tertawa terbahak-bahak hingga jatuh terduduk.
            Jika sedang duduk-duduk di dangau itu sering aku teringat masa kecilku di desa.
            Sering aku terkenang akan nenekku yang telah meninggal.
            Ia sangat terkejut mendengar berita kematian pamannya.
ter3-     N → V ‘spontan’
            Ia sangat terpesona melihat gadis yang lewat di depannya.
ter4-     A → V ‘spontan’
            Jika ia terlengah sekejap saja, uang di atas meja itu akan hilang.
ter5-     V → V ‘sanggup, dapat di’
            Beban yang berat itu akhirnya terangkat juga.
            Walau telah tersembunyi, anak itu terlihat juga oleh ibunya.
            Apakah pembicaraan kita terdengar oleh orang lain?
ter6-     N → V ‘menyatakan arah/tempat’
            Rematik yang telah menahun itu kini terulang rasanya.
            Dalam kasus ini saya benar-benar terpojok.
ter7-     V → V ‘menyatakan kena (menderita)’
            Ia tak dapat melihat orang-orang yang berlatih menembak karena terhalang oleh tembok yang tinggi.
            Karena ibunya sakit dan uang tida ada, ia terdesak untuk meminjam uang kepada lintah darat itu.
            Hidupnya sangat tertekan. Semua perbuatannya selalu disalahkan oleh keluarganya.
ter8-     D(morfem dasar terikat) → V ‘kontinuatif’
            Benda ringan akan terapung di dalam air.
            Ia ternganga begitu mendengar berita aneh ini.
            Mengapa dari tadi kamu hanya duduk termenung saja?
ter9-     V → V ‘tak sengaja’
            Katanya, bukumu terbawa olehnya.
            Karena tergesa-gesa, kakinya terpijak olehku.
            Maaf, uangmu terpakai habis.
7.            Prefiks ke-
ke1-      V → V ‘spontan’
            Jangan ketawa keras-keras, nanti menggangu orang yang sedang belajar.
ke2-      V → V ‘sanggup’
            Surat itu kebaca oleh anak kecil ini.
            Keangkat juga koper seberat itu olehmu.
8.            Sufiks –in
-in1       V→ V ‘melakukan untuk orang lain (benefaktif)’
            Bacain saya surat kakak yang kau terima kemarin!
            Bikinin saya kemeja dari kain kotak-kotak.
-in2       N → V ‘melakukan untuk orang lain (benefaktif)’
            Doain agar saya lulus ujian semester ini.
-in3         A → V ‘menandai objek’
            Bohongin dia, katakana aku sedang pergi.
            Jagain anakku sebentar.
            Syukurin ia tidak datang hari ini.
-in4       A → V ‘membuat jadi’
            Kerasin skrup itu agar ia tidak lepas
            Bagusin sedikit gambarmu ini!
            Kuatin ikatan itu supaya tidak lepas!
-in5       Num → V ‘membuat jadi’
            Satuin buku-buku yang berserakan di lantai.
            Semuain saja, jangan di sisain.
-in6         Adv → V ‘membuat jadi’
            Lebihin uang sakuku untuk minggu ini.
-in7         Int → V ‘menjadikan
            Kau apain dia sampai dia menangis seperti itu.
            Saya tidak tahu harus gimanain buku yang sudah hancur itu.
            Kau kemanain majalah di atas meja ini?
-in8       Dem → V ‘dijadikan
            Ituin saja supaya dia kewalahan.
            Coba tolong iniin perabotan rumah saya.
            Gituin saja mesin itu supaya jangan rusak.
            Giniin saja supaya lebih rapi.
-in9         A → V ‘melakukan untuk orang lain (benafaktif)’
            Bapak guru sedang ngabsenin murid-murid di kelas.
-in10       N → V ‘menjadikan’
            Tono macarin anak pak Haji dari kampung sebelah.
-in11     F. Prep → V ‘arahkan ke’
            Tolong kedepanin kertas ulanganku ini.
9.            Kombinasi afiks me-i
me-i1    V → V ‘repetitif’
            Para demonstran melempari gedung kedutaan Amerika dengan batu.
            Ia menanami pekarangan rumahnya dengan bunga anggrek.
            Pak Amat sedang memotongi rumput di pekarangan rumahku.
me-i2    N → V ‘bersikap, berlaku sebagai’
            Walaupun masih muda, ia suka menggurui orang yang lebih tua.
            Ia merajai pertandingan itu.
            Maukah kau menemaniku pergi ke pesta malam minggu nanti?
me-i3    N → V ‘menyebabkan mendapat’
            Ibu menggarami sayur.
            Setiap pagi aminah menguliti bawang.
            Ia melukai hatiku.
            Ibu menyusui sendiri kelima orang anaknya.
me-i4     A → V ‘bersikap terhadap’
            Dengan meyakini iman kita, pastilah tingkah laku kita akan sesuai dengan agama kita.
            Banyak murid yang tidak menaati peraturan tata tertib di sekolah.
            Murid-murid nakal itu membohongi terus gurunya.
            Kita harus mematuhi peraturan lalu lintas di jalan.
            Menghormati orang tua sudah merupakan kewajiban seorang anak.
me-i5     Adv → V ‘membuat keadaan’
            Gedung itu tingginya melebihi tugu monas.
me-i6    Pron → V ‘terhadap’
            Akhirnya anak itu mengakui kesalahannya.
me-i7    A → V ‘membuat keadaan’
            Dalam pertandingan itu ia berlari jauh melampaui peserta lainnya.
            Ia selalu berusaha mengungguliku tetapi selalu gagal.
me-i8     N → V ‘melakukan secara sungguh-sungguh (intensif)’
            Kita harus mencintai sesama manusia seperti mencintai diri sendiri.
            Ia mengobati lukanya supaya tidak kena infeksi.
me-i9    A → V ‘menyebabkan mendapat
            Jangan menyakiti hati orang tuamu.
me-i10   V → V ‘melakukan perbuatan di (lokatif)’
            Kita harus hati-hati menuruni tebing terjal ini.
            Jangan meniduri ranjang yang baru dibereskan ini.
            Ibu tua itu menaiki tangga dengan berhati-hati karena takut jatuh.
me-i11   A → V ‘melakukan secara sungguh-sungguh (intensif)’
            Anak itu membasahi bajunya dengan air sabun.
            Ia ditugaskan memberesi administrasi sekolah yang kacau.
            Ia membakari rumput sampai habis.
me-i12   N → V ‘kontinuatif’
            Maukah kau menemaniku pergi berbelanja?
10.        Kombinasi afiks di-i
Makna kombinasi di-i ini sejajar dengan makna kombinasi afiks me-i.

11.        Kombinasi afiks me-kan
me-kan1           V → V ‘kausatif’
                        Pilot itu menerbangkan pesawat model mutakhir buatan Amerika.
                        Anak itu sedang melemparkan bola ke arah temannya.
                        Tawanan itu melarikan diri dari penjara.
me-kan2           F. Prep → V ‘mengarahkan ke (kausatif)’
                        Setiap peserta berhak mengemukakan pendapatnya dalam rapat itu.
                        Keluarganya sudah mengebumikan Amir yang meninggal kemarin.
me-kan3           N → V ‘kausatif’
Penduduk primitif  itu merajakan dokter yang sedang berpraktik di daerah mereka.
me-kan4           A → V ‘membuat jadi (kausatif)’
                        Dengan susah payah ia membesarkan kelima anaknya.
                        Adikku menghitamkan warna gambarnya.
                        Air gula berkhasiat untuk menyembuhkan sakit kepala.
                        Ia tak sempat menyelamatkan harta bendanya ketika kebakaran itu terjadi.
me-kan5           Adv → V ‘membuat jadi (kausatif)’
                        Dalam pidatonya ia mencoba menghangatkan suasana.
                        Ibu melebihkan masakan hari ini karena ayah mengundang dua orang temannya.
me-kan6           Num → V ‘membuat jadi (kausatif)’
                        Kami berusaha menyatukan pendapat kami yang saling berbeda.
me-kan7           V → V ‘melakukan untuk orang lain (benefaktif)’
                        Setiap pagi ibu membuatkan kopi untuk ayah.
                        Sebelum adik saya tidur ibu selalu membacakan cerita untuknya.
                        Pak guru menuliskan jawaban soal-soal ulangan di papan tulis.
                        Adik membawakan Koran pagi untuk ayah.
me-kan8           N → V ‘benefaktif’
                        Saya dilarang mengatakan yang sebenarnya kepada orang lain.
                        Saya curiga ketika ia membisikkan sesuatu kepada teman saya.
                        Saksi itu diminta oleh hakim untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya.
me-kan9           V → V ‘melakukan perbuatan dengan alat’
                        Ketika tukang sulap itu memukulkan tongkat ke atas topi maka keluarlah seekor burung merpati dari dalam topi tersebut.
                        Tanpa sadar ia menikamkan keris pusakanya ke tubuh lawannya.
                        Pemburu itu membidikkan senapannya ke arah binatang yang diincarnya.
me-kan10          V → V ‘melakukan dengan sungguh-sungguh (intensif)’
                        Salah satu kegemaran saya adalah mendengarkan radio.
                        Pada setiap upacara bendera kami selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya.
me-kan11          N → V ‘menghasilkan (resultatif)’
                        Penyanyi itu menelurkan dua album terbarunya.
                        Perjuangannya membuahkan hasil yang sangat memuaskan.
                        Nenek menuturkan kehidupan di masa mudanya.
                        Bila ia marah, ia selalu mengatakan kata-kata yang kasar.
me-kan12          N → V ‘memasukkan ke dalam’
                        Salah satu cara mengawetkan makanan adalah mengalengkan makanan tersebut.
                        Ia mengotakkan bingkisan-bingkisan yang akan dikirimkannya.
                        Jangan memenjarakan orang yang tidak bersalah.
me-kan13          Ka.Fatis → V ‘menghasilkan (resultatif)’
                        Ia tidak mempunyai pendirian, selalu mengiyakan pendapat siapa pun.
me-kan14          Int → V ‘melakukan’
                        Mereka mengapakan dia?
12.        Kombinasi afiks memper-
memper1-            N → V ‘menjadikan’
                        Ibu Tati mempersuami orang keturunan Arab.
                        Pak Hasan memperistri putri keturunan raja.
memper2-            A → V ‘membuat jadi lebih’
                        Jangan memperbodoh orang desa yang lugu itu.
                        Saya diberi tugas memperindah lukisan ini.
                        Melalui pidatonya ini, ia dapat mempertebal kepercayaan rakyat kepadanya.
13.        Kombinasi afiks diper-
diper1-             N → V ‘dijadikan’
                        Ia diperistri seorang pemuda kaya keturunan bangsawan.
                        Pemuda itu dipersuami seorang janda kaya.
diper2-             A → V ‘dibuat jadi lebih’
                        Rumah yang indah itu masih akan diperindah lagi.
                        Jangan mau diperbodoh oleh bangsa asing.
                        Hal yang sudah sulit jangan dipersulit lagi.
14.        Kombinasi afiks memper-kan
memper-kan1   N → V ‘menjadikan’
                        Saya rasa kalian tidak perlu mempermasalahkan hal sepele seperti itu.
                        Dua bersaudara itu sedang mempertikaikan warisan orang tuanya.
memper-kan2   V → V ‘menjadikan supaya di-V-kan’
                        Ia sedang memperdengarkan suaranya yang merdu itu.
                        Pesenam itu sedang mempertunjukkan keahliannya.
memper-kan3   A → V ‘membuat jadi’
                        Maksud untuk mempermalukan lawannya di hadapan massa gagal.
memper-kan4   Num → V ‘membuat jadi’
                        Dialah yang berhasil mempersatukan bangsa yang terpecah belah itu.
memper-kan5   N → V ‘menjadikan’
                        Bintang film itu mempersuamikan pemuda yang jauh lebih muda daripadanya.
                        Ia memperistrikan wanita yang baru dikenalnya.
memper-kan6   N → V ‘menjadikan sebagai alat’
                        Memperdagangkan narkotik mempunyai risiko ditangkap polisi.
                        Mereka selalu memperdebatkan hal-hal sepele sedangkan hal-hal penting tidak diperhatikan.
                        Tega betul ia memperdayakan kakaknya sendiri.
memper-kan7   N → V ‘mengerjakan’
                        Karena tidak mempunyai anak, ia memperlakukan saya sebagai anak.
memper-kan8   V → V ‘membuat jadi’
                        Kelihatannya ia sudah memperhitungkan dengan seksama akibat perbuatannya.
                        Mengapa kau sering mempermainkan orang itu?
memper-kan9   Adv → V ‘membuat jadi’
                        Petugas itu memperbolehkan saya merokok di ruang yang memakai alat penyejuk ini.

15.        Kombinasi afiks diper-kan
diper-kan1        V → V ‘dijadikan supaya’
                        Lagu-lagu nostalgia selalu diperdengarkan oleh pemancar swasta pada hari Selasa petang.
                        Foto almarhum diperlihatkan kepada polisi yang mengusut perkara itu.
diper-kan2        N → V ‘dijadikan’
                        Sejak kecil ia dipersaudarakan denganku.
                        Tanah itu masih saja dipertikaikan oleh para ahli waris yang bersangkutan.
                        Integrasi Timor Timur ke dalam wilayah RI masih saja dipermasalahkan.
diper-kan3        A → V ‘dibuat jadi’
                        Aku dipermalukannya di muka umum.
diper-kan4        Num → V ‘dibuat jadi’
                        Bangsa itu dipersatukan oleh semangat untuk merdeka.
diper-kan5        N → V ‘dijadikan’
                        Penyanyi itu diperistrikan oleh seorang dokter.
                        Laki-laki itu dipersuamikan she bintang film yang terkenal lagi pula kaya.
diper-kan6        N → V ‘dijadikan sebagai alat’
                        Yang diperdagangkannya hanya barang-barang buatan dalam negeri saja.
                        Aku tidak dapat diperdayakan oleh rayuan mautnya.
                        Masalah yang sudah diputuskan tidak perlu diperdebatkan lagi.
diper-kan7        N → V ‘dikerjakan’
                        Apa kau diperlakukan secara manusiawi olehnya?
diper-kan8        V → V ‘dibuat jadi’
                        Ia seorang hati-hati, diperhitungkannya dengan cermat akibat langkah-langkah yang diambilnya.
diper-kan9        Adv → V ‘dibuat jadi’
                        Apakah saya diperbolehkan duduk di sini?
16.        Kombinasi afiks N-in
N-in1    N → V ‘membuat keadaan’
            Dia ngeduluin teman-temannya.
N-in2     V → V ‘melakukan dengan sungguh-sungguh (instensif)’
            Kalau kau ragu nyobain saja dulu.
N-in3     V → V ‘melakukan dengan sungguh-sungguh (intensif)’
            Adik ngerasain sakitnya disuntik.
N-in4    A → V ‘melakukan dengan sungguh-sungguh (intensif)’
            Jangan nyakitin hatinya.
            Bisa tidak ngebagusin gambar ini?
N-in5    Intr → V ‘melakukan’
            Ngapain kamu di sini?
17.        Konfiks ber-an
ber-an1             V → V ‘resiprokal’
                        Berilah jarak antara tonggak yang satu dengan tonggak yang lain supaya tidak bersinggungan.
                        Mobil yang berwarna coklat itu bertabrakan dengan bis Patas.
                        Remaja yang sedang di mabuk cinta itu berciuman di Taman Ria.
ber-an2             V → V ‘pluralis’
                        Ketika terjadi kebakaran itu, banyak orang berlarian menyelamatkan diri.
                        Daun-daun kering di halaman itu bertebaran ditiup angin.
                        Banyak sampah berserakan di pinggir jalan, karena masyarakat belum menyadari akan kebersihan lingkungan.

18.        Konfiks ber-R-an
ber-R-an1         V → V ‘resiprokal + intensif’
                        Kedua sahabat itu berpeluk-pelukan ketika bertemu setelah berpisah 20 tahun.
                        Karena begitu banyak pengunjung yang datang, maka mereka bersinggung-singgungan di depan loket.
                        Sepasang merpati bercium-ciuman di pohon kenari.
ber-R-an2         V → V ‘pluralis + intensif’
                        Murid-murid berlari-larian di halaman sekolah.
                        Setelah mendengar berita kematian itu, mereka bertangis-tangisan.
                        Sepasang kelinci putih berlompat-lompatan di halaman rumah.
19.        Konfiks ber-kan
ber-kan1           N → V ‘mengkhususkan (melengkapi) verba’
                        Negara Indonesia adalah Negara yang berasaskan Pancasila.
                        Dengan bersenjatakan pena, para wartawan berusaha  untuk memperoleh berita-berita yang actual.
                        Berdasarkan hukum yang berlaku di Negara kita, setiap warga Negara yang telah berumur 17 tahun atau telah menikah harus memiliki kartu tanda penduduk.
                        Pada malam bulan purnama langit bertaburkan bintang.
                        Anak-anak kecil dilarang memakai perhiasan yang berhiaskan intan.
                        Gadis itu diberi hadiah sebuah cincin yang bertatahkan permata oleh kekasihnya.
(Syarat: verba harus berpelengkap yang merupakan spesifikasi dari dasar.)
20.        Konfiks ke-an
ke-an1  V → V ‘terkena, menderita (afektif)’
            Ia tidak dapat tidur dengan nyenyak sejak ia kehilangan kunci rumahnya.
            Aku turut berduka cita atas kematian ayahmu.
            Orang yang kecurian uang itu kelihatan sangat bingung.
ke-an2  N → V ‘terkena, menderita (afektif)’
            Anak itu sakit akibat kehujanan kemarin.
            Kita harus selalu berhati-hati supaya tidak kecopetan.
            Kemarin malam orang kaya itu kemalingan.
ke-an3  Vintr → Vpas ‘tak sengaja’
            Akhirnya ketahuan juga siapa yang telah melakukan kejahatan itu.
            Anak itu kedapatan sedang makan mangga curian.
            Rumah yang hendak kita tuju sudah kelewatan karena terlalu asyik ngobrol.

21.        Kombinasi afik ter-R
ter-R1  D → V ‘dalam keadaan selama jangka waktu tertentu’ (D = morfem dasar terikat)
            Ia pergi tergopoh-gopoh ke kantornya yang cukup jauh karena takut terlambat tiba di kantor.
            Orang mabuk itu berjalan terhuyung-huyung menuju rumahnya.
            Ia berjalan dengan terseok-seok setelah jatuh dari motor dalam suatu kecelakaan.
            Sejak kematian suaminya, ia sering termenung-menung.
            Para korban kecelakaan kapal laut itu terapung-apung di laut selama beberapa hari.


22.        Kombinasi afiks per-kan
per-kan1           N → Vtr ‘jadikan’
                        Persuamikan laki-laki yang jujur dan setia itu.
                        Peristrikan tunanganmu itu.
per-kan2           V → Vtr ‘jadikan supaya’
                        Coba perlihatkan saya permata yang baru kau beli itu.
                        Pertunjukkan kepandaianmu bermain sulap pasa malam gembira nanti.
23.        Kombinasi afik per-i
per-i1     A → Vtr ‘dibuat jadi (kausatif)’
            Perbaiki jawaban yang salah.
            Coba anda perbarui kalimat yang anda buat tadi.
24.        Kombinasi afiks ber-R
ber-R   Num → V ‘membentuk kelompok’
            Murid-murid masuk kelas berdua-dua.
            Mereka berbaris berempat-empat.


BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
1.            Prefiks ber- mempunyai makna umum ‘belum selesai sedang berlaku (atelis)’
2.            Prefiks ber- mempunyai padanan ke- pada kata-kata: ketemu, ketawa yang dipakai dalam bahasa Indonesia nonstandar.
nonstandar         : Saya ketemu dia kemarin.
standar   : Saya bertemu dengan dia kemarin.
3.            Prefiks ter- mempunyai padanan ke- yang dipakai dalam ragam nonstandard.
Contoh: Mereka tertawa – Mereka ketawa.
4.            Prefiks ke- ini hanya dipakai dalam ragam nonstandard.
5.            Makna –in berpadanan dengan makna –i atau –kan dalam ragam standar.
6.            me-i mempunyai makna dasar lokatif; dalam klausa yang berverbal.
7.            me-i objeknya menjadi tempat.
8.            di-i mempunyai makna dasar lokatif; dalam klausa yang berverbal dengan di-i subjeknya menjadi tempat.
9.            Dalam banyak buku tata bahasa disebutkan bahwa bentuk-bentuk seperti menguliti dan membului diberi nama ‘menanggalkan’. Analisis semacam itu tidak berpijak pada pandangan gramatikal, melainkan pada paraphrase.
Secara gramatikal, pada bentuk-bentuk tersebut, sufiks –i bermakna lokatif.

B.           Saran
Dalam menganalisis makna afiks pembentuk verba perlu ditekankan hubungan di antara verba yang berafiks dengan objeknya. Dalam analisis itu perhatian kita harus benar-benar ditunjukan kepada hubungan antara verba dan yang menyertainya.

25.         
DAFTAR PUSTAKA
Kridalaksana, Harimurti. (2007). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama